Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

07 ⚘ Fioletta's Anger & Frost Apologies



Prang!

Brak!

"YANG MULIA!"

"TOLONG TENANGKAN DIRI ANDA!"

Prak!

Pyarr!

Suara barang yang dilempar dan vas yang sengaja dipecahkan memenuhi ruangan kamar sang ratu. Fioletta tidak memedulikan orang-orang yang berniat menghentikan aksinya. Ia marah. Ia sangat-sangat marah sampai rasanya ia ingin menghancurkan semua benda yang ada di kamarnya. Ia bahkan tidak memedulikan Anna yang berusaha menghentikan aksi gilanya sedari tadi. Ia juga tidak peduli dengan pendapat Frost tentang dirinya nanti.

"Apa yang terjadi?"

"Fioletta, kau sudah gila?!"

Ohh, bukankah itu suara Frost?

Fioletta Verriz segera membalikkan badannya dan mendapati sang suami berdiri di sana bersama wanita sialan yang telah berani menjadi orang ketiga dalam pernikahannya itu. Ia tertawa remeh sebelum berjalan tanpa alas kaki mendekati kedua sejoli tersebut. Tidak ia pedulikan pecahan vas yang menusuk telapak kakinya hingga lantai kamar sang ratu berceceran noda darah.

Sang ratu menatap bengis pada sosok wanita bergaun biru yang harus ia akui sangat cantik itu. "Kau. Enyah dari kamarku."

"Ya-yang Mulia ..."

Fioletta membulatkan netranya saat wanita itu menyembunyikan diri di balik punggung Frost dengan tampang ketakutannya. "MENJAUH DARI SUAMIKU!"

Grep!

"Hentikan." Frost mencekal pergelangan tangan Fioletta yang hendak mendorong Lady Bretta agar menjauh darinya. "Hentikan tindakanmu ini, Fioletta."

"Kalian semua! Keluar dari kamar ini sekarang juga! Saya ingin berbicara empat mata dengan Ratu kalian."

Semua orang yang berada di kamar Fioletta segera melaksanakan perintah sang raja. Mereka keluar dari kamar sang ratu, termasuk Anna juga. Sehingga hanya tersisa Fioletta, Frost, dan Brettavia di dalam sana.

"Lady Bretta, kau juga keluar."

"Apa? Tapi saya-"

"Keluar."

Putri bungsu dari Kerajaan Amer itu berdecih pelan sebelum berbalik badan dan terpaksa ikut keluar dari kamar sang ratu, meninggalkan kedua penguasa Veroxz itu sendirian di dalam kamar yang keadaannya sangat kacau akibat menjadi sasaran kemarahan sang ratu.

Setelah memastikan semua orang keluar, Frost beralih pada Fioletta yang tampak membuang muka darinya. Ia melepaskan pergelangan tangan Fioletta yang sedari tadi ia cekal dengan erat. Lantas mengelusnya secara perlahan sembari menarik dagu sang ratu agar menatapnya.

Frost sedikit terkesiap saat melihat manik aquamarine di depannya berkaca-kaca. Tangis Fioletta pecah seketika. Suara tangis yang terdengar sangat menyakitkan dan memilukan. Saat itu juga Frost merasa sangat bersalah pada ratunya.

"Maaf."

"Aku bersalah. Aku minta maaf."

Tidak ada jawaban. Rasa sakit hati yang dirasakan Fioletta tidak sebanding dengan kata maaf yang dilontarkan laki-laki itu. Rasa sakit hati sang ratu tidak akan pernah sebanding dengan kata maaf.

"Aku berhasil membunuh raja mereka. Aku berhasil memenangkan peperangan seperti yang kujanjikan padamu."

"Fioletta ..."

Masih tidak ada jawaban. Bahkan ketika Frost memeluk tubuh rapuh sang istri, Fioletta masih saja sibuk dengan isak tangis dan air mata yang terus keluar dari kedua netranya.

Hanya isak tangis saja yang terdengar memenuhi kamar itu setelahnya. Frost sendiri memilih diam dan membiarkan sang ratu menangis di pelukannya sampai wanita itu puas.

Hingga tidak lama kemudian, hening melanda keduanya. Fioletta melepas paksa pelukan suaminya dan menghapus jejak-jejak air matanya dengan kasar. "Anda benar-benar tega, Yang Mulia. Anda bahkan tidak mengatakan apa-apa pada saya sebelum mengambil keputusan untuk menikahi wanita itu."

Ya, Fioletta memang sudah mengetahui semuanya dari Anna. Tentang putri bungsu Raja Amer yang diberikan pada Frost untuk diperistri, sebagai hadiah karena Frost telah memenangkan perang dengan membunuh raja musuh. Akan tetapi, tetap saja ... ia tidak bisa menerima semua ini. Ia benar-benar marah pada semua orang. Ia marah pada takdir yang tega mempermainkan dirinya.

"Maaf."

"Sudah cukup. Anda tidak perlu berkata maaf. Semuanya sudah terjadi. Saya ucapkan selamat atas pernikahannya."

Seulas senyum tipis terulas di bibir pucat sang ratu. Berikut dengan manik aquamarine-nya yang kembali berkaca-kaca, tapi Fioletta menghapus air mata yang mulai turun dengan cepat. Berusaha terlihat tegar, padahal hatinya telah hancur berkeping-keping. Ayolah, istri mana yang dengan suka rela ingin dimadu?

"Fioletta, aku-"

"Keluarlah dari kamar saya, Yang Mulia. Saya ingin beristirahat." Fioletta menyela dengan cepat sembari membalikkan badan dan berjalan ke arah ranjang besarnya. Darah yang masih berceceran karena luka di telapak kakinya tak ia pedulikan.

"Hahaha, astaga. Saya lelah sekali karena mendapat berita yang cukup mengejutkan ketika baru saja tersadar dari pingsan."

Napas Frost tercekat dengan netra yang tak lepas dari sosok rapuh di depannya. Ia tahu seberapa kacau perasaan sang istri. Keadaan kamar yang berantakan, pecahan vas di mana-mana, kaki yang terluka, semuanya tak sebanding dengan rasa sakit yang ia torehkan pada wanita itu.

"Ohh, Anda masih di sana Yang Mulia? Adakah hal lain yang ingin Anda sampaikan selain permintaan maaf?" Fioletta yang kini sudah berbaring di atas ranjangnya berujar sembari menatap lurus pada Frost yang masih tak bergeming dari posisinya.

"Tidak ada. Aku akan keluar. Jadi, beristirahatlah."

"Tentu saja. Aku ingin tidur sejenak dan setelah terbangun nanti, aku berharap kalau kejadian hari ini hanyalah mimpi."

-: ⚘ :- -: ⚘ :-

Usai kepergian sang raja dari kamarnya, air mata itu kembali luruh begitu saja dari kedua netra Fioletta Verriz. Rasa sesak yang ia rasakan begitu menyakitkan. Rasanya seolah ada ribuan jarum yang menusuk jantung. Sangat sakit.

Frost benar-benar tega padanya. Namun para petinggi pasti tengah tertawa bahagia sekarang karena mereka berhasil menghasut Frost supaya mencari istri baru demi mendapatkan seorang pewaris.

Amerta Brettavia.

Fioletta sama sekali tidak mengenal wanita itu sebelumnya. Ia memang tahu kalau Raja Amer memiliki seorang putri bungsu yang sangat cantik. Akan tetapi, ia tidak pernah melihat wanita itu hadir di acara-acara sosial yang diadakan oleh para bangsawan dan pergaulan kelas atas sebelumnya.

"Yang jelas, aku tidak bisa diam saja saat ada orang ketiga di dalam rumah tanggaku. Aku tidak rela membagi Frost dengan siapapun."



Kira-kira, apa yang akan dilakukan Ratu Fioletta setelah ini, ya?

Apakah dia akan pasrah dan menerima Lady Bretta sebagai istri kedua suaminya, atau justru mencari berbagai cara untuk mengusir Lady Bretta dari kehidupan rumah tangganya?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro