Bab 10 : Penyesalan
Ellen, Ethan dan Samuel menatap bungkusan putih kain mori dengan wajah ngeri. Tak disangka mereka melihat bukti nyata perjanjian dengan iblis. Sementara Oma Dini malah tertawa menyeramkan terdengar di telinga. Ia seperti sudah kerasukan akan iblis itu sendiri.
Ellen berpikir keras bagaimana caranya ia mendapatkan rambut iblis itu. Jika merebut dengan paska, pasti Oma tidak akan membiarkannya karena di tangan Oma Dini tergenggam sebuah belati tajam. Ellen bergidik melihat pantulan sinar dari belati itu, ia yakin belati itu pasti sangat tajam.
Ellen pun mengalihkan pandangannya pada Samuel yang ternyata mberi kode untuk mereka masuk ke dalam kamar khusus Oma Dini. Ellen pun mengikuti apa yang direncanakan Samuel karena ia percaya niat Samuel pasti baik.
Samuel pun menghitung pelan hingga angka 3 lalu Samuel berlari masuk ke dalam kamar khusus. Ellen menyusulnya dengan menarik tangan Ethan kuat-kuat karena dilihatnya Ethan hanya berdiri mematung.
Oma Dini yang melihat 3 orang di hadapannya berlari maka ia pun dengan sigap ikut masuk ke dalam kamar khususnya. Kamar tempat pemujaan kepada pemilik rambut iblis itu.
"Mau lari ke mana kalian? Sudah tidak ada tempat lagi. Malah bagus jika kalian masuk ke dalam sini, biar sekalian iblis yang menjemput kalian sekarang. Haha," ucap Oma Dini tertawa senang.
Lalu ia pun mengambil baki sesajen yang telah ada bermacam-macam bunga di dalamnya lalu meletakkan di sebuah meja pemujaan. Lalu Oma Dini menyalakan kemenyan dan meletakkan bungkusan ribut iblis dengan hati-hati diatas sajen.
Samuel kembali mengedipkan matanya pada Ellen untuk memberi kode. Tidak ada waktu lagi, mereka harus memperoleh rambut iblis itu dan membakarnya sekarang juga.
"Oma ... Tolong hentikan!" teriakan Ellen keras dengan air matanya yang bercucuran deras.
Oma Dini sesaat memalingkan wajahnya dan melihat Ellen dengan sinis. Tak tampak lagi wajah Oma Dini yang dikenal Ellen selama ini. Yang tampak adalah wajah yang telah dirasuki iblis, penuh kegelapan.
Namun tak mau membuang waktu, melihat Oma Dini yang tidak sedang memegang bungkusan rambut iblis dan perhatiannya teralihkan karena melihat Ellen yang menangis histeris, Samuel pun secepat kilat mengambil bungkusan rambut iblis itu.
Oma Dini pun berteriak kaget dan memukul Samuel. Namun Samuel menahan tangan Oma Dini dan Samuel melemparkan bungkusan rambut iblis itu pada Ethan.
"Ethan, cepat bakar rambut iblis itu!" teriak Samuel yang sudah tampak kewalahan memegangi Oma Dini.
Samuel tidak menyangka kekuatan Oma Dini bisa sebesar ini dengan usianya yang sudah lebih dari setengah abad.
"Baik, Kak!" teriak Ethan sambil mengeluarkan korek apinya.
Oma Dini yang sudah gelap mata dapat meraih pisau belati dan menusukkannya ke perut Samuel. Ellen yang melihat Samuel kewalahan menghadapi Oma Dini, ia pun membantu.
Ellen dengan penuh kekuatan menghadapi Omanya sendiri, menghalangi gerak Omanya yang hendak merebut rambut iblis.
Tak disangka, wujud iblis sesembahan Oma Dini muncul perlahan dari sajen yang dipersembahkan Oma Dini.
"Cepat, Ethan!" teriak Ellen tidak sabar karena mereka tidak punya banyak waktu.
Ellen, Ethan dan Samuel ketakutan dan gemetar melihat sosok iblis yang mulai nampak. Sosok dengan wajah menyeramkan dengan sorot mata berwarna merah, tubuhnya tinggi besar dan hitam. Rambutnya terurai panjang. Memandang Ellen, Ethan dan Samuel seakan hendak menelan mereka hidup-hidup. Sementara Oma Dini hanya tersenyum puas, dengan ditumbalkannya 3 orang sekaligus, ia tidak dapat membayangkan berapa nilai kekayaan yang akan didapatkannya. Oma Dini tertawa terbahak-bahak dalam hati.
"Ethan!!!" teriak Ellen dengan sisa-sisa suaranya. Ia ingin menyadarkan Ethan agar segera membakar rambut iblis di tangannya.
Tangan Ethan gemetar ketakutan, namun dikuatkan hatinya dan membakar rambut iblis di tangannya.
"Jangan!!" seru Oma Dini yang hendak berlari untuk mencegah tindakan Ethan namun Ellen memegangi omanya kuat-kuat.
"Oma, sudahlah. Biarkan semua berakhir di sini. Tidak apa-apa kita kita hidup sederhana, tapi yang terpenting ada cinta kasih didalamya. Oma, aku sayang Oma," ucap Ellen lirih dengan sepenuh hatinya, ia ingin menyadarkan bahwa jalan yang ditempuh Oma Dini selama ini keliru.
Untuk sesaat, mata Oma Dini menatap mata Ellen. Ellen dapat melihat jika Oma Dini sedih dan menyesal dengan apa yang telah dilakukannya. Namun semua itu telah terlambat.
Kini rambut iblis di tangan Ethan sudah habis terbakar, tercium bau gosong yang menyengat. Iblis marah karena perjanjiannya dengan Oma Dini seperti diputus secara sepihak dan juga Oma Dini sudah menjanjikannya tumbal untuk menjadi miliknya. Maka dengan perlahan, rambut milik iblis yang terurai melilit tubuh Oma Dini.
Ellen, Ethan dan Samuel berusaha sekuat tenaga untuk menarik Oma Dini, namun gagal. Kekuatan iblis jauh lebih kuat dari kekuatan mereka bertiga.
"Oma!!!" pekik Ellen dan Ethan bersamaan.
Di sela-sela nafas terakhirnya karena jeratan rambut iblis melilit lehernya, Oma dini mengatakan," Maafkan Oma, Oma sayang kalian .... "
Dan Oma Dini pun menghembuskan nafas terakhirnya. Darah mengucur dari mulut, hidung dan telinganya. Bukan itu saja, sesaat setelah sosok iblis itu menghilang karena puas akan korbannya, tubuh Oma Dini gosong, seperti terbakar.
"Oma .... "
Teriakan pilu Ellen dan Ethan tak dapat ditahan lagi. Jasad mengenaskan Omanya semakin membuat Ellen dan Ethan sedih.
Sementara Samuel menyaksikan semuanya dengan sisa-sisa tenaganya. Ia lemas karena mulai banyak kehilangan banyak darah dari luka tusukan di perutnya.
Ellen yang menyadarinya, segera memanggil sopir dan menyuruhnya agar diantarkan ke rumah sakit. Sementara Ellen dan Ethan segera mengurus jenazah Oma Dini. Para pembantu yang sebenarnya tahu kejadian itu karena mereka mengintip, membantu Ellen dan Ethan dan berjanji akan merahasiakan semuanya dari khalayak umum.
***
Satu tahun kemudian ....
Ellen tersenyum bahagia saat kamera memotret dirinya saat selesai acara wisuda. Ia telah menyelesaikan kuliahnya. Ada Ethan dan Samuel yang selalu menemani. Kini Samuel sudah bekerja di sebuah perusahaan ternama.
Ellen dan Ethan selama ini tetap tinggal di rumah Oma Dini bersama dengan Tante Vena dan Gendhis, karena mereka kasihan dengan banyaknya pekerja yang menggantungkan hidup mereka dari pekerjaan di rumah itu. Setelah Oma Dini meninggal, ahli waris dijatuhkan pada Ellen, Ethan dan Gendhis, cucu Oma Dini yang tersisa. Kekayaan dibagi 3 orang ini. Untuk urusan hotel, Ellen menyerahkannya pada Tante Vena, mamanya Gendhis. Tak disangka hotel bisa dipertahankan dengan baik.
Lamunan Ellen kembali ke saat ini, ia memandangi Ethan dan Samuel, dua orang yang sangat disayanginya dan sangat berarti untuknya. Ketiganya berpelukan dan menumpahkan kebahagiaan.
"Selamat, Kak Ellen," teriak Gendhis sambil memeluk Ellen dari belakang.
Tante Vena pun memeluk Ellen dengan sayang, " Selamat ya, Nak."
Ellen tak menyangka akan mendapatkan kembali keluarganya, begitu pun dengan Ethan, Gendhis dan Tante Vena. Bersama mereka membangun keluarga karena telah merasakan pedihnya kehilangan orang yang sangat mereka kasihi.
- The End -
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro