8. Azab
Keesokan harinya di sekolah, Ken mendapat panggilan ke ruang guru karena dirinya yang akan mengikuti lomba cerdas cermat. Ia pergi ke sana dan mendapat beberapa pencerahan. Tak lama kemudian, Ken segera kembali namun ia bertemu dengan seseorang yang tak ingin ditemuinya. Ibu Mia.
"Ngapain dia di sini?" gumam Ken lalu menutupi wajahnya karena dirinya sangat malas jika harus bertemu dengan wanita tangguh itu.
Perlahan Ken berjalan melewatinya namun ketahuan juga. Ibu Mia menahannya, "kamu.. anak yang kemaren kan?"
Ken tidak menjawabnya sambil komat-kamit berharap beliau akan melepaskannya.
"Ibu kenal sama anak ini?" tanya guru yang sedang berbicara dengan ibu Mia sebelumnya.
"Dia anak kurang ajar yang sudah datang ke rumah saya kemaren, Pak! Dan sepertinya dia adalah penyebab hilangnya putri saya," jawab ibu Mia setengah menggeram sambil melirik tajam pada Ken.
Ken menepiskan tangannya mulai terpancing emosi, "jangan asal nuduh, Tan! Saya nggak tahu apa-apa soal hilangnya Mia!"
"Jangan bohong kamu! Saya tahu, kamu pasti yang selama ini mengganggu anak saya!"
"Mengganggu? Memangnya apa yang dilakukan Ken?" tanya guru itu penasaran.
Ibu Mia menoleh, "oh.. jadi namanya Ken?"
Ibu Mia melirik tajam pada Ken lalu kembali menoleh pada guru, "saya tahu, anak saya selalu diganggu oleh seseorang. Bahkan sampai dia sakit."
"Diganggu? Maksudnya seperti.. dibully?" tanya guru itu memastikan pengertian diganggu.
Ibu Mia mengangguk, "bener Pak. Saya yakin, dia juga penyebab anak saya hilang. Jadi saya mohon untuk menghukum anak ini!"
"Eh, Tan! Dibilangin saya gak ada hubungannya sama anak Tante!" seru Ken seraya mendorong ibu Mia yang kini sampai jatuh terduduk.
Akh!
"Kamu.. dasar anak kurang ajar!" geram ibu Mia sambil menatap tajam bagai silet.
Ken menyadari perbuatannya dan seluruh mata menatapnya dengan tatapan sangat tidak enak bagaikan melihat seorang kriminal yang tengah beraksi. Tanpa pikir panjang, Ken kabur dari ruang guru.
"Ya ampun, Ken! Nggak nyangka, anak didik saya kenapa jadi kasar seperti itu?" tanya guru yang sedang membimbingnya tadi.
"Tapi memang Ken orangnya seperti itu kan, Bu?" celetuk guru lainnya.
"Sesuai dengan gosipnya, hal ini nggak bisa dibiarkan seperti ini terus," sahut guru yang bersama ibu Mia tadi sambil menolong wanita yang terjatuh itu.
"Pokoknya saya nggak terima kalau anak kurang ajar itu masih sekolah di sini!" sahut ibu Mia masih panas membara.
"Tapi Bu, sebenarnya kita masih belum membicarakan soal kejadian heboh Mia yang terjadi tempo hari," ucap guru itu sedikit menyesal.
"Ada apa sama anak saya?"
"Anak ibu.. terlibat dalam pencemaran nama baik sekolah. Jadi pihak sekolah memutuskan untuk mengeluarkan Mia."
"Apa?"
Ibu Mia tidak terima anaknya dikeluarkan, apalagi setelah mendengar kejadian yang ada di sekolah. Ia berusaha membersihkan nama Mia, bahwa anaknya bukanlah perempuan seperti apa yang dipikirkan sekolah. Tapi dengan hilangnya Mia, pihak sekolah juga tidak bisa menyelidiki ini lebih lanjut hingga akhirnya, sang ibu menyerah dan terus mencari keberadaan anaknya.
***
Semenjak hari itu, Ken membolos sekolah dan hanya nongkrong di warnet. Kerjaannya hanya bermain game online, nonton, makan dan tidur sampai jam sekolah usai baru ia pulang ke rumah. Basuki and the geng yang mengetahui Ken bolos beberapa hari segera menemui Ken.
Di sebuah ujung gang yang jarang di lewati, mereka bertemu.
"Ken! Lu mau sampe kapan bolos terus?" tanya Basuki dengan nada panik.
"Sampe perang dunia ke 7 dilaksanakan!" jawab Ken asal sambil bermain game di hp.
Dahlan menepuk pundak Ken, "lu tau gak gosip apa yang ada di sekolah sekarang?"
Ken menepisnya, "bodo amat!"
"Tentang lu, Ken!" celetuk Ronaldo.
"Hah?" Ken melirik Ronaldo mulai tertarik.
"Hooh," Ronaldo membuka snack lalu memakannya dan menelannya, "katanya lu biang kerok yang udah gak pantes lagi masuk sekolah kita."
"Rese!" umpat Ken sambil setengah membanting hpnya, "siapa yang bilang gitu?"
"Semuanya. Gosip. Mana gue tahu asalnya dari siapa," balas Ronaldo mengedikkan bahu.
"Iya, Ken! Percuma lu sekarang bolos, pamor lu mulai menurun. Gue takut, duit lu.. gak bisa nyelametin lu!" sahut Basuki.
"Gak mungkin! Enak aja, gak tau apa siapa bokap gue?" Ken semakin terpancing emosi.
"Gue tau kok. Lu ngapain nanya?" celetuk Dahlan dengan wajah polosnya.
Ck!
Ken berdecak lalu meninggalkan mereka.
"Hei, Ken! Mau kemana lu?" pekik Basuki namun tak di gubrisnya.
Di tengah jalan, ia bertemu dengan Danang.
"Ohoho, ada biang kerok lagi bolos ya?" sindir Danang melihat Ken melewatinya. Ken hanya menatapnya sinis dan berlalu begitu saja.
"Kalau semua tau lu yang motret Mia, bakal kek gimana ya gosipnya?" pekik Danang memancing kemarahan Ken.
Ken menggeram dan berbalik lalu mengangkat kerah Danang, "lu ngancem gue hah?"
"Ngancem? Gue cuma ngomong kok. Lagian.. kalo nyokapnya si Mia sampe tau, pasti seru!" goda Danang dengan wajah ceria.
Ken semakin menarik kerah Danang, "rese lu! Lu pikir gue takut hah?"
"Yakin gak takut? Gue tau tempo hari nyokapnya Mia marah banget sama lu. Kalo sampe dia tau, pasti..," ucap Danang lalu berbisik, "bakal dilaporin polisi!"
Buk!
Ken tak tahan lagi mendengar ocehan Danang dan menghajarnya. Danang jatuh tersungkur sambil memegangi ujung bibirnya dengan jarinya.
Cih!
Danang berdecih dan hanya melirik sinis pada Ken.
Ken menunjuk Danang, "lu! Lu bahkan yang nyebarin foto-foto itu! Lu juga bakal diseret ke penjara! Ngerti gak lu?"
Danang beranjak berdiri, "siapa yang percaya? Lagi pula gue udah hapus semua jejak gue. Hahaha!"
"Apa?"
"Lu punya otak gak dipake?" tanya Danang lalu menyeringai, "gue yakin, hidup lu gak bakal semulus dulu!"
Danang berbalik mulai meninggalkannya, Ken yang hendak menghajarnya lagi dihalangi oleh orang tua yang sedang menarik gerobak sampah pelan-pelan.
"Ah, minggir, minggir!" seru Ken namun tak diindahkan oleh orang tua itu dan malah dirinya terkena sampah yang jatuh dari gerobak itu.
"Ah! Sial!" umpatnya sambil melihat noda sampah di bajunya dan bau yang menyengat.
***
Ken berjalan tanpa arah dengan pakaian lusuhnya nan bau itu. Ia teringat kata-kata Basuki soal gosip dan kemungkinan pamornya yang akan hilang akibat tindakan keterlaluannya tempo hari yang terlihat jelas oleh semua orang. Belum lagi pertemuannya dengan Danang, ia memikirkan bagaimana jika nantinya Danang buka mulut pada ibunya Mia. Bagaimana jika benar-benar melibatkan polisi?
"Kampret itu Danang! Dia seenaknya nyebar foto Mia, kenapa harus gue yang kena?" gerutu Ken sambil menggaruk kasar kepalanya.
Ken menghentikan langkahnya, "lagian.. kemana sih itu Mia? Kenapa dia pake ngilang segala?"
Ken mengedarkan pandangannya, ia baru menyadari dirinya berhenti di depan jembatan dengan sendirinya untuk keduakalinya. Kenapa sama jembatan itu? Kenapa gue berhenti di tempat yang sama?
"Masa sih Mia..," gumam Ken sambil membayangkan lagi bahwa Mia melompat dari jembatan itu.
Ken menggeleng-gelengkan kepalanya dan tersenyum sombong, "gak mungkin lah! Dia kan penakut, mana mungkin.. bunuh diri?"
Ken tiba-tiba merasa panik luar biasa, tubuhnya sedikit bergetar dan menggigil kedinginan, padahal tidak ada angin yang lewat. Ken mendekap tubuhnya sendiri, "kenapa gue tiba-tiba meriang?"
Ken menggeleng-gelengkan kepalanya lagi berusaha menghapus bayangan Mia yang bunuh diri. Ia terus berjalan dan tidak fokus dengan jalanan yang ia lewati dan..
Bruk!
Akkkh!
Ken tertabrak mobil!
Ken sedikit menggeliat, merintih kesakitan. Banyak darah bercucuran keluar dari tubuhnya, kepalanya pusing matanya berkunang-kunang tak jelas melihat dan juga mendengar sesuatu. Rasa sakit yang luar biasa merayapi tubuh Ken dan dalam pikirannya dia berpikir, "mungkinkah gue bakal mati sekarang?"
Samar-samar Ken mendengar seseorang menggosipkannya.
"Hihi, rasain tuh si Ken! Kena azab kan lu," ucap seseorang yang tak diketahui.
"Hidupnya kebanyakan tingkah sih, makan tuh penderitaan!" sahut seseorang yang lainnya.
Brengsek! Siapa yang gosipin gue? Lagi sekarat juga! Akh! Sakit! Aakkkkh! Erang Ken dalam hati dimana pandangan dan pendengarannya semakin lama semakin kabur dan akhirnya.. kehilangan kesadaran!
Bersambung~
Published 2 Juli 2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro