Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

18.} Mading

Jiu memasuki tenda seorang diri. Suasana di luar sana begitu ramai dengan suara tawa dan sorakan bahagia. Jiu menekuk kedua lututnya meringkuh dengan boneka beruang besarnya yang ia gunakan untuk bersandar.

"Sumpah gue kesel banget!" decak Jiu sembari mengacak-acak rambutnya. Ia menghela napas berat lalu mulai mengeluarkan semua unek-uneknya. "Gue lagi nggak baik-baik aja. Tapi kenapa semua orang bisa ketawa lepas kayak gitu di depan gue?! Apa perlu gue teriak-teriak di depan mereka? Heuh ...." Jiu mengakhiri kalimatnya dengan senyum miring dan air mata yang mulai menumpuk di pelupuk matanya.

Jiu terdiam. Lama, begitu lama. Tatapan matanya lurus menghadap ke depan, hatinya kosong, hatinya remuk, dia benar-benar kacau. Tak terasa, acara di luar telah usai bahkan makan malam juga ikut selesai.

Empat teman ssatu tenda Jiu memasuki tenda. Dengan salah satunya membawa sebuah nampan makanan untuk Jiu.

"Makan, Ji," ucap gadis yang membawa nampan tersebut sembari menyerahkan makanan yang ia bawa ke hadapan Jiu.

Senyum manis terulas di wajah Jiu. "Makasih, ya."

Jiu segera menyantap makan malamnya. Walau ia tak terlalu lapar, ini juga untuk menjaga kesehatannya dan juga menghargai temannya yang membawa dengan sesah payah ke dalam tenda.

Acara karya wisata ini berlangsung hingga hari ke-4. Semua berjalan lancar. Wendy dan Jeffery lebih terlihat sering bersama dan bertambah dekat. Walaupun pertemuan mereka selalu memilih waktu dan tempat yang tak terlalu terekspos oleh murid lain. Jiu juga masih sama, ia selalu melihat Wendy dan Jeffery saling mengirim kode. Tentu rasa amarahnya juga bertambah setiap hari. Untung saja Jiu tak sampai terkena penyakit darah tinggi.

***

Libur semester telah usai. Kini juga telah memasuki semester dua dan tahun baru. Saat memasuki lingkingan sekolah. Koridor yang Wendy lalui begitu ramai. Apa lagi saat ia melewati depan mading sekolah. Banyak sekali siswa-siswi yang berkerumun di depan mading. Tentu, arwah penasaran Wendy. Bukan, Wendy masih hidup. Jiwa penasaran Wendy meronta-ronta.

"Ada apa ini?" tanya Wendy kepada salah satu anak laki-laki yang sepertinya itu adik kelas Wendy.

"Ada foto porno Kak," jawabnya lalu pergi melewati Wendy.

Dengan segera, Wendy menerobos kumpulan anak-anak yang berada di depan mading. Betapa terkejutnya Wendy melihat apa yang ada di mading saat ini. Ia tak bisa berkata-kata. Dengan cepat, kedua tangan Wendy mengambil paksa gambar-gambar yang dipajang di mading tersebut. Lalu Wendy memasukkannya ke dalam tas, dan berlari menuju kelas sebelah.

"Aku tau kamu tau sesuatu tentang ini semua!" bentak Wendy kepada Jeffery yang berdiri di depannya. Wendy dan Jeffery saat ini bukan berada di kelas. Mereka berada di belakang gudang sekolah.

Iya, Wendy tadi menerobos masuk ke dalam kelas Jeffery. Dengan paksa Wendy menarik tangan Jeffery mengikuti langkahnya menuju belakang gudang sekolah. Padahal saat itu Jeffery sedang menulis sesuatu di dalam bukunya dan tertawa bersama dengan Hendery dan Joan.

Jeffery terkesiap melihat Wendy membentaknya seperti ini. Dari awal pertemuannya dengan Wendy, hanya sikap ceria yang ditunjukkan oleh Wendy. Jeffery tidak menjawab, ia hanya menunjukkan wajah terkejutnya dan mengerutkan dahinya.

Wendy mengeluarkan gambar-gambar itu dari dalam tasnya. Lalu ia menunjukkan tepat di depan wajah Jeffery. "Aku tau Jef kamu tau sesuatu!"

Jeffery mengambil foto yang ada di tangan Wendy dan melihatnya lamat-lamat.

"Kenapa?! Kaget, iya!" bentak Wendy. Ia ngusap wajahnya dan menghela napas kasar. "Aku nggak mau tau! Kamu harus tanggungjawab dan nyari penyebab semua ini!"

"Sampai aku dapat maslaah karena ini. Kamu yang akan tanggungjawab!"

"Pasti, Wen. Tanpa lo minta gue bakalan tetep tanggungjawab dengan kehidupan lo kedepannya," batin Jeffery.

Wendy segera berlalu setelah mengatakan itu. Menyisakan Jeffery yang masih membeku di tempatnya. Jeffery juga segera berlalu pikirannya menuju kepada seseorang yang sedari tadi sudah muncul dalam pikirannya saat Wendy menunjukkan foto-foto tersebut.

***

Siang ini, Wendy mendapat panggilan dari guru BK. Bukan hanya Wendy yang sudah menduga panggilan ini. Melainkan juga semua murid yang sudah mengetahui berita ini hingga seantero sekolah.

Sayangnya, Joy hanya bisa diam dan sedikit menjauhi Wendy dari tadi pagi setelah ia mendengar kasus ini. Bukan tanpa alasan. Joy juga tidak bermain dengan anak-anak lain dengan artian ia tak setia kepada Wendy. Tapi, Wendy paham perasaan Joy.

"Joy, pasti takut kalau deket-deket sama aku. Aku paham. Nggak apa-apa Joy aku paham kok. Aku mau ke ruang BK dulu, ya," ucap Wendy dalam hati sembari melihat Joy dari bangkunya dan beranjak menuju ruang BK.

Kurang lebih satu jam Wendy berada di ruangan tersebut. Semua pertanyaan dilayangkan kepadannya. Wendy yang terkenal sebagai anak berprestasi dan tidak pernah neko-neko. Kini nama baiknya tercoreng begitu saja. Tapi, Wendy tak langsung mendapat hukuman dan keputusan sanksi dari gurunya. Ia diberikan waktu untuk menenangkan diri dan esok ia akan kembali menemui gurunya di ruangan BK.

"Kalau kayak gini, pasti hukumannya tambah berat. Aku nggak mau orang tuaku sampai tau kejadian ini. Semoga aja mereka nggak manggil Ayah sama Ibu ke sekolah," harap Wendy sembari berjalan kembali ke kelasnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro