Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Mencari Nenek Bulan [End]

Malam ini Juno berdiri di depan rumah Mira. Setiap malam dia mendatangi rumah para mantannya untuk meminta maaf, rumah Mira yang paling jauh di antara mantan-mantan yang lain. Tapi, Mira sama seperti yang lain. Mengabaikannya. 

Suara bising motor memecah keheningan malam. Hatinya selalu merasa bersalah. Juno baru tahu ternyata begini rasanya sakit hati. Tidak enak. Dia berhenti di depan rumah Kinanti. 

Menekan bell berulang kali, tapi yang menyahut hanya anjingnya. Pantas saja ini sudah pukul sebelas malam, sebaiknya dia lari sebelum anjing itu membelah diri dan mengejarnya. Juno segera menstarter motornya. “Sial!” Dia memukul motornya. “Pake mogok lagi.”

Sementara anjing terus menggonggong. Bisa-bisa Juno di sangka maling, jika menuntun motornya. Juno masih berusaha menghidupkannya. “Kenapa sih pake ngadat di sini?” 

Akhirnya Juno menuntun motornya, pergi dari depan rumah Kinanti. Menjauhi suara lolongan anjing. Nasibnya benar-benar malang. Tak ada yang menghargai niat baiknya selain dirinya sendiri. 

Sudah terlalu malam jika Juno meneruskan untuk pergi ke rumah Rea. Rumahnya masih jauh, apalagi di tempuh dengan motor yang sedang tidak bisa di ajak kompromi. “Lama-lama motor yang naik aku,” gerutunya. 

Bisa bahaya jika Juno ketiduran di jalan dan berubah jadi perempuan. Dia mendaratkan bokong di sebuah pos ronda. Lalu melihat sekeliling, jalanan benar-benar sudah sepi. Juno memang ingin mati, tapi terlalu pecundang jika dia mati di tangan begal yang membegal motor mogok. Maka jika ada begal rencana pertamanya adalah merelakan si item daripada merelakan nyawanya melayang. Menyelamatkan nyawa lebih baik daripada menyelamatkan harta. Meski, di begal harta tak dapat dikatakan sebagai beramal, Juno tak peduli. Nyawa melayang di tangan begal pun bukan sebuah amal, meski dia seorang pendosa. 

Juno sudah melantur kemana-mana. Dia mulai menguap, kesadarannya mulai berkurang, mata mulai meredup. Juno merebahkan tubuh, dan mimpi mulai menjemputnya.  

***

Beberapa warga duduk di pos satpam, mereka seperti garda terdepan menjaga seorang perempuan yang sedang tertidur. “Ini bidadari dari mana? Ileran aja masih kelihatan cantik,” gumam salah seorang di antara mereka. Bahkan mentari pun seolah ikut tersenyum melihat Juno. 

Namun, ayam seolah tertawa, mengejek kebodohan bapak-bapak itu. Ayam itu bangun lebih awal, mereka menyaksikan detik-detik saat bocah lanang itu berubah jadi perempuan.

Bapak-bapak sibuk memuji, betapa cantiknya anak gadis itu, membuat ayam betina mendelik iri. 

Juno terbangun karena kebisingan ayam betina mengumpat dirinya. Perlahan matanya terbuka. Dia berteriak karena rasa terkejutnya melihat sekelompok bapak-bapak berkumis menatapnya lapar. “Ampun pak.” 

“Belum apa-apa kok sudah minta ampun.” Salah satu bapak itu terkikik. Lalu menyikut temannya. 

“Jangan pak.” Juno berangsur mundur, karena bapak-bapak itu terus mendekat.  

Tiba-tiba beberapa orang ibu-ibu datang berkacak pinggang. “Bagus! Bukannya kerja, malah godain daun muda,” pekiknya. 

Sontak bapak-bapak itu berlari untuk menghindari para istrinya. Namun, hanya satu yang tersisa. Pria tampan berwajah oriental. “Bapak kenapa nggak pergi?”

“Saya nungguin kamu pergi dari sini.”

“Kenapa?” Juno mengernyit. 

“Soalnya ini pos mau saya pake buat tidur,” ucapnya sembari menguap. 

Juno menghela napas. Kakinya terayun turun dari pos ronda itu. Berkali-kali dia mencoba menghidupkan motor, tapi motor tak kunjung menyala. Akhirnya dia mendorongnya kembali.

Setiap pria yang berpapasan selalu menggodanya. “Cuitwiw.”

Juno mendelik. Begitulah pria hidung belang. Kakinya terus melangkah, meski dia lelah. Matanya tak henti berair. Kenapa dia menjadi cengeng. Apa setiap perempuan seperti itu? Saat dia masih menjadi laki-laki tulen, dia tak pernah pedulikan perasaan mereka. Dia selalu menyepelekan mereka begitu saja. Baginya perempuan itu ribet. Padahal segala sesuatu bisa dipermudah. Suka nyatakan, tak suka tinggalkan. Tapi, tidak bagi mereka. Sekarang Juno merasakan itu semua. Dia ingin menjerit, menangis dan meraung-raung, kenapa selalu ada perasaan seperti itu? 

“Uhuy.” Pengendara motor melewatinya. 

Tiba-tiba pengendara motor lain berhenti di depannya. “Adek, motornya mogok ya?” 

Juno mengangguk. 

“Coba saya betulkan.” Pria itu turun dari motornya. Juno menatapnya tak percaya, ternyata ada juga yang mau membantunya setelah dia berjalan jauh dari pos ronda itu. 

Tak lama, sekitar sepuluh menit, akhirnya motor itu menyala. “Makasih ya, Pak.” 

“Iya, sama-sama. Hati-hati ya, Adek.” Pria itu berlalu dengan motornya. 

Juno memang selalu bersikap apatis. Dia jarang sekali berbuat baik, padahal penangkal kutukan itu adalah 1000 kebaikan. Orang yang sering berbuat baik tidak akan kesulitan mengumpulkan 1000 kebaikan. Bahkan, sejak dia mendapat kutukan penyamun itu. Dia belum melakukan kebaikan apapun. 

Dia berjanji, mulai sekarang dia akan melakukan 1000 kebaikan, bahkan lebih.  

***

Sudah lama dan sudah terbiasa dia menjalani kutukannya. Namun, setiap malam bulan purnama Juno selalu mencari si nenek tua itu. Tapi, dia dan Sissy tak berhasil menemukannya. 

Juno tak pernah menyerah pada keadaan, dia akan selalu mengingat pesan si nenek untuk melakukan 1000 kebaikan selama 1000 hari. 

“Percuma toh Jun, kalau cuma di inget doang,” gumam Sissy. 

Diam-diam Juno selalu melakukan kebaikan, tanpa perlu orang lain tahu. Kali ini dia sadar dengan kesalahannya. Perlakuannya selama ini telah membuat banyak goresan di hati setiap perempuan yang pernah dipacarinya. 

“Padahal cuma sepuluh ya, Jun. Gimana kalau beneran 1000? Kamu benar-benar bisa ditelan bumi,” ucap Sissy tanpa menoleh. Dia masih asyik memandangi keindahan bulan purnama. 

Angin tak berhenti mewakili Juno menjawab pertanyaan Sissy. Cahaya rembulan semakin terang benderang. Sissy menoleh, dia benar-benar seperti sedang bicara dengan angin, Juno sama sekali tak menghiraukan setiap perkataannya.

“Kamu tenang Jun.” Sissy menepuk bahunya. “Semua pasti ada jalan keluarnya.”

Juno tak menoleh, dia masih dengan posisinya yang duduk memeluk lutut sembari menatap bulan. Setiap malam dia selalu diliputi rasa bersalah. Setiap siang dia selalu diliputi kesedihan. Dia benar-benar tak bisa hidup tenang. Bahkan, keceriaannya hilang.

Malam ini Juno tidak akan tidur, dia akan menunggu nenek bulan itu. Dia ingin tahu, siapa cucunya yang pernah dia sakiti. Sungguh dia ingin meminta maaf. Permintaan maaf pada semua mantannya sudah dia lontarkan, Juno yakin mereka juga sudah memaafkannya. Tapi, mungkin Juno memang harus menjalani hukumannya.  

Sementara di tempat lain. 

Seorang gadis terlihat murung. Dia duduk di depan jendela kamarnya, menatap bulan yang terang benderang dengan bulat yang nyaris sempurna. Desis angin merangsek masuk ke dalam kamarnya. Dia sedang menanti detik demi detik bulan itu menyempurnakan bentuknya. 

Dalam waktu sekejap dia merasakan seluruh kulitnya mulai mengendur. Matanya tak beralih dari bulan itu. Tapi, kemudian dia mengangkat kedua tangannya ke arah cahaya bulan. Dia mencebik, karena tangannya kembali keriput. Setiap malam bulan purnama dia berubah menjadi seorang nenek tua. Meski, dia lelah dia harus menjalani kutukannya. Entah sampai kapan. Tapi, yang jelas hingga dia mendapat seseorang yang benar-benar ikhlas menyayanginya.

Dua tahun yang lalu, dia adalah anak yang sombong. Hingga kutukan itu terjadi begitu saja. Dia sendiri tidak mengetahui dengan pasti apa sebenarnya yang telah dia lakukan. 

Malam ini dia tidak ingin keluar. Hanya ingin mengurung diri. Kutukannya untuk Juno sudah berhasil merubah pria petakilan itu. Meski, dia tahu kutukan yang dia berikan untuk Juno terlalu kejam. 

“Rea, mama bawa susu nih.” Wanita itu mendorong pintu. Rea menoleh. Seketika ibunya menjerit, karena terkejut melihat Rea berubah menjadi nenek tua. Gelas jatuh menghantam lantai hingga pecah berhamburan. Rea berjalan terseok mendekati ibunya. “Iya, Ma. Ini Rea.”









Alhamdulillah tantangan Ten Day Writing Challenge-nya sudah selesai guys. Nggak kerasa ya. Padahal sempat buntu di Bab 9. Alhamdulillah Ilham itu balik lagi berkat ilmu dari Mak-ku.

Gimana sama ceritanya? Semoga berhasil membuat isi usus kalian pada rontok ya. Wkwk.

Eh gimana, itu kira-kira Juno bakal ketemu Rea nggak?!

Aku sih nggak bakal buat mereka ketemu dalam waktu dekat. Wkwk.

Gaeess ... Kalian bisa baca jg punya temen2 Rasi 2 seangkatanku. Love you all. Kita luar biasa.

Pelangi_Ella
RhyNadia
Jaemi21
JBlack_01
Amythias
VieJunaeni
imaliccious
TiansePrln
Frenchie_Lesha
FitTreeFitri

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro