5. Foto
Pagi itu Mia dan Danang pergi meninggalkan sekolah diam-diam. Mia menuruti Danang karena dirinya sedang frustasi sehingga sulit membedakan mana yang baik dan buruk. Mereka bersenang-senang saat membolos sekolah.
Hahaha!
Tawa bahagia tersirat di wajah mereka. Danang menarik Mia keluar dari sekolah dan berlari kabur ala India. Sampailah mereka di sebuah mall.
Mia menghentikan langkahnya, "ada satpamnya."
Danang menoleh tersenyum, "tenang aja. Kita nggak lewat pintu depan, gue tau kok jalan belakang."
"Oh ya?"
Danang mengangguk lalu mengajak Mia lagi untuk memasuki mall lewat jalan belakang. Jalan yang biasa dimasuki oleh pegawai yang bekerja di mall.
Mereka berjalan-jalan di dalam mall yang luas itu, membeli es krim, membeli baju, lalu berakhir di toko buku. Tempat kebanggaan mereka dan membaca buku sepuasnya.
Mia berbisik, "kok lu bisa tau jalan belakang? Biasa bolos ya?"
"Enak aja. Gue kan anak rajin," cibir Danang, "ini juga pertama kalinya gue bolos."
Mia tampak tak percaya dan Danang mengerutkan keningnya, "beneran!"
Pfft!
Mia tertawa kecil, "iya.. iya gue percaya!"
Danang tersenyum, "gitu dong! Lu lebih cocok tertawa daripada menangis."
Ehm!
Mia berdeham malu lalu melirik Danang, "makasih ya.. yang tadi."
Danang mengangguk, "mulai sekarang, lu cerita aja sama gue apa masalah lu!"
Mia merapatkan bibirnya lagi, ia tak yakin menceritakan kejadian sebenarnya.
"Nggak usah sekarang, nanti.. kalo lu udah siap," sambungnya menyadari Mia yang masih tidak ingin membuka mulutnya.
Mereka pun kembali membaca dan menghabiskan waktu bersama.
***
Mia tetap menjalani kehidupan nerakanya bersama Ken. Namun, kini ia memiliki kehidupan kedua bersama Danang. Lebih tepatnya, setelah pulang sekolah. Diam-diam, Mia pergi menemui Danang dan berteman kembali dengannya. Walau sampai saat ini, Mia belum memberitahu masalahnya kenapa ia sempat menghindari Danang hingga menangis tersedu-sedu.
Dengan kehadiran Danang, Mia sanggup melewati hari-harinya yang berat.
Ken mulai curiga karena ekspresi Mia tidak seperti biasanya. Walaupun ia sudah membully-nya namun wajah penderitaan Mia tidak seperti dulu. "Aneh.. apa dia udah mulai terbiasa?"
"Aneh kenapa?" tanya Dahlan sambil makan pasta cokelatnya.
"Eh! Lu pada ngrasa nggak sih? Akhir-akhir ini.. Mia aneh?" tanya Ken pada teman-temannya.
"Nggak tuh," celetuk Ronaldo sambil makan rotinya.
Ken melirik sinis padanya, "lu mah taunya cuma makan doang!"
Ronaldo hanya diam cemberut lalu melanjutkan makannya.
"Emang aneh dimananya sih?" tanya Basuki bingung.
"Ah! Lu pada gak peka banget!" omel Ken, "liat ekspresinya! Dia kek kagak menderita!"
"Hah? Masa?" tanya Dahlan sambil mengamati Mia yang sedang mencabut rumput karena perintah Ken.
"Ah gue tau!" pekik Basuki.
"Apaan?"
"Pasti ada sesuatu yang bikin dia happy," jawab Basuki ala detektif.
"Apaan?"
Basuki mengedikkan bahu lalu bermain hpnya. Ken mengamati Mia, "apa yang bikin lu happy?"
Ken menarik ujung bibirnya, "nggak! Lu gak boleh happy! Hanya gue yang boleh happy dan lu harus menderita!"
***
Siang itu, Ken mencoba untuk mengikuti Mia diam-diam. Ia penasaran dengan apa yang membuat Mia berubah. Ken tidak rela Mia bahagia.
Ken melihat Mia berjalan menuju sebuah taman dan ia tetap mengikutinya. "Ngapain dia ke taman?"
Tampak Mia membeli es krim namun ada 2 buah. Ken bingung melihatnya, "kok beli 2? Memangnya dia itu rakus?"
"Eh, tapi gue gak pernah liat dia makan. Gue terlalu sibuk bully dia. Baru tau gue dia rakus," gumamnya sambil terus mengawasi dari balik pohon.
Mia berjalan menuju bangku kosong. Ia tak langsung memakannya namun celingukan mencari seseorang. Ken semakin mengernyit, "ngapain dia? Apa.. ada yang dia tunggu?"
Tak lama kemudian, Mia berdiri dengan wajah sumringah. Tak jauh dari posisi Mia berdiri, ada Danang di sana. Ken membelalakkan matanya, "jadi gara-gara dia!"
"Brengkes!" umpat Ken, "berani-beraninya Mia boongin gue!"
Ken semakin gemas dan kesal mengawasi Mia dan Danang yang asyik berduaan sambil makan es krim.
"Enak esnya?" tanya Danang dengan lembut.
Mia tersenyum, "enak banget."
Mia menyantap esnya dengan semangat. Danang melihatnya dan tertawa. Mia bingung, "kenapa?"
"Maaf. Maaf. Itu..," Danang mengulurkan tangannya, "ada yang nempel."
Danang mengusap noda es krim di ujung bibir Mia. Danang mulai terfokus dengan bibir Mia lalu mendekatkan kepalanya hendak menciumnya. Mia memejamkan matanya dan jantungnya berdebar dengan keras. Lalu...
Triiing!
Danang berhenti tidak jadi menciumnya. Hpnya berbunyi dan ia bergerak mundur. "Sorry."
Ehm!
Mia hanya berdeham malu. Danang membuka hpnya dan terkejut dengan isi pesan itu. Danang melihat perlahan ke arah Mia dengan mata terbuka lebar. Sangat lebar.
Mia menaikkan sebelah alisnya, "ada apa?"
Perlahan Danang menyeringai, "nggak gue sangka! Ternyata lu orangnya seperti ini?"
"Hah? Maksudnya apa?" tanya Mia kebingungan.
Danang menunjukkan hpnya pada Mia, "ini apa?"
Mia melihatnya, tampak foto Mia yang sedang berganti pakaian. Mia terkesiap dan mulai gugup, "i-itu.."
Danang memasukkan hpnya ke dalam kantongnya dan beranjak berdiri, "gue nyesel kenal sama lu!"
Danang berbalik dan akan meninggalkan tempat, namun Mia menahannya. "Tunggu!"
"Gue nggak seperti itu, Nang! Please, percaya sama gue!"
Danang menepis Mia dengan kasar, "gue cuma percaya apa yang gue liat!"
"Lu jangan coba-coba deketin gue!" Danang pun pergi meninggalkannya.
Mia hanya terdiam mematung memandangi Danang. Air matanya mulai jatuh dan dadanya terasa sesak. Mia jatuh terduduk dan mulai menangis. "Itu pasti Ken! Hiks! Tega lu, Ken!"
***
Mia menghampiri Ken dengan penuh amarah, "Ken! Kenapa lu kirim foto itu ke Danang? Lu kan udah janji nggak akan kirim?"
"Emang! Gue janji kalo lu nggak ngelanggar janji! Siapa suruh lu deket-deket sama Danang," jawab Ken dengan santai.
Mia terkejut dan Ken menyeringai, "lu pikir gue gak tau apa? Lu udah pergi sama si curut itu diem-diem sepulang sekolah kan?"
Mia hanya diam merapatkan bibirnya.
"Udah sana! Hush! Hush!" usir Ken.
Mia masih diam memendam amarah, lalu mendongak, "kenapa? Kenapa sih lu kek gini sama gue?"
"Apaan sih!"
"Apa sih salah gue?" tanya Mia mulai berkaca-kaca.
"Salah lu.. mungkin salah lu sudah terlahir ke dunia ini! Hahaha!" ejek Ken lalu mendorong Mia, "udah sana!"
Mia pun mulai melangkah mundur dan meninggalkan Ken dengan hati yang telah tercabik-cabik.
***
"Nang, gimana kemaren? Berhasil gak?" tanya Bagus sambil memainkan alisnya.
"Hasil apaan? Lu kata sepak bola?" tanya balik Danang dengan wajah kusam.
"Kenapa lu? Gagal nyatain cinta?" tanya Bagus penasaran.
Danang cemberut, "mending gue gagal nyatain cinta. Idih! Ogah gue bilang cinta sama dia!"
"Hah? Maksud lu?"
Danang merogoh hpnya dan memberikan pada Bagus, "neh! Cewek gak bener!"
"Wuihhh," mata Bagus jelalatan, "kok lu bisa dapet foto ginian? Emang lu yang foto?"
"Kagak! Gila aja lu!" sanggah Danang, "gak tau ada yang ngirimin gue foto itu."
Bagus membulatkan mulutnya lalu menyeringai, "gimana kalo foto ini kita jual aja? Lumayan, dapet duit!"
"Hah?"
"Daripada lu cuma dapet sakit ati doang, mending kan dapet duit," hasut Bagus yang tidak sebagus namanya.
Danang memiringkan mulutnya, ia merasa ragu.
Bagus kembali menghasut, "itung-itung bentuk balas dendam lu, Nang! Enak aja lu udah baik-baikin dia, lu bahkan bela-belain ngelawan Ken, nggak taunya malah nusuk dari belakang!"
Danang tertegun lalu manggut-manggut, "bener juga! Apalagi dia cewek gak bener kan?"
"Iya, Nang! Saatnya lu kasih pelajaran sama itu cewek!" sahut Bagus menyeringai.
***
Mia menjadi sangat murung setelah kejadian foto itu. Tapi dirinya harus tetap bersekolah dan menjadi budak Ken karena ia tak bisa melakukan apa-apa lagi. Mia hanya menuruti semua keinginan Ken.
Namun, semakin hari Mia merasa aneh dengan tatapan mata para lelaki di sekolah itu. Kadang ia melihat ada siswa yang mengerdipkan matanya padanya, tersenyum padanya bahkan memandanginya sambil menjilat bibirnya sendiri. Mia semakin merinding dengan keadaan sekolah itu.
Hari itu, Mia mengantarkan botol-botol susu pada Ken, namun langkahnya terhenti saat ia mendengar namanya disebut-sebut oleh temannya Ken. Mia bersembunyi di balik pintu untuk mendengarkannya.
"Ken, lu tau gak? Mia jadi terkenal!" seru Ronaldo sambil menunjukkan hpnya.
"Maksud lu?"
"Neh!" Ronaldo menyodorkan hpnya, "mahal tuh anak!"
"Ih gile! Napa Mia jadi model majalah dewasa gini?" tanya Dahlan sambil melihat hp Ronaldo.
"Ckckck! Jual diri dia? Per fotonya dijual 500 rebu? Murah amat!" celetuk Basuki ikutan nimbrung.
Mia menutup mulutnya lalu berlari keluar karena syok.
"Hah? Kok bisa foto ini dijual?" tanya Ken bingung.
"Lu tau soal foto ini?" tanya Basuki bingung.
Ken sedikit ragu namun ia memilih percaya dengan teman-temannya. "Itu gue yang foto!"
"Hah? Udah gila lu, Ken?" protes Basuki.
"Enak aja! Gue masih waras!" jawab Ken dengan jutek.
Ronaldo menggaruk kepalanya, "kalo lu yang foto, artinya lu yang ngejual foto ini dong?"
"Kagak! Jangan asal nuduh lu!" bentak Ken.
"Gue kan cuma nanya," balas Ronaldo dengan lirih.
"Terus kalo bukan lu, kenapa foto ini bisa di jual kek begini?" tanya Dahlan yang ikutan bingung.
Basuki memegangi dagunya, "apa.. lu sebelumnya nyebarin ini foto?"
"Oh!" Ken teringat sesuatu, "gue cuma ngirim itu ke Danang."
"Hah?"
"Jadi Danang pelakunya? Nggak mungkin banget!" sanggah Basuki.
Ken menarik kerah Basuki, "jadi lu mau bilang yang pasti ngelakuin ini cuma gue gitu hah?"
"Ng-nggak. Maksudnya.."
Ken pun bersiap melempar bogemnya namun Dahlan dan Ronaldo segera menariknya ke belakang, "udah Ken! Udah!"
Ken meronta-ronta lalu melepaskan diri. Ken menunjuk Basuki, "awas lu!"
Ken meninggalkan tempat dan Dahlan serta Ronaldo menghibur Basuki. "Sabar, bro!"
Basuki mengepalkan tangannya, "cih! Kalo dia bukan orang kaya gue injek-injek dia!"
***
Mia pergi lari ke taman belakang dan menangis sejadi-jadinya. Lalu ia menyadari seseorang datang, ia menoleh. Ternyata hanya office boy yang sedang lewat. Mia merasa dejavu, ia mengingat sesuatu. Dirinya mengingat Danang. Mia menoleh pada sisi kosong bangku di sebelahnya. "Danang.."
Mia kini telah berharap lebih dengan kehadiran Danang. Tapi ia tahu, Danang tidak akan mungkin menemuinya lagi, menghiburnya bahkan menggendongnya seperti tuan putri. Semakin Mia mengingatnya semakin terasa sesak di dada. Mungkin, Mia benar-benar menyukai Danang.
"Tapi gue harus gimana? Dia.. pasti jijik sama gue setelah lihat foto itu. Hiks. Danang..," gumam Mia sambil terus menangis.
Tangannya mulai mengepal, "hiks! Ini semua gara-gara Ken! Kalo aja dia gak ambil foto gue.. gak mengirimnya ke Danang.. hiks. Hiks."
Bersambung~
Published 25 Juni 2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro