16.} Keresek Putih
Senin pagi ini, sekolah Wendy diramaikan dengan acara keberangkatan mereka untuk karya wisata. Pemandangan yang terjadi seperti pada umumnya. Pakaian seragam menjadi baju bebas, banyak tas besar, dan juga bus berjejer rapi di halaman sekolah. Karya wisata kali ini adalah menuju sebuah tempat wisata alami yang dapat dibuat sebagai perkemahan. Sedangkan kelas X dan XI diliburkan.
Mereka berjejer rapi dengan bus yang sudah ditentukan. Setiap kelas memiliki satu bus sendiri-sendiri. Perjalanan tak memakan waktu lama. Hanya membutuhkan satu setengah jam menuju lokasi.
"Anak-anak bisa turun sekarang, ya. Baris yang rapi seperti sebelum keberangkatan di sekolah tadi," perintah wali kelas Wendy.
"Baik, Bu," jawab teman satu kelas Wendy serentak.
"Pokoknya nanti jangan jauh-jauh dari Joy. Joy takut di hutan," pinta Joy yang masih setia dengan duduknya di samping Wendy dengan menunjukkan puppy eyes miliknya.
"Iya, iya. Nanti sama Wendy kok," jawab Wendy sembari mengusap pelan rambut hitam lurus Joy yang digerai.
Mereka turun dari bus. Tetapi, sebelum masuk ke dalam barisan. Semua murid wajib mengambil tas atau koper mereka yang ada di bagasi bus. Wendy dan Joy mereka sama-sama membawa sebuah koper. Berbeda dengan kebanyakan murid laki-laki lainnya yang hanya membawa tas ransel.
Sebenarnya bawaan Wendy dan Joy masih dalam batas wajar. Lihat saja Jiu, ia sudah membawa koper ukuran besar, tas ransel, sling bag, dan juga tote bag. Isinya beragam, mulai dari barang yang tak begitu penting seperti boneka beruang, bantal, guling, dan kaca rias.
Mereka dibagi dalam setiap kelompok. Wendy, Joy dan tiga orang gadis lainnya yang satu kelas dengan mereka. Tentu dengan batuan-bantuan kelompok laki-laki dari kelas mereka, tenda dapat berdiri. Tak mungkin Wendy yang mungil dapat mendirikan itu dengan kelompoknya. Apa lagi Joy, ia bahkan tak bisa memegang tali tenda.
Waktu siang mereka gunakan untuk istirahata sesuai dengan instruksi dari kepala sekolah. Hingga waktu sore tiba untuk membersohkan diri ke dalam villa yang disewa sekolah di dekat tenda murid-muridnya. Villa itu bukan digunakan untuk guru-guru mereka. Itu digunakan untuk membersihkan diri, memasak, dan perwakilan setiap kelas jika ada informasi mendadak. Apakah adil jika guru mereka tinggal di villa yang nyaman sedangkan muridnya berada di dalam tenda?
Wendy dan Joy kini sudah berada di dalam tenda usai membersihkan diri dari villa.
"Wen, laper nggak?" tanya Joy yang mulai merasa perutnya berbunyi karena lapar.
"Aku juga laper sebenernya. Mungkin sebentar lagi makanan dari sekolah udah siap. Kita tunggu aja, ya." Wendy merasa handphone-nya berbunyi yang menandakan ada pesan masuk.
Tepat, itu pesan dari Jeffery. Mata Wendy begitu berbinar melihat notifikasi di ponselnya itu. Segera ia buka pesan dari Jeffery.
"Wen, punya roti atau apa gitu?" tanya Joy kembali. Kini Joy sudah membaringkan tubuhnya dan memegangi perutnya seperti orang yang belum makan dua hari.
Wendy membuka tas kecil yang ia bawa. Wendy mengrluarkan sebuah roti dan sebotol susu kotak. "Aku mau keluar dulu, ya Tuan Putri. Nanti Wendy bawain makanan."
"Makasih Wendy-nya Joy," balas Joy dengan segera membuka roti yang ada di depannya. Wendy pergi dengan mata berbinar menemui Jeffery.
Mereka bertemu di sebuah bangku yang ada di dekat villa. Tempatnya yang tak terlalu terekspos dari tenda. Membuat Jeffery memilih tempat ini.
"Jef," panggil Wendy saat sampai di tempat yang sudah mereka berdua setujui dan melihat Jeffery sedang duduk dengan bermain ponsel.
Melihat respon Jeffery yang memandangnya, Wendy kini sudah paham bahwa Jeffery menyuruhnya untuk duduk di sampingnnya.
"Ada apa?" tanya Wendy.
"Gue tau lo laper," balas Jeffery sembari menganbil sebuah keresek putih besar yang ia letakkan di belakang kursi. Wendy tentu terkejut melihat apa yang ada di dalam keresek besar tersebut. Mulai dari makanan ringan hingga mie dan nasi instan, dan minuman mulai dari air mineral, susu, teh, hingga jus.
"Jef, ini ...." Mata Wendy seakan tak percaya dengan tangannya yang masih membuka keresek putih tersebut di pangkuannya.
"Udah mau malem, balik," balas Jeffery sembari beranjak dari duduknya. Tetapi, Wendy masih mematung di tempat duduknya. Jeffery menghentikan langkahnya dan berbalik menemui Wendy lagi.
Jeffery melepas topi yang ia kenakan dan memberinya kepada Wendy. Bukan sekedar memberikannya, tetapi Jeffery memasangkan topinya ke kepala Wendy. Lalu ia memegang pundak Wendy dan menepuknya pelan.
"Dingin, masuk ke tenda." Setelah mengucap itu Jeffery benar-benar pergi beranjak meninggalkan Wendy.
Tentu Wendy hanya bisa menganga dan jatungnya berdegub tak karuan. Niatnya yang hanya akan menemui Jeffery dan membelikan makanan untuk Joy. Benar-benar melebihi itu semua. Topi Jeffery yang masih melekat di kepalanya, ia raba. Wendy segera kembali ke tenda dengan membawa sebuah keresek besar berisi makanan dan topi hitam yang ia pakai. Rasanya benar-benar membahagiakan.
***
"Guys, gue mau keluar bentar, ya," pamit Jiu kepada rekan satu tendanya.
Selesai membersihkan diri sore ini. Jiu tentu berniat untuk menemui Jeffery di tendanya. Jiu segera memkai sepatunya dan berjalan menuju tenda Jeffery. Mungkin kurang lima belas langkah menuju tenda Jeffery. Jiu melihat Jeffery keluar dari tenda menbawa sebuah keresek putih besar.
Jiu segera berlari menyusul langkah Jeffery.
"Jef!" teriak Jiu tepat saat ia berhasil menyusul Jeffery dengan terengah-engah.
Jeffery menatap Jiu dengan mengerutkan alisnya. Lalu bertanya, "Ada apa?"
"Gue mau nemuin lo."
"Hm?"
"Mumpung masih ada waktu dan lo udah mandi, 'kan? Jalan-jalan keliling sini yuk, Jef," ajak Jiu.
"Gue ada urusan," jawab Jeffery. Mendengar itu, Jiu masih menunggu respon Jeffery selanjutnya. Tapi, Jeffery malah diam tak melakukan ataupun mengatakan apa pun. Jiu paham, dirinya segera berjalan kembali menuju tendanya setelah beroamitan kepada Jeffery.
Sayangnya itu hanyalah trik yang dilakukan oleh Jiu. Dari awal ia sudah penasaran apa yang akan Jeffery lakukan tanpa kedua kawannya itu. Setelah Jeffery melanjutkan perjalanannya, Jiu mengikuti langkah Jeffery dengan diam-diam.
Hingga akhirnya Jiu melihat semua interaksi Wendy dengan Jeffery mulai dari awal hingga Wendy kembali ke tendanya. Jiu berdiri di salah satu tiang besar yang ada di villa. Ia dapat melihat semua interaksi dan juga percakapan dari Jeffery dan Wendy.
Entah kenapa, niat Jiu yang hanya ingin mengambil hati Jeffery. Bukan mencintai Jeffery, kini menjadi terbalik. Hati Jiu merasa sakit melihat semua itu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro