Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15.} Meja Kasir

Hari Minggu ini Wendy sengaja tidak keluar entah itu ke pasar Gedhe maupun ke swalayan. Karena bekerja pun juga memiliki hari libur. Wendy untung saja mendapat libur di hari Minggu dari swalayan.

"Jeffery pasti dateng, 'kan jemput aku? Masa iya, dia bohong," lirih Wendy yang duduk bersila di depan televisi dengan memakan sepiring nasi beserta sayur dan lauknya untuk sarapannya pagi ini. Sedangkan kedua orang tua Wendy sudah berangkat menuju pabrik.

Ini sudah pukul 09.15 pagi, tapi Jeffery tak kunjung datang atau pun mengirimi Wendy pesan.

"Bentar, tapi Jeffery nggak tahu rumahku," pikir Wendy sambil menelan sarapannya. Setelah itu ia menepuk jidatnya sendiri sambil tertawa begitu keras bahkan air matanya tak luput untuk menghiasi tawanya. "Bentar, aku kirim alamatnya. Jeffery pasti gengsi mau nge-chat duluan."

Tepat saat acara televisi kesukaannya yaitu Upin dan Ipin diselingi jeda iklan. Sarapan Wendy juga tandas. Wendy beranjak menuju dapur untuk mencuci piringnya. Terdengar suara sebuah mobil seperti di depan rumah Wendy.

"Mungkin itu Jeffery?" gumam Wendy dengan segera membilas piring yang ada di tangannya yang masih penuh dengan busa. Wendy meletakkan piring bersih tersebut kembali ke tempatnya semula--rak piring. Lalu berlari kecil menuju halaman depannya.

Mata Wendy melihat sebuah mobil yang sama persis dengan yang ia temui di pasar Gedhe. Saat Jeffery, Jeni, dan juga mbok Juminah berbelanja di pasar. Tentu itu meyakinkan Wendy beribu persen bahwa orang yang ada di dalamnya adalah Jeffery.

Wendy berjalan menghampiri mobil hitam tersebut dan mengetuk pintunya pelan.

"Jef," panggil Wendy. Kaca mobil dibuka oleh orang yang ada di dalamnya. Menunjukkan sosok Jeffery dengan style boyfirendable.

"Cepet siap-siap," balas Jeffery.

"Siap, Sayang." Wendy mengangkat tangannya membentuk sebuah hormat dan segera berlari dengan cengirannya setelah mengatakan kata "Sayang" kepada Jeffery. Entah keberanian atau kejahilan yang datang dari mana hingga membuat Wendy begitu bersemangat.

Sedangkan Jeffery yang berada di dalam mobil masih menganga tak percaya dengan ucapan Wendy tersebut. Jika boleh jujur, Jeffery terbawa perasaan atau bahasa gaulnya itu baper. Tapi, gengsi dan ketakutan Jeffery lebih tinggi daripada perasaan aslinya. Jadi, apa boleh buat? Keinginan Jeffery untuk membalas ucapan Wendy tak akan terwujud dengan cepat.

Tak terasa lamunan Jeffery yang lumayan lama terasa begitu cepat. Hingga Wendy datang Jeffery sedikit terkejut dengan suara Wendy.

"Udah, Jef," ucap Wendy yang masih di luar mobil.

Jeffery membukakan pintu mobil untuk Wendy dari dalam. Segera Wendy masuk dan duduk di samping Jeffery yang berada di kursi kemudi.

"Mau ke mana, Jef?" tanya Wendy memecah keheningan dalam perjalanan.

"Nyari bahan buat seni rupa. Kelas lo dapet?" balas Jeffery basa-basi. Karena dia sudah tahu semua kelas XII tentunya juga mendapat tugas ini.

"Iya, aku juga dapet. Aku juga sekalian nyari deh nanti. Makasih ajakannya." Senyum Wendy mengembang manis. Tetapi, setelah itu Wendy terlihat membuka sling bag miliknya dan dapat Jeffery lihat wajah Wendy sedikit khawatir.

"Tenang, Wen gue tau kok. Nanti gue beliin apa aja yang lo mau," batin Jeffery sembari mengembangkan senyum kemenangannya. Tenang, Jeffery memakai masker jadi Wendy tak dapat melihat senyum manis dengan lesung pipit itu.

Mereka turun di parkiran yang disediakan toko khusus keperluan sekolah tersebut. Berjalan berdua sudah seperti sepasang kekasih, apa lagi Jeffery juga membawa mobil. Wendy sengaja memakai baju senada dengan Jeffery.

Jeffery dan Wendy mulai memilih bahan yang akan mereka pakai. Mulai dari cat, kuas, lem, kain, dan beberapa benda lain. Saat Jeffery sudah mulai memenuhi keranjangnya, berbeda dengan Wendy. Ia masih menaruh kurang lebih lima macam benda.

"Cuma itu?" tanya Jeffery yang sudah selesai memilih bahan dan akan berjalan menuju meja kasir.

"Kayaknya iya, Jef," jawab Wendy sedikit ragu.

"Ambil aja yang lo butuh. Cepet," balas Jeffery sambil memegang bahu Wendy dan membalikkan tubuh Wendy yang awalnya berhadapan dengannya menjadi kembali menuju arah untuk memilih alat yang dibutuhkan.

Setelah beberapa menit, keranjang Wendy sudah cukup penuh dan Jeffery menagmbilnya dari tangan Wendy.

"Udah, 'kan?" tany Jeffery. Wendy hanya menjawab dengan anggukan kecil yang membuatnya terlihat begitu gemas di mata Jeffery. Hampir saja ia mencubit pipi Wendy. Tapi, Jeffery mengingat bahwa dia harus tetap stay cool dan Wendy juga bukan kekasihnya saat ini.

Dengan secepat kekuatan Naruto. Jeffery segera meluncur ke meja kasir untuk membayar semua belanjaannya dan Wendy. Karena ia tahu, jika membicarakannya ini dengan Wendy. Tak mungkin Jeffery akan mendapat izin dari Wendy untuk membayarnya. Ia hapal betul sikap gadis zaman sekarang.

Mereka berdua kembali ke dslam mobil dan melanjutkan perjalanan menuju sebuah resto untuk mengisi perut tentunya.

"Lo ikut karya wisata?" tanya Jeffery.

"Iya, Jef. Kamu juga ikut, 'kan?"

"Hm."

"Udah kuduga. Nggak mungkin kamu pisah ama Hendery dan Joan. Mereka itu seru tau. Bener gak?" ucap Wendy panjang lebar.

"Kenapa nanyain mereka?" Jeffery juga bisa cemburu ternyata.

"Mereka tuh seru, baik, ganteng pula." Ekspresi Wendy benar-benar menunjukkan bahwa ia senang dengan sikap kedua teman Jeffery itu. Jeffery tak menyahuti ucapan Wendy, ia hanya menganggukkan kepalanya samar.

Wendy yang manyadari itu segera bertanya, "Kenapa, Jef? Cie ... ada yang cembokur! Bahahaha."

Setelah tertawa dan berteriak begitu kencang. Wendy baru menyadari bahwa sekarang ia bersama dengan Jeffery. Segera ia menormalkan kembali keadaannya.

Tapi, itu malah berhasil membuat Jeffery juga ikut tertawa melihat kelakuan Wendy. Tapi, Jeffery membuat tawa yang tak mengeluarkan suara. Sedikit ngeri memang jika dibayangkan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro