Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Babi kecil

Kata pengantar tidur dari Sissy, selalu menjadi mimpi buruk bagi Juno. 

“Terbukti, kamu itu tidak laku,” celaan Sissy terngiang-ngiang di telinganya. “Kamu nggak punya kaca? Ca ... ca ... ca ....” Suara Sissy makin mengecil di telinganya, bayangan Sissy semakin menjauh. 

Koridor sekolah di padati oleh para siswi yang sedang mengantri, seperti sedang mengikuti ajang pencarian bakat menyanyi. 

Juno terkekeh bangga. Sebanyak ini perempuan yang mendaftar untuk jadi pacarnya. Dia mengangkat kerahnya tinggi-tinggi. 

Namun, tiba-tiba Juno merasa perutnya membesar, lubang hidungnya terangkat, bahkan dia merasa telinganya ikut melebar. Semua perempuan menjerit ketakutan. Pria tampan di depan mereka berubah jadi Chu pat kay, siluman babi dalam serial televisi Journey to the West dari Hongkong. 

Seketika koridor terlihat lenggang. Hanya menyisakan nenek tua berkaki tiga. Dia terkikik geli. Mencubiti kedua pipi Juno. “ Kamu lucu sekali.” 

Juno terengah-engah dia ingin lari. Tapi tongkat si nenek itu menahan kakinya dan membuatnya jatuh tersungkur. “Babi kecil, pulang sama nenek yuk, kita main lumpur.” 

Juno menjerit sekeras yang dia bisa. Tapi mulutnya terkunci, lidahnya kelu. Bahkan, dia sulit menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Tangannya pun terasa berat untuk sekedar menolak dan menggeser tongkat si nenek. Tubuhnya kaku tak ubahnya seperti mayat. 

Napasnya benar benar berat. Apalagi saat si nenek itu hendak menyiramnya dengan  seember lumpur. Sekeras apapun Juno memohon ampun, nenek itu  tetap melakukannya. 

Byurrr ….

Juno megap-megap dan berteriak sekuat tenaga. Hingga matanya terbuka. Dia melihat seorang perempuan sedang berkacak pinggang. Menatapnya dengan tatapan nyalang. “Sekolah Jun,” pekik wanita 45 tahun, rambutnya di gulung seperti egg roll. Koyo cabe bertengger di kedua pelipisnya. 

Juno masih mengatur napasnya. Mimpi macam apa yang Sissy kirimkan padanya? Tega-teganya dia mengirimkan babi untuk merasuki tubuhnya. 

***

Sissy tertawa terbahak-bahak. Mimpi Juno berhasil menggelitik ususnya. Tapi dia kembali mengingatkan tentang karma. Empat pacar dalam sebulan. Harusnya Juno sadar dengan peringatan dalam mimpi itu. Setiap kehidupan akan ada timbal baliknya.

Tapi lagi-lagi pria 17 tahun itu mengangkat kerah bajunya seraya berdiri. “Arjuno Prawirokusumo wong Jowo asal Purbolinggo, ojo percoyo karo karma.”  

Sissy mencebik. “Terserah sampeyan.” Dia melenggang pergi. Namun, Juno berlari mengejarnya. Mensejajarkan tubuhnya dengan gadis berambut sebahu itu. 

“Bikin tantangan kok, yo ngeri,” ucap Sissy sembari mendelik. 

Sejak kecil Juno memang sudah membuat tantangannya sendiri. Dia menantang dirinya untuk memiliki banyak pacar, tak tanggung-tanggung 1000 wanita ingin dia jadikan pacar. Bukan mau dijadikan patung candi, apalagi ajaran sesat, ilmu hitam, putih, atau abu-abu. Ini juga bukan soal tumbal menumbalkan. Meski bagi Sissy, Juno akan banyak menumbalkan perasaan.  

Bagi Juno ini lebih dari sekadar menantang maut. Jika satu wanita satu tahun, berarti dia harus bisa hidup 1000 tahun. 

Sissy geleng-geleng kepala. "Bukan cuma menantang maut, tapi kamu itu menantang Tuhan."

Juno terdiam. Salahkah jika dia ingin hidup 1000 tahun?

Sissy kembali menggelengkan kepala. Baru sadar dia punya teman. “Sinting," ucapnya seraya mempercepat langkah. 

Pria jangkung itu sedikit membungkukkan tubuhnya. Dia memiringkan wajahnya. “Iya deh aku ralat ucapanku yang tadi.” 

Sissy berhenti. Bahunya turun. “Syukur deh.” 

“Gimana kalau satu wanita satu bulan, itu artinya aku harus mencapai 1000 bulan.” 

Sissy mendelik. “Wong ed-yan.” 

Menurut pengakuan Juno, Sissy adalah pacar pertamanya. Dari bayi, Juno sudah memacari Sissy, ungkapnya. Tapi, itu hanya agar dia bisa mencapai target, 1000 wanita. Meski dia tak benar-benar memacari Sissy. Total perempuan yang sudah dia pacari ada lima jika Sissy di masukan ke dalam daftar. 

Juno terus saja mengganggunya. Bahkan di kelas pun tak ada hentinya, dia menulis sesuatu dalam secarik kertas dan memberikannya pada Sissy yang duduk di belakangnya. Meski, berulang kali Sissy mengabaikannya. Dia tetap tidak menyerah. 

Sy, 1000 bulan itu berapa tahun? 

Sissy menuliskan sesuatu. 

Aku kurang tahu. Tapi, lebih baik kamu banyakin doa, semoga di usia 30 tahun, kamu masih hidup. Kalaupun udah mati. Semoga para kuntilanak mau melengkapi target kamu. 

Juno menatap kertas terakhir yang diberikan Sissy. Sementara otaknya sibuk menghitung angka 1 yang setelahnya ada tiga angka 0. “Cuma seribu,” gumamnya. “Ada kembalian 200.” 

Sissy kembali menuliskan sesuatu pada secarik kertas. 

Iya masalahnya ada nggak cewek yang mau dibegoin sama kamu, setelah empat orang, di bulan kemarin yang jadi korban kamu?  

Juno tersenyum. 

Ya pasti ada-lah, Sy. Lah wong kamu aja mau. 

Sissy meremas kertas terakhir dari Juno. Sumpah serapah terlantun dengan merdu dari mulut manisnya. “Wong gendeng, wong ed-yan, wong sinting. Ora duwe otak,” pekiknya. 

Semua teman sekelas menatapnya penuh murka. Bukankah Pak Guru sudah katakan apabila hendak mengerjakan ulangan harap diawali dengan berdoa, bukan dengan caci maki seperti yang tengah Sissy lakukan. 

Tubuh Sissy melorot dari kursi kayu yang sudah reot, dia bersembunyi di bawah bangku, untuk menyembunyikan wajahnya yang mendadak merah seperti udang rebus. Tak henti mulut berbisa itu kembali merutuki kesablengan sahabatnya. 

Juno tersenyum geli. Sissy benar-benar tidak ingin di seribukan olehnya. “Benar apa kata Mamak, jangankan seribu, perempuan itu diduakan saja tidak akan mau,” gumamnya. 

***

Usai mengerjakan ulangan, Juno kembali duduk, meletakkan kedua tangan di atas meja, bersedekap seperti anak TK menanti jam pulang. Namun, otaknya masih berputar di angka 1000. Apa motivasinya? Apa dia ingin memecahkan rekor? 

Juno mengacungkan tangan hendak bertanya, “Pak, kira-kira 1000 minggu itu berapa tahun?” 

Pak Guru mengernyit. Pertanyaan apa yang Juno ajukan pada guru bahasa inggris itu? Jelas-jelas soal seperti itu tidak ada pada ulangan. 

“Juno, Jika satu tahun itu ada 52.143 pekan, berapa tahunkah jika minggunya ada 1000?” 

Guru Juno memang cerdas, jawabannya berhasil membuat Juno ingin muntah.

Semua murid beranjak dari tempat duduknya masing-masing, karena jam pelajaran sudah selesai. 

Juno melihat Mira yang masih sibuk merapikan pensil yang di jejer di atas meja, seperti habis bermain rumah-rumahan dengan pensilnya. Dia mendekati gadis yang terkenal sangat jago matematika di kelasnya itu. 

“Mir, kamu tahu nggak pertanyaan pak guru di kelas tadi,  jawabannya ada berapa sih?”

“Yang mana?” jawab Mira polos. 

“Mmm itu loh 1000 minggu itu kira-kira berapa tahun?” 

“Lah, bukannya itu pertanyaan kamu?” Mira sibuk memasukkan buku-buku dan alat tulisnya ke dalam tas. Rupanya gadis itu memperhatikan Juno yang mengajukan pertanyaan tersebut pada Gurunya. 

“Oh iya.” Juno menggaruk tengkuk lehernya. “Jadi berapa Mir?”

Mira menggelengkan kepala. 

Bahu Juno turun. “Tapi, kalau satu ditambah satu kamu tahu, ‘kan jawabannya?” 

“Aku nggak tahu.” Gadis judes itu bangkit. 

Juno menggeser lutut yang menghalangi jalan Mira untuk keluar dari tempat duduknya. “Mir, cuma anak TK yang bilang satu ditambah satu jadi dua, karena bagi aku hasilnya tetap satu, kayak kamu dan aku jadi satu.” 

Mira menoleh, mengangkat alisnya tinggi-tinggi. Ekspresi datarnya tak merespons apapun dari perkataan Juno. 

“Mir, mau nggak kamu jadi angka satu dalam hidup aku?”

Akhirnya Mira tersenyum. Gigi berpagar biru itu tetap cantik jika itu punya Mira. “Kamu cantik kalau senyum,” bisik Juno. 

Mira melenggang pergi tanpa berbicara sepatah katapun. 

“Jadi, jawabannya apa, Mir?”

Mira menoleh kemudian mengangguk. Dia mau. Sudah lama Mira menyukai pria konyol seperti Juno. Juno memang tidak terlalu tampan, tapi cowok berambut ikal itu cukup memikat hatinya. 

Juno meloncat kegirangan, dia segera menyambar tas diatas meja dan menyampirkan di bahu kirinya. Tangan kanannya merangkul bahu Mira. 

Hari ini mereka resmi pacaran. Juno langsung mengajaknya untuk jalan-jalan. Pacaran yang akan dia buat singkat itu harus berkesan di hati Mira. 

“Kamu pulang bareng aku. Kita ‘kan udah pacaran.” Tangannya tetap merangkul bahu Mira. Gadis itu membalas ajakan Juno dengan anggukan kecil, terlalu kecil hingga Juno tak melihatnya.

Sissy berkacak pinggang di dekat motor Juno. Mata antagonisnya menatap Mira tidak suka. 

“Sy, mulai hari ini, kita nggak berangkat dan nggak pulang bareng lagi. Aku udah pacaran sama Mira,” terang Juno. 

Sissy marah, mukanya panas. Kalau tahu begitu dia tidak akan menunggu Juno. 

Dia berjalan mendekat ke wajah Juno. Wajah Sissy seperti menantang Juno untuk bergulat. Dagunya terangkat. Tapi dengan cepat tangannya merogoh kunci motor dari saku Juno. 

Juno berteriak. Namun, Sissy terlanjur pergi membawa motornya. “Cewek sinting.” 

***

Setiap sebelum tidur dia sibuk mengirim pesan untuk menjadi pengantar tidur Mira. 

Juno yakin, pipi gadis itu bersemu merah tiap dia menerima pesan darinya. Meski beberapa pesan tidak ada balasan dari Mira. 

Pesan singkat kembali ia kirimkan. 

Mir, kamu nggak bosan belajar terus? 

Tak disangka pesan itu malah di jawab Mira dengan cepat. 

Kamu nggak bosen ngechat aku terus? Besok, ‘kan masih ulangan.

Cukup! Mira persis seperti ibu Juno yang selalu mengingatkannya tentang ulangan. Padahal dia bosan. Jika bisa, Juno Ingin langsung menyandang gelar sarjana tanpa sekolah, tanpa kuliah apalagi disertai ulangan. 

Pikiran tidak bergunanya justru sibuk memikirkan tantangan untuk mendapat 1000 wanita. Di sekolah pun Juno disibukkan bukan dengan mencari ilmu, tapi sibuk bergonta-ganti pacar. 

Kini Juno dan Mira sudah lima hari pacaran. Tapi, setiap Mira sibuk dengan rumus dan angka-angka, hati dan pikiran jahilnya akan datang mengganggu Sissy. 

Saat Sissy melihat list chat di whatsapp-nya, tak sengaja dia melihat Juno sedang mengetik pesan padanya. Sebelum pesan dari Juno diterimanya dia segera mengirim pesan. 

Jangan ganggu aku. Disertai emoticon devil. 

Gadis itu seperti cenayang. Dia tahu saja Juno akan mengganggunya. 

Nggak kok, cuma mau bilang selamat malam. 

Pesan dari Juno langsung dibalasnya dengan singkat, padat dan jelas. 

BASSI!!!

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro