Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 2

Yuhuuu! Update lagi😘😍😍

Jangan lupa vote dan tinggalkan komentar sebanyak-banyaknya🤗🤗🤗❤️

#Playlist: Public - Make You Mine

"Aduh, Om... harusnya tuh pedekate dulu. Jangan kayak Pak Anatomi deh pepet terus. Padahal pedekate baru bentar." Sani mengingatkan.

"Berarti sebulan kemarin sebelum kamu ghostingin saya, itu nggak disebut pedekate?"

"Nggak lah, Om. Itu mah namanya ngobrol biasa. Kalo pedekate tuh diajak jalan, ngobrol di luar bareng, teleponan, ya begitu. Saya tuh sukanya pedekate lama-lama biar nanti pas jadian awet," jelas Sani.

"Tapi kamu blokir saya. Gimana mau ngajak jalan?"

"Bener juga."

"Ini kamu lagi beberin siasat deketin kamu? Saya dapat banyak bocoran nih."

Sani diam. Kok dia baru sadar sudah banyak bicara dan memberitahu kalau dia suka pedekate yang lama? Aduh, mulutnya kenapa tidak bisa diam. Kenapa pula dia baru ngeh sekarang?

"Kalo gitu setiap hari saya jemput ya biar bisa pedekate secara langsung," ucap Angan.

"Pedekate kok bilang-bilang," ceplos Sani.

Angan tersenyum jahil. "Kamu aja mau ghostingin saya bilang. Biar adil saya juga bilang."

Sani memandangi Angan. Senyum di wajah laki-laki itu tidak pernah redup. Bahkan sekarang sedang mengedipkan mata.

"Om kelilipan? Ngapain kedip-kedip?"

"Udah saya duga kamu bakal bilang gitu." Angan tertawa pelan. "Iya, kelilipan lucunya kamu."

"Jangan kebanyakan gombal, Om. Saya nggak suka laki-laki gombal," ungkap Sani. Hanya sepersekian detik Sani sadar sudah membeberkan hal lain tentangnya.

"Oke, saya nggak akan gombalin kamu lagi. Saya catat nih kamu nggak suka laki-laki gombal."

"Emangnya Om bawa kertas mau dicatat segala?" tanya Sani polos.

"Saya catat di hati." Angan tersenyum lebar. Tak sedikitpun dia merasa kesal karena pertanyaan-pertanyaan menyeleneh Sani. Lucunya dia malah gemas. "Kamu cantik banget hari ini."

"Saya tau, Om. Saya emang secantik bidadari," kata Sani bangga.

Angan melihat sepupunya menaikkan tangan ke udara memanggilnya. Dia mengusap kepala Sani sambil pamit. "Saya duluan ya. Sampai ketemu lagi, Sani. Tot ziens."

Sani menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. "Om ngomong apaan tuh?" tanyanya entah pada siapa.

"OH, MY GAAAWD! KAMU KENAL ANGAN JUNIED?" Sugar bertanya dengan suara keras, membuat Sani kaget karena Sugar datang secara tiba-tiba.

"Kenal, Kak. Baru aja ngobrol," jawab Sani santai.

"Kok bisa kenal? Dia tuh paling males tau ngobrol sama perempuan kalo bukan terta--bentar..." Sugar memberi jeda dalam kalimatnya. Menatap Sani dengan curiga. "Jangan bilang Angan tertarik sama kamu."

"Katanya sih gitu. Barusan diajakin pacaran," balas Sani santai.

"What?! Kamu terima nggak?" Sugar memegang kedua sisi bahu Sani, menatap penasaran. "Jangan bilang kamu tolak ya. Sumpah... deketin Angan tuh susah!"

"Aku suruh pedekate yang lama. Lagian aku punya belahan jiwa sendiri, Kak."

"Aduh... Sani. Kenapa kamu melepas kesempatan emas sih? Dia tuh paket komplit plit plit!"

"Emangnya nasi goreng paket komplit," cibir Sani.

"Duh, bukan gitu. Angan tuh cuek sama perempuan. Dideketin aja dia pilih-pilih. Nggak semua perempuan diizinin masuk ke dalam hidupnya. Mantannya aja sekelas Miss Universe Indonesia, Miss World, model Avona's Heart. Bahkan dia pernah pacarin aktris terkenal Hollywood. Bayangin deh seberapa hebatnya dia cari perempuan. Dia suka perempuan yang sempurna. Yang encer otaknya, punya wawasan luas, cantik, tinggi, lemah lembut, ya gitu deh. Pokoknya tuh Angan pemilih banget soal perempuan. Dia pilih yang terbaik dari yang terbaik." Sugar menyerocos.

Beberapa detik kemudian Sugar sadar. Semua yang diucapkannya berbanding terbalik dengan sepupunya. Bukan meremehkan Sani, tapi hampir semua kriteria Angan tidak ada di diri Sani.

"Kenapa dia bisa ngajak kamu pacaran? Kamu nggak bercanda, kan?" tanya Sugar masih tidak percaya.

"Aku juga heran, Kak. Aku kan bolot, pinter juga nggak. Matanya lagi blur kali, Kak." Sani mengambil cheesecake lagi, mengunyahnya dengan lahap.

"Mungkin menurut Angan, kamu menarik. Kamu kenal Angan di mana?" tanya Sugar ingin tahu.

"Dikenalin Pak Anatomi." Sani kembali mengunyah cheesecake.

"Pantesan. Angan jarang mau kenalan."

"Kak Sugar tau banget tentang Om Angan. Pernah pacaran, Kak?"

"Nggak. Semua orang juga tau Angan kayak gitu. Lagian siapa yang nggak kenal sama Angan Junied? Dia anaknya mantan hakim terkenal. Kalo Angan punya pacar seluruh dunia pasti tau soalnya dia selalu bucin sama pacar-pacarnya. Dibeliin yacht pribadi, rumah, apalah," cerita Sugar.

"Ternyata Om itu sekaya Pak Ana," gumam Sani.

"Dia juga--" Suara Sugar menghilang seiring sapaan MC dari atas panggung. "Jangan tolak Angan. Liat tuh dia sekece itu," lanjut Sugar.

Sani memandangi panggung sambil tak berhenti mengunyah cheesecake. Di atas panggung Angan tampak duduk memegang stik drum. Menit berikutnya Angan mulai menunjukkan kebolehannya bermain drum, mengiringi nyanyian yang disuguhkan vokalis bandnya. Wajah tampannya menjadi suguhan indah lainnya selain suara merdu sang vokalis. Sani suka yang tampan-tampan. Ya, bolehlah Angan menjadi cuci mata untuk saat ini.

"Angan tuh drummer," bisik Sugar pada Sani.

"Aku baru tau Om Angan drummer."

"Iya, Angan cuma manggung di acara teman-teman dekat aja bareng temannya. Nama band mereka Best Friend." Sugar memberitahu.

"Oh, bisa mukul drum juga. Gue pikir cuma mukul hati perempuan," gumam Sani pelan.

Sugar menyenggol bahu Sani. "Kenapa? Hati kamu udah kepukul sama cintanya dia?"

"Nggak. Aku malah mau nolak dia, Kak," jawab Sani enteng.

Sugar melongo sebentar, kemudian bertepuk tangan pelan. "Luar biasa. Kamu emang sepupu aku yang paling unik. Bisa gempar nih dunia kalo kamu nolak Angan."

🎵🎵🎵

Buku-buku berjejer rapi di perpustakaan. Sani mengajak Sweety dan Mila membantunya mencari bahan untuk tugas mata kuliah. Pasalnya Sani mendapat kelas berbeda dari Mila dan Sweety. Dosen kelas Sani sangatlah menyebalkan jadi baru masuk perkuliahan semester tujuh sudah dikasih tugas.

"Gue nggak paham kenapa Om Angan tertarik sama gue," mulai Sani sembari melihat-lihat buku di depan matanya.

"Mungkin karena lo unik," sahut Sweety.

"Dikirain barang antik apa unik segala."

Mila menyerobot, "Intinya lo unik banget banget. Itulah kenapa Kak Angan suka."

Sani mengambil buku yang ada di depannya, membuka dengan cepat, lalu meletakkan kembali. "Bahas soal Om Angannya nanti dulu deh. Ini kita cari buku apa ya?"

"Astaga!" Sweety menepuk keningnya kasar. "Lo cari buku Hukum Kesehatan. Masa udah lupa? Ampun... gue mau maki-maki lo tapi ini perpustakaan."

Mila terkekeh pelan sembari menepuk pundak Sweety. "Sabar, sabar."

"Duh, gue makin heran Kak Angan kenapa bisa naksir lo ya. Apa nggak darah tinggi dia ngobrol sama lo? Nggak mungkin cuma gue doang yang darah tinggi." Sweety menyerocos.

Sani mengabaikan dan kembali fokus pada buku yang disebutkan Sweety. Setelah ketemu, dia menunjukkan pada kedua sahabatnya. "Ini kan, Beb?" tanyanya tanpa dosa.

"Tuh kan lo beneran bikin darah tinggi." Sweety mendesah kasar. "Iya, itu bukunya. Tapi kata lo tadi ada dua buku."

"Oh, iya." Sani menengadah, melihat setiap judul pada punggung buku.

Di sisi lain rak buku, ada Angan yang berdiri memerhatikan Sani tengah mencari buku melalui celah-celah rak. Bukan kebetulan tetapi dia sudah menanyakan pada Sweety lebih dulu mengenai keberadaan Sani. Dia ingin menjemput Sani dan katanya sedang mencari bahan untuk tugasnya.

Pelan-pelan Angan menuliskan sesuatu di kertas yang dia bawa, lantas mengambil buku di depannya, dan mengambil satu buku lagi di depan Sani. Rak buku perpustakaan tidak memiliki sekat jadinya bisa mengambil buku dari dua arah.

Selagi Sani sibuk mendongak, Angan meletakkan kertas di dalam buku yang ada di depan Sani. Setelahnya dia meletakkan kembali buku yang ada di depan Sani dan meletakkan buku di depannya. Pelan-pelan Angan mendorong buku di depannya sampai buku di depan Sani jatuh.

"Waduh... dia ngambek sampai menjatuhkan diri," ucap Sani pelan, yang kemudian segera mengambil buku yang terjatuh itu.

Ketika Sani akan meletakkan bukunya, ada kertas yang lolos dari buku. Sontak, dia mengambil kertasnya dan melihat tulisan di sana.

Hai, Sani!

Sani menyenggol bahu Mila. "Gaes, gaes. Gawat nih. Kok hantu sini bisa tau nama gue sih?" Dia menunjukkan kertas itu.

Sweety sadar akan keberadaan Angan ketika laki-laki itu menampakkan dirinya di belakang Sani. Sahabatnya itu tidak sadar karena sedang memunggunginya. Melihat Angan, dia mencolek punggung Mila dan memberi kode melalui mata supaya segera pergi dari sana. Biarkan saja Angan membantu Sani.

"Menurut lo hantu bisa nulis?" tanya Mila, yang mana telah bersiap-siap pergi bersama Sweety.

"Bisa, Beb. Itu yang gue liat di film. Suka nulis-nulis gitu," jawab Sani enteng. "Kalo hantunya ganteng, gue mau godain ah. Tapi ini hantu laki atau perempuan ya?"

"Berarti kamu mau godain saya?" sela Angan.

Sani terlonjak kaget sampai buku yang dipegangnya jatuh. "Astagap! Ngagetin aja, Om."

"Kamu fokus banget sih." Angan tersenyum lebar. "Saya yang nulis. Bukan hantu ganteng seperti yang kamu bayangin."

"Om punya ilmu nulis diem-diem? Kok bisa ada di buku?" tanya Sani heran.

"Saya punya jurusnya. Kamu mau belajar nggak?" canda Angan. Dia menahan tawanya mati-matian meskipun ingin tertawa keras.

Sweety dan Mila mulai pergi dengan langkah mengendap-ngendap supaya tidak ketahuan Sani. Tak butuh waktu lama mereka benar-benar meninggalkan Sani berduaan dengan Angan.

"Ini mah bisa-bisaan Om aja. Bisa aja kertasnya udah diletakkin dari kemarin." Sani memungut buku yang jatuh, mengambil kertasnya, dan meletakkan kembali bukunya. Kemudian, dia mengambil pulpen dari saku celana jins lantas menuliskan sesuatu di kertasnya. "Ini balasan dari saya, Om."

Angan mengambil kertas yang diberikan Sani padanya. Dia tertawa tanpa suara saat melihat jawaban Sani.

Apa, Om? '___'

"Kamu moodbooster banget ya. Susah juga nih seimbangin lucunya kamu."

"Jangan diseimbangin, Om. Bukan timbangan soalnya."

Angan menutup mulutnya, berusaha menahan tawa keras yang akan lolos. Dia tidak bisa kalau tidak tertawa.

"Tutup mulut mulu, Om. Belum sikat gigi ya?"

Angan tidak pernah menduga akan diceplosin hal semacam itu. Menurutnya Sani memang teramat unik. Di antara banyaknya perempuan, Sani menjadi satu-satunya yang berbeda.

"Nggak, ini lagi sakit gigi. Kamu mau nemenin saya ke dokter gigi nggak?" balas Angan bercanda.

"Boleh aja. Tapi saya lagi sibuk, Om. Mau cari bahan buat tugas. Kalo nungguin saya kasian giginya nanti nangis." Sani kembali mengamati satu per satu buku yang dia butuhkan. Detik selanjutnya dia menoleh ke samping. "Eh, kok Sweety sama Mila nggak ada?"

"Mereka udah pergi daritadi. Kamu nggak sadar sih."

"Kurang asem. Tadi janji mau bantu eh, malah kabur. Mana nggak tau apa yang dibutuhin." Sani menggerutu kesal. Bisa-bisanya kedua sahabatnya kabur begitu saja tanpa pamit.

"Saya bantuin cari bahan tugas kamu. Tapi sebagai gantinya kamu pulang bareng sama saya. Gimana?" tawar Angan.

"Katanya mau ke dokter gigi, Om."

"Bisa besok. Mau nggak nih?"

"Kalo Om mau kerjain tugas saya, baru saya setuju."

"Oke, setuju."

Sani bersemangat. Kapan lagi dibantuin yang pintar. Untung saja dia tidak bawa mobil karena ingin menebeng pulang sama Mila. Tak diduga-duga dia punya sopir baru.

"Btw, kenapa Om ada di sini?"

"Mau jemput kamu. Kata Sweety, kamu ada di sini jadi saya samper."

"Berarti...." Sani berhenti bicara saat bokongnya mengeluarkan suara kentut yang kencang. Suaranya cukup panjang dan berulang kali hingga membuat beberapa orang yang berada di dekatnya menoleh.

Walaupun kentutnya tidak mengeluarkan bau yang menyengat, tapi suaranya membuat orang-orang sebal. Lain halnya dengan Angan. Awalnya sempat mengira itu suara perut dan ternyata malah kentutnya Sani.

Sani nyengir sambil menatap Angan. "Maap, Om. Nggak bisa ditahan."

🎵🎵🎵

Jangan lupa vote dan komen kalian😘😘😘🤗❤️

Capek ketawa nggak? Aku sih capek😭😭😂

Follow IG, Wattpad, & Twitter: anothermissjo

Sani beruntung ya ditaksir Om ganteng😍😍😍

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro