Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

28.} Jendela Studio

"Kenapa tiba-tiba minta dibatalin, Jo? Katanya kamu juga suka sama anaknya si Rean itu," tanya papa Joan sembari menyesap teh yang ada di cangkir kecil.

Rambut Joan terlihat masih basah usai menyelesaikan mandinya, itu membuat Joan terlihat tampan berkali-kali lipat. Hoodie hitam hangat dengan celana panjang yang longgar membuat tubuh Joan menjadi lebih hangat setelah kehujanan tadi. Tak lupa, ia juga memakai kacamata jenis clubmaster, siapa wanita yang tak akan mabuk visual milik Joan?

Joan yang duduk di depan kedua orangtuanya menjawab, "Ada alasannya, Pa ... Kenapa Joan mau batalin perjodohan ini. Bisa, 'kan? Sekarang juga zaman udah berkehendak buat setiap anak nyari pasangan sendiri-sendiri. Dipaksa nikah itu nggak enak."

Papa dan mamanya diam sejenak untuk memikirkan ucapan Joan. Yang dikatakan oleh anaknya itu juga ada benarnya.

"Tapi, Papa sama Mama nggak enak dong Jo kalau tiba-tiba batalin gitu aja tanpa ada alasan yang jelas," jelas mama Joan.

"Secara perusahaan Om Rean yang minta kerja sama ini, perusahaan kita cuma menerima tawaran dan secara kebetulan Jiu itu teman Joan. Juga memang dulu Joan pernah suka sama Jiu. Jadi Joan terima-terima aja, tapi gimana sama Jiu? Jiu nggak punya rasa sama Joan," terang Joan panjang lebar.

"Oke, besok Papa bicarain sama Rean," putus papa Joan yang sukses membuat anaknya itu bersorak girang.

"Semoga ini bisa jadi jalan keluar untuk pembatalan perjodohan kita, Ji. Walau gue sebenernya sedikit nggak rela dengan pembatalan ini. Lo tau, 'kan kalau gue masih cinta sama lo? Tapi, bagaimana pun gue udah belajar banyak untuk menerima kenyataan dari lo, Ji," ungkap Joan dalam hatinya dan ia mengakhiri kalimatnya dengan senyum manisnya.

"Kenapa senyum-senyum?" goda mama Joan dengan memicingkan matanya.

"Apa sih, Ma? Gagal deh melow-nya," balas Joan sembari mengerucutkan bibirnya.

"Melow, melow, orang senyum-senyum gitu. Jangan pacaran terus, kamu masih sekolah," timpal mamanya.

"Orang Joan gak punya pacar." Begitu menyedihkan ungkapan dari remaja bertubuh seperti tiang ini.

***

Pagi sudah menyapa, Hendery sengaja membuka gorden studio-nya untuk membangunkan Jiu yang masih terlelap di sofa. Semalam, Hendery tidur di samping sofa Jiu dengan hanya beralaskan karpet studio yang ia tambahi dengan beberapa selimut.

Terlihat Jiu yang sedang mengusap-usap matanya, menyadari bahwa ada cahaya yang mengenai indra penglihatannya itu.

"Bangun," ucap Hendery sembari mengelus rambut Jiu dan menunjukkan senyum manisnya.

Jiu mengangguk dan membalas senyum mantan kekasihnya itu. Mantan tapi kok masih saling sayang kalian ini? Hendery membantu Jiu untuk duduk.

"Mau minum, makan, atau apa?" tanya Hendery yang berniat mengembalikan energi Jiu dan menghiburnya.

"Aku mau kamu," balas Jiu sembari memeluk Hendery yang ada di depannya. Respon yang benar-benar tak disangka oleh Hendery.

Sudah lama rasanya Hendery tak merasakan pelukan hangat ini. Tentu dengan cepat ia membalas pelukan Jiu. Hendery meregangkan pelukannya dan memegang wajah cantik Jiu dengan kedua tangannya.

"Kangen, ya?" goda Hendery.

"Iya," jawab Jiu yang sukses membuat tawanya dengan Hendery pecah pagi ini.

"Bentar," ucap Hendery lalu beranjak dari duduknya.

Hendery berjalan menuju dapur kecil yang ada di studio miliknya. Ia kembali dengan membawa nampan makanan yang berisi segelas susu, sebotol air mineral, beberapa butir obat dan juga beberapa potong apel.

"Makan, ya," pinta Hendery kepada Jiu.

Tetapi, Jiu malah menunjukkan puppy eyes-nya dan memberikan Hendery senyum manisnya. Hendery paham apa maksud Jiu.

"Iya, sini aku suapin," ucap Hendery.

Jiu dan Hendery duduk berdampingan di satu sofa panjang milik Hendery. Jiu menyandarkan kepalanya di bahu Hendery, sedangkan Hendery mengelus rambut Jiu dan menyuapi mantan kekasihnya itu.

Pemandangan yang cantik tak kalah dengan suasana romantis pagi ini. Sofa yang mereka duduki menghap langsung dengan jendela yang tadi padi Hendery buka gordennya.

"Der, kalau kamu pakai piyama gini bikin aku tambah berharap tau," celetuk Jiu di tengah-tengah makanannya.

"Kenapa, kok bisa gitu?" tanya Hendery heran.

"Ya, kalau kita nanti nikah. Terus setiap hari aku lihat kamu tidur pakai piyama gini. Bangun pagi udah disambut sama senyum kamu. Terus berharap hubungan kita bisa kembali kayak dulu," ungkap Jiu dengan terus memandang lurus ke arah jendela.

"Mau diwujudin nggak?"

"Mau lah."

"Ya udah kawin lari," canda Hendery.

Jiu mencubit kecil pinggang Hendery yang sukses membuat Hendery berteriak kesakitan.

"Bercanda atuh Neng," ucap Hendery jahil.

"Tapi kalau beneran kamu mau aku juga mau kok," balas Jiu dengan cengirannya.

"Makanannya udah habis, sekarang minum obatnya terus mandi," perintah Hendery.

Jiu hanya mengangguk dan menuruti ucapan Hendery. Tentu tubuhnya masih terasa begitu sakit saat ia berjalan menuju kamar mandi. Tapi, tenaganya juga sudah berangsur-angsur kembali membaik.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro