Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

20.} Bye Wen

Sore ini, Wendy pulang dengan membawa surat panggilan dari sekolah yang ditujukan kepada orang tuanya. Wendy tak langsung pulang begitu saja, ia juga tak akan pergi ke pasar Gedhe. Ingatkah kalian dengan waktu kontrak kerja Wendy di swalayan? Ya, pekerjaan Wendy sudah berakhir di bulan terakhir tahun kemarin.

Wendy menggayuh sepedanya dengan cepat. Membelah jalanan yang tak terlalu padat dengan kendaraan. Awan terlihat murung, mendung, seperti hati Wendy. Wendy menghentikan sepedanya di ujung jalan. Suasana sepi, ditemani dengan pohon-pohon rindang yang begitu besar. Angin yang berhembus menyapu halus dedaunan yang menumpuk menutupi rumput hijau yang ada di bawahnya--terlihat tak pernah di bersihkan. Bahkan tak ada satu pun kendaraan yang lalu lalang.

Wendy duduk di salah satu bangku tua yang ada di situ. Ia menyandarkan punggungnya. Lelah. Wendy tak tahu apa yang sebenarnya terjadi sejak kemarin. Ia membuka tas yang berada di ranjang depan sepedanya. Mengeluarkan sepucuk surat yang ia dapat dari ruang BK tadi.

"Heuh .... Aku nggak akan berani ngasih ini ke Ayah sama Ibu. Tapi nggak ada cara lain buat nuntasin masalah ini. Nggak mungkin, 'kan aku buang surat ini? Atau memberikan tanda tangan palsu?" gumam Wendy sembari memandangi surat yang ada di tangannya itu.

Lama, ia memandang lurus ke depan. Hingga lamunanya buyar dengan sebuah hayalan.

"Enak kali, ya. Kalau nanti jodohku kayak Jeffery. Udah kaya, ganteng, walau kelihatan cuek. Tapi, aku yakin semua laki-laki itu perhatian. Walau sekejap." Wendy melirihkan nada suaaranya saat mengucapkan kalimat terakhir.

Senyumnya seketika terbit. Pikirannya melayang ke mana-mana. Wendy mulai berkhayal saat Jeffery suatu saat nanti akan mengungkapkan perasaan cintanya kepada dirinya. Lalu mereka berdua melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. Membangun rumah tangga dan memiliki seorang anak. Hidup keluarga Wendy juga tentu tak akan sesusah sekarang ini. Jika Wendy menginginkan perusahaan. Maka Jeffery akan memberikannya kepada Wendy. Bukankah Jeffery kaya? Tentu itu bukan hal yang mustahil untuk Jeffery. Tapi, satu yang belum pasti. Akankah itu terjadi? Jika iya, kapankah waktu itu akan hadir?

"Wendy benci Jeffery!" gertak Wendy tiba-tiba saat ia sadar dari lamunanya.

Bersama dengan itu, awan mendung mengeluarkan air dan menjatuhkannya ke bumi. Hati Wendy terasa campur aduk. Hatinya mulai tenang saat hujan turu. Tapi, emosi yang Wendy miliki tiba-tiba juga ikut naik. Ini waktu yang tepat untuk mengeluarkan semua emosinya.

Wendy segera menyimpan surat yang ada di tangannya ke dalam tas agar tak melebur dengan air hujan.

"Aku kayak gini cuma karena cinta bodoh yang timbul dari diriku? Mau gimana pun ... manusia juga punya feeling. Mau gimana pun juga aku tetep yakin ini ulah Jiu! Salahkah aku suka sama Jeffery? Sumpah! Ini cinta paling bodoh yang pernah aku tau! Nyesel aku suka sama kamu Jef!" Wendy mengeluarkan sumpah serapahnya diiringi dengan air mata dan senyum miringnya berkali-kali.

Usai mengeluarkan semua emosinya, Wendy beranjak untuk kembali ke rumah. Hari semkain malam, Wendy dengan sisa keberaniannya menunjukkan surat yang ia dapat dan menceritakan semua kejadian yang ia alami. Ini pilihan Wendy. Menyembunyikan sesuatu yang fana itu melelahkan.

Bukamkah sudah dapat ditebak bagaimana reaksi keliarga Wendy? Malam itu benar-benar kacau balau. Suara bentakan dengan iringan tangis yang awalnya tak pernah terdengar dari rumah Wendy. Kini semua itu terjadi.

***

Pagi ini, kedua orangtua Wendy memenuhi panggilan dari sekolah. Wendy juga tak memasuki kelas, karena perintah dari kepala sekolah untuk bersama menunggu di ruang BK dengan kedua orangtuanya.

"Bunting tuh bunting."

"Pasti bentar lagi dia dikeluarin dari sekolah."

"Cuih! Keliatannya doang polos!"

"Biasa, orang miskin."

"Kasian banget orang tuanya. Punya anak kayak gitu."

Kira-kira seperti itulah suara-suara manusia yang berucap seperti hewan yang Wendy dengar. Belum tentu itu perbuatan Wendy, tapi sudah berkata macam-macam. Wendy hanya bisa diam dan bersabar mendengar semua gunjingan itu.

Wendy dari pagi tadi juga tak melihat sosok Jiu dan Jeffery. Bahkan Hendery, Joan dan kedua teman Jiu pun tak terlihat. Wendy marah kepada semuanya.

Akhirnya, setelah berjam-jam berdiskusi dan berbicara dengan kepala sekolah besrrta beberapa guru lainnya. Keputusan sudah diambil. Wendy akan keluar dari sekolah ini dan tidak akan meneruskan pendidikannya.

"Bukan karena aku miskin aku berhenti sekolah. Melainkan untuk membuktikan kepada dunia bahwa anak yang lahir dengan potensi akan mengalahkan anak yang lahir dengan kesombongan." Sudah dapat ditebak bukan? Siapa orang yang Wendy maksud.

Dengan diantar wali kelasnya. Wendy mengucapkan kata perpisahan terakhir dengan teman-teman sekelasnya. Saat Wendy memasuki kelas, semua anak yang awalnya ricuh entah membajas apa. Tiba-tiba menjadi diam seketika.

Wendy tahu, tatapan mata yang dilayangkan padanya itu mengartikan bahwa mereka takut, jijik, dan heran dengan Wendy. Sedangkan Joy, ia hanya bisa menatap Wendy dengan keadaan diam seribu kata. Terlihat Joy yang sedang bermain dengan beberapa gadis di kelasnya.

Wendy mengulas sedikit senyum kepada Joy. Lalu ia berdiri di hadapan semua teman-temannya.

"Siang semua. Aku di sini buat ngucapin perpisahan sama kalian. Terima kasih udah mau nerima aku selama ini. Terima kasih buat semuanya. Aku juga minta maaf sama kalian. Tanpa aku sadari dan yang aku sadari tentang semua kesalahanku selama ini. Sampai ketemu lain waktu. Dada ...." Terlihat sedikit air mata mengalir dari netra sendu Wendy saat ia mulai keluar meninggalkan kelasnya.

"Terima kasih, Wen." Kini berganti dengan Joy yang mengucap kata itu pelan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro