Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 5 : Kenyataan

Samuel menjemput Ellen akhir Minggu ini. Rencananya Samuel akan mengajak Ellen untuk menemui kakeknya yang memiliki banyak pengalaman dalam dunia supranatural, karena Kakek Samuel adalah seorang indigo.

Saat sampai di rumah kakek Samuel, Ellen disambut seorang kakek yang belum terlalu tua dengan senyuman ramahnya.

"Inikah yang namanya Ellen? Pacarnya Samuel?" tanya kakek yang langsung membuat pipi Ellen memerah.

"Iya, Kek," sahut Ellen malu-malu, sementara Samuel malah tersenyum bangga.

"Panggil saja saya Kakek Madi. Ayo silahkan masuk." Kakek Madi memandu Ellen untuk masuk ke dalam rumahnya.

Kakek Madi tinggal bersama seorang cucunya yang kini sedang bekerja, sedangkan istri kakek Madi sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu.

Samuel tampak membuatkan minuman untuk kakeknya dan Ellen. Ellen sangat senang mengobrol dengan kakek Madi karena orangnya sangat welcome dan banyak pengalaman.

"Ellen, kakek tahu apa tujuanmu datang," kata kakek Madi langsung saat Samuel sudah duduk bersama mereka.

"Iya, Kek. Maaf ya saya datang karena punya tujuan bukan hanya untuk mengunjungi Kakek," ucap Ellen tidak enak hati.

"Haha nggak apa-apa, Kakek malah senang jika masih ada yang membutuhkan pertolongan Kakek."

"Kek, apa Kakek tahu kuntilanak yang selalu menghantui Ellen?" tanya Samuel langsung, ia memang penasaran apakah benar kuntilanak itu benar mama Ellen atau bukan.

"Hem ... Sebentar ya." Kakek Madi tampak memejamkan mata berkonsentrasi.

Setelah beberapa saat lamanya, kakek Madi pun membuka matanya dan senyum simpul tersungging di bibirnya.

"Ellen, Kakek dengan mudah tahu soalnya dia ini sebenarnya selalu mengikutimu," ucap Kakek Madi yang yang langsung membuat Ellen ketakutan.

"Tanya sama Sam, dia pasti juga menyadari," kata Kakek lagi menambahkan.

Samuel hanya mengangguk menyetujui perkataan kakeknya. Ia memang sengaja membawa Ellen menemui kakeknya karena yakin jika kuntilanak itu pasti mau berkomunikasi dengan kakeknya.

"Ellen, kamu tenang saja. Kuntilanak itu memang mama kamu. Dia hanya ingin memperingatkan kamu dan adikmu agar segera pergi dari rumah yang kamu tinggali sekarang. Mama kamu sedih karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk menjagamu dan adikmu," jelas kakek Madi.

"Bagaimana bisa mamaku berubah jadi kuntilanak, Kek?" tanya Ellen dengan air mata yang mengalir di pipinya. Ia sangat sedih mendapati kenyataan ini.

"Mungkin karena mama kamu belum ikhlas untuk pergi dan masih ada urusan yang belum dia sekesaikan," kata Kakek Madi.

"Kek, tolong tanyakan pada mama. Kenapa aku harus pergi dari rumah Oma Dini?" tanya Ellen yang kini sudah tampak bisa menguasai diri.

"Mama kamu tidak bisa menjawabnya, Ellen. Mungkin kamu yang harus mengetahui sendiri nantinya. Ehm ... Boleh Kakek bertanya? Bagaimana mama kamu saat dia meninggal?" tanya Kakek Madi.

"Mama terkena serangan jantung. Tapi yang membuat aku heran, banyak sekali rambut di mulutnya. Saat aku tarik rambut-rambut itu sepertinya tidak ada habisnya. Jadi akhirnya aku merahasiakan itu semua dari siapapun, bahkan dari adik saya," kata Ellen menjelaskan kenangan buruk saat mamanya meninggal dunia.

"Hem ... Begitu ya?" Kakek Madi terlihat manggut-manggut.

"Bagaimana, Kek? Apa Kakek mencurigai sesuatu?" tanya Samuel penasaran.

"Kakek tidak bisa mengatakannya sekarang. Begini saja, Ellen. Seminggu ini kamu memantau apa saja aktivitas di rumah Oma kamu. Kalau ada kejadian yang kira-kira tidak wajar, kamu ceritakan langsung pada Samuel. Kakek akan menyelidiki juga dari sini," kata Kakek yang membuat Ellen merasa ada bahaya mengintai dirinya dan Ethan.

"Baik, Kek. Terimakasih. Ehm ... Tapi apakah boleh aku menceritakan hal ini sama Oma Dini dan Ethan?" tanya Ellen lagi.

"Jangan! Sementara ini kamu harus merahasiakan hal ini dulu sampai ada bukti yang jelas sebenarnya ada apa dengan rumah itu," peringat Kakek Madi.

Ellen dan Samuel pamit pulang setelah puas mengobrol dan hari sudah menjelang sore. Samuel menguatkan Ellen agar dia berhati-hati dan juga harus menjaga Oma Dini serta Ethan. Ellen hanya bisa berdoa agar ia dan keluarganya bisa terbebas dari bahaya apapun yang ia sendiri belum mengetahuinya.

Beberapa hari telah berlalu, Ellen selalu mengamati dan memantau segala aktivitas di rumah ini. Sejauh ini belum ada hal yang baginya mencurigakan. Hari ini adalah Kamis malam, Ellen tahu jika Omanya pulang awal hari ini. Jadi ia ingin mengobrol karena sudah lama ia tidak mengobrol santai dengan Omanya itu.
Setelah makan malam, Oma Dini terlihat langsung masuk ke dalam kamarnya. Ellen yang ingin mengajak bicara jadi tidak enak hati karena melihat kelelahan di wajah omanya. Ellen pun mengurungkan niatnya dan kembali ke dalam kamarnya.

Jam telah menunjukkan pukul 9 malam namun Ellen tak dapat memejamkan matanya, ia terus kepikiran dengan omanya. Khawatir jika omanya sakit. Akhirnya Ellen pun keluar dari kamarnya menuju dapur. Ia hendak membuatkan teh hijau kesukaan omanya sekalian ingin memeriksa keadaan omanya yang terlihat kurang sehat.

Suasana rumah sudah sepi dan agak gelap karena beberapa lampu telah dimatikan. Dengan perlahan Ellen membuka pintu kamar Oma Dini, tidak ingin mengganggu jika omanya ternyata sudah tidur. Namun Ellen malah kebingungan saat tak mendapati Oma Dini ada di kamarnya. Dengan berjingkat, Ellen pun memeriksa kamar mandi, siapa tahu Oma Dini ada didalamnya. Namun ternyata juga kosong.
Ellen hanya berdiri tidak tahu hendak bagaimana. Namun kemudian sayup-sayup ia dengar suara Oma Dini entah bicara apa. Ellen pun mendekati sumber suara. Dan ternyata ada sebuah pintu yang selama ini tak ia sadari. Pintu itu biasanya tertutup oleh sebuah lukisan yang sangat besar. Sangat perlahan, Ellen pun membuka pintu itu. Gelap langsung menyergap matanya, hanya ada sebuah lilin kecil menerangi di depan Oma Dini berdiri.

Ellen sangat terkejut dan hendak berteriak namun dengan sekuat tenaga ditahannya. Pemandangan di depannya sangat ganjil. Oma Dini seperti sedang melakukan ritual. Berbagai macam bunga dan sebuah lilin, seperti sesaji didepannya dengan berkomat-kamit entah mengatakan apa. Ellen menutup mulutnya dan perlahan menutup pintu. Dengan langkah gemetar dan jantung berdegub kencang, ia pun keluar dari kamar Oma Dini tanpa suara.

Esoknya, Ellen langsung menceritakan semuanya pada Samuel dan tanpa berpikir lagi, mereka pun pergi ke rumah kakek Madi. Ellen dan Samuel menyadari jika pasti ada sesuatu yang tidak beres dengan Oma Dini.

Sesampainya di rumah Kakek Madi, Ellen dan Samuel langsung menceritakan semua yang terjadi. Kakek Madi tampak tenang menanggapi apa yang diceritakan Ellen.

"Sebenarnya, setelah kamu datang kemari, Kakek pergi ke rumah kamu waktu malam hari. Dan apa yang Kakek lihat menguatkan kecurigaan Kakek apalagi dengan yang kamu ceritakan baru saja," ucap Kakek Madi tenang.

"Kek, tolong ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Ellen tidak sabar.

"Ellen, sebelum Kakek mengatakan semuanya berjanjilah jika kamu harus ikhlas dan sabar menerima semuanya."

Ellen menghela nafasnya dalam, berusaha menenangkan dirinya, " Baiklah, Kek."

"Ellen, sebenarnya selama ini Oma kamu melakukan sebuah pesugihan. Namanya pesugihan rambut iblis. Dengan mengorbankan keluarganya satu demi satu, maka oma kamu akan semakin kaya," ucap Kakek Madi yang sontak membuat Ellen syok.

"Jadi ... Papa, mama, om Reza ... Menjadi korban pesugihan Oma Dini?" tanya Ellen seperti pada dirinya sendiri, tak percaya.

"Mungkin, Ellen."

Samuel memeluk Ellen, berusaha menenangkan dan memberi kekuatan pada kekasihnya itu.

"Kek, bagaimana cara pesugihan ini bekerja? Maksudnya bagaiman menentukan korban dan setiap berapa tahun?" tanya Ellen setelah bisa berpikir.

"Setahu Kakek, pesugihan ini bebas. Jika ingin lebih kaya ya tinggal berikan korbannya saja. Tidak terukur berapa tahun. Untuk korbannya ya terserah Oma kamu menentukannya. Biasanya ia akan memasang foto di sesajen yang ia pasang untuk beberapa waktu," jelas Kakek Madi.

Ellen tampak memejamkan mata, mengingat lagi kejadian malam Jum'at tempo hari, melihat lagi apakah ia melihat foto yang ada di sesajen yang ia lihat. Namun tiba-tiba matanya membelalak ngeri. Tangannya menutup mulutnya yang hendak menjerit.

"Ellen?!" panggil Samuel sambil meraih tangan Ellen.

"Gilang! Aku melihat foto Gilang di sajen itu. Gilang adalah sepupuku, Kek." Ellen menutup wajahnya dengan tangan, menahan air mata yang hendak tumpah di pipinya.

"Tenanglah, Ellen. Mungkin kita bisa mencegahnya. Ada cara untuk menghindar dari itu. Yang penting, kamu harus memperlihatkan Gilang dan cobalah membawanya ke sini. Kakek akan coba memanggil teman Kakek yang bisa membantu kita." Kakek Madi berusaha menenangkan Ellen.

"Baiklah, Kek. Aku akan mencoba memberitahu Gilang akan hal ini dan membawanya kemari," kata Ellen yang masih belum dapat menenangkan dirinya.

"Semoga Gilang percaya ya, Nak," ucap Kakek Madi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro