This Letter (Liu Wei x Reader)
Genre: Romance (It's a (very late) b'day fic *slapped*)
Rate: T
Seorang gadis tengah sibuk berkutat dengan kertas didepannya. Jemarinya dengan cekatan menulis kata-demi kata pada lembar kosong tersebut, membuatnya kini berisi rangkaian-rangkaian kalimat tentang apa yang ia pikirkan. Dari berbagai warna tinta yang ada, gadis manis bernama (Your name) itu menjatuhkan pilihannya pada tinta biru. Mengapa? Karena orang yang akan ia kirimi surat menyukai warna tersebut.
Pernah suatu hari ketika mereka berdua tengah duduk bersama di bawah pohon sakura, tiba-tiba (Your name) mengajukan sebuah pertanyaan. Pertanyaan tentang warna kesukaan Liu Wei, pemuda yang akan ia beri surat itu. Lalu sambil tersenyum pemuda tersebut menjawab bahwa warna favorit nya adalah biru. Ketika ditanya mengapa, pemuda itu menjawab karena biru merupakan warna langit dan ia menyukainya.
"Aargh.. Apa lagi yang harus kutulis?!", seru (Your name) sambil mengacak rambutnya kesal.
Gadis itu mulai membaca ulang surat yang baru setengah jadi didepannya. Dan langsung saja wajahnya memerah karena malu setelah membaca.
"Ah aku tau!"
Kemudian (Your name) kembali menggoreskan penanya. Namun baru satu kalimat yang selesai ia tulis, kertas tersebut langsung ia robek dan lempar ke sembarang arah.
"Terlalu banyak yang ingin kukatakan!", seru (Your name) frustasi.
Kemudian (Your name) mulai menggali ingatan-ingatan yang sudah ia lewati bersama Liu Wei. Apa yang menarik dari pemuda tersebut? Banyak, dan (Your name) menjadi semakin bingung harus menulis apa.
"Senyumannya ketika bahagia dan wajahnya saat bersedih. Aku menyukainya", gumam gadis itu kepada dirinya sendiri sambil tersenyum. "Tapi di satu sisi aku juga tidak menyukainya", lanjut (Your name). Seketika senyuman tadi tergantikan oleh raut penuh kemurungan.
(Your name) sudah lama mengenal Liu Wei. Sejak awal masuk SMA, kedua remaja itu sudah saling akrab karena mereka telah saling mengenal sejak SMP. Awal perkenalan mereka ketika (Your name) harus ikut kedua orangtua nya ke Cina. Dan sejak itu hubungan mereka semakin dekat.
(Your name) mengenal baik Liu Wei dan begitupun sebaliknya. Namun satu hal yang membuat (Your name) sedih. Ia tahu, sedekat apapun hubungannya dengan pemuda asal Cina tersebut, gadis itu tetap saja hanya temannya.
"Masa bodoh! Aku 'kan hanya ingin menulis surat untuknya!"
Dengan itu (Your name) mulai kembali menggoreskan pena di lembaran kertas baru. Tak lama kemudian, ia telah selesai menulis suratnya.
"Selesai!", seru (Your name) riang sambil meletakan pena.
Kemudian (Your name) mengambil handphone (Favorite colour) miliknya. Dan gadis itu mulai membuka galeri foto, melihat berbagai gambar Liu Wei yang secara diam-diam berhasil ia tangkap. Tak tahu mengapa tiba-tiba saja ia ingin melakukannya.
"Mengapa aku melakukan semua ini?", helaan nafas terdengar dari mulut (Your name).
Dia sendiri juga bingung mengapa tiba-tiba ia menulis surat untuk pemuda itu. Mungkinkah karena besok Liu Wei berulang tahun? Bukan. Gadis itu menulis surat karena dia ingin mengungkapkan perasaannya. Dan kebetulan saja, besok pemuda yang akan ia beri surat tersebut berulang tahun.
'Setidaknya hal itu bisa menjadi alibi ku', batin (Your name).
Kemudian (Your name) menguap. Ia tatap jam dinding yang ada di kamarnya. Tak terasa sekarang sudah jam sebelas malam, saatnya bagi gadis itu untuk tidur jika tidak ingin besok bangun kesiangan. Dan dengan malas (Your name) beranjak dari meja belajarnya ke ranjang yang ia miliki. Ia berbaring dan perlahan mulai menutup mata. Tak lama kemudian dunia mimpi telah ia arungi.
.
"Liu Wei-kun!"
(Your name) berlari mengejar Liu Wei yang tengah berjalan menuju kelasnya, membuat pemuda itu menghentikan langkah lalu menoleh.
"Ada apa?"
"A-ano.. Ada yang ingin kubicarakan sepulang sekolah nanti. A-apa kau bisa datang ke taman belakang sekolah sehabis latihan?"
Pandangan penuh pertanyaan jelas terlihat di kedua bolamata Liu Wei. Ia tahu ada yang janggal. Karena setiap hari, (Your name) tak pernah tergagap ketika bicara dengannya. Namun Liu Wei tidak mau bertanya karena bisa saja alasan dibalik semua itu adalah hal yang bersifat pribadi. Jadi, pemuda itu pun hanya menyimpan kebingungannya untuk diri sendiri.
"Baiklah", jawab Liu Wei singkat.
Helaan nafas lega keluar dari mulut (Your name). Senyuman penuh rasa bahagia terpampang di wajahnya kini.
"Saa, ikuzo! Sebentar lagi bel masuk 'kan?", seru (Your name) riang lalu berjalan mendahului Liu Wei. Rasa groginya telah menghilang dengan tiba-tiba.
Liu Wei tersenyum menanggapi tingkah (Your name). Ia hanya menatap sosok gadis itu dari belakang dan kemudian melangkahkan kaki mengikutinya menuju kelas mereka.
.
(Your name) sedang duduk manis di bangku taman belakang sekolah. Senja perlahan mulai datang. Tak kurang dari lima menit gadis itu sudah berada disana, menunggu orang yang sebelumnya telah berjanji akan bertemu dengannya.
"Liu Wei-kun!"
Seruan gadis itu terdengar tatkala ia melihat sosok pemuda tinggi yang berjalan mendekatinya.
"Ada apa, (Last name)?", tanya Liu Wei ketika ia sudah berada tepat di hadapan (Your name).
"E-etto.. ano..", dengan gugup (Your name) mulai mengambil sesuatu dari dalam tas nya. Sebuah surat yang sudah ia buat kemarin. "I-ini untukmu!", kemudian ia serahkan surat tersebut dengan kepala yang ditundukan. Gadis itu tengah mencoba menutupi rasa malunya kini.
Tatapan penuh tanya terlihat di kedua bolamata Liu Wei.
"A-Aku tahu hal ini aneh karena biasanya aku tidak dapat menulis surat dan sekarang tiba-tiba saja aku menulis surat ini untukmu. T-tapi, maukah kau membacanya?"
(Your name) memberanikan diri untuk mendongakan kepala menatap pemuda di hadapannya. Dan sekarang Liu Wei bisa melihat dengan jelas semburat merah yang bertengger di wajah gadis itu. Lalu perlahan ia mengulurkan tangan untuk menerima surat terbut.
"Tentu saja", balas Liu Wei sambil tersenyum tipis.
Namun (Your name) dapat melihat senyuman itu, sehingga kini wajahnya semakin merah. Karena merasakan wajahnya yang semakin memanas, gadis itu pun memutuskan untuk mengalihkan pandangan.
"T-tolong jangan baca sekarang"
"Baiklah. Mau pulang bersama?"
Sekali lagi (Your name) memberanikan diri menatap Liu Wei. Lalu gadis itu tersenyum bahagia dan segera mengangguk setuju.
"Tentu!"
Kemudian kedua remaja tadi mulai melangkahkan kaki keluar dari sekolah.
.
Malam telah tiba. Liu Wei baru saja selesai makan malam. Saat ini dia berniat untuk pergi ke kamarnya lalu membaca surat yang tadi diberi oleh (Your name). Dilangkahkanlah kakinya yang jenjang ke tangga. Mulai menapaki satu demi satu anak tangga hingga ia sampai ke kamarnya. Segera ia hampiri meja belajar lalu mengambil tas sekolahnya.
'Apa yang ia tulis?', batin Liu Wei bertanya.
Dia tidak mengira (Your name) akan menulis surat untuknya. Karena selama mereka berteman, tak pernah satu kali pun Liu Wei mengetahui bahwa (Your name) pernah menulis surat. Lalu dengan penasaran ia pun segera membuka amplop yang membungkus surat itu. Sebuah kertas putih polos terlihat setelah amplop berhasil terbuka.
Aku tidak akan membuat surat ini sesuai dengan anjuran. Aku tidak akan membuat kalimat sapaan maupun basa-basi. Karena jujur saja, aku tidak tahu harus memulai darimana.
Liu Wei-kun, hari ini kau berulangtahun 'kan? Otanjoubi omedetou ne. Aku berharap semua yang terbaik untukmu. Maaf karena aku belum bisa memberikan hadiah dan maaf karena aku tidak mengucapkannya secara langsung.
Liu Wei-kun, asal kau tahu saja, aku menulis surat ini bukan hanya untuk memberimu ucapan selamat ulangtahun. Aku menulis surat ini juga karena ada hal yang ingin kukatakan padamu. Kuputuskan untuk mengatakannya lewat surat karena aku tidak yakin punya keberanian untuk mengatakannya secara langsung.
Liu Wei-kun, kau tahu tidak? Pasti tidak tahu 'kan? Sudah kuduga. Maka, biarlah aku memberitahu. Kurasa aku menyukaimu. Kau terkejut? Kuharap tidak. Karena menyukai seseorang yang sudah kurang lebih empat tahun selalu bersama kita itu wajar menurutku. Kukira sampai disini saja suratku. Sekali lagi, aku menyukaimu, Liu Wei-kun! Jaa!
Perlahan, bibir Liu Wei terangkat membentuk sebuah senyuman setelah ia membaca keseluruhan isi surat itu.
'Aku jelas saja terkejut, (Last name)', ucap Liu Wei dalam hati.
Tentu saja Liu Wei terkejut. Dua hal yang tidak ia duga telah terjadi hari ini. Pertama (Your name) menulis surat untuknya. Dan kedua, gadis itu berkata bahwa dia menyukainya. Semua itu benar-benar diluar pikiran Liu Wei.
.
"Liu Wei-kun!"
(Your name) berseru memanggil Liu Wei ketika pemuda itu tengah berjalan ke gym untuk berlatih. Dia berlari menghampiri pemuda tersebut dengan tergesa-gesa.
"S-soal.. surat.. itu..", perkataan (Your name) menjadi terpotong-potong karena nafasnya yang tak teratur setelah berlari.
"Tenangkan dirimu dulu", ucap Liu Wei , menganjurkan supaya gadis itu menetralkan dulu nafasnya sebelum lanjut berbicara.
Tak lama kemudian nafas (Your name) telah kembali normal. Langsung saja ia melanjutkan kalimatnya.
"Soal surat kemarin, tolong jangan disebarkan. Maaf karena aku baru mengatakannya sekarang. Aku kemarin lupa untuk mengatakannya", ujar gadis itu sambil menggaruk pipinya yang tak gatal.
Tak ada rasa gugup sedikitpun dalam diri (Your name). Karena setelah Liu Wei membaca surat buatannya, tak lama kemudian pemuda itu mengirimnya pesan. Liu Wei menyatakan perasaannya lewat pesan tersebut. Tentu saja (Your name) menerimanya. Maka dari itu kini mereka telah menjadi sepasang kekasih.
"Aku memang tidak menyebarkannya. Tapi—"
"Wah, itu Liu Wei dan (Last name)!"
Tiba-tiba pintu gym terbuka. Dan dua orang yang satu angkatan dengan Liu Wei serta (Your name) pun keluar, mulai melangkahkan kaki menghampiri pasangan kekasih itu.
"Seusai latihan traktir kita, (Last name)! Kalian sudah menjadi kekasih 'kan?", suara kapten tim basket Yousen terdengar.
"Tenang saja. Yang tahu hanya kita berdua. Atau mungkin lebih tepatnya 'baru kita berdua'", sang wakil kapten ikut menimpali.
Dan setelah itu, yang terdengar hanyalah pekikan 'eh' panjang penuh keheranan dari (Your name) dan helaan nafas pasrah dari Liu Wei.
.
A/N:
Saya tahu ceritanya absurd. Saya tahu ending nya gak jelas. Saya tahu fic ini ecek ecek brem brem(?). Tapi, maafkanlah author yang agak somplak ini, readertachi. Karena fic ini sebenarnya sudah lama jadi, hanya saja telat publish karena sinyal yang tidak selalu mau diajak kompromi. Saya kira sekian saja curhatan dari saya.
Saa, jaa matta, readertachi~!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro