Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sprained (Sequel of "Owner")

Genre: Romance

Rate: T

  "Oi"

  Sebuah tepukan mendarat di kepala seorang gadis bersurai (Hair colour) yang saat itu tengah duduk di bench gym sekolahnya. Sontak dia pun menoleh dan mendapati pemuda berambut navy blue yang sedang menatapnya dengan wajah malas.

  "Oh kau sudah selesai?", tanya gadis itu.

  "Kalau aku belum selesai, aku tak akan disini, bodoh", jawabnya lalu mengacak-acak rambut gadis tersebut pelan.

  Dengusan kesal terdengar. "Duduklah. Sekarang kita tunggu Satsuki. Dan lagi, aku lelah harus mendongakan kepala untuk menatapmu", ucap gadis itu dengan nada kesal.

  Kekehan terdengar dari si navy blue. Lalu ia pun menuruti ucapan gadis manis itu. Tak lama kemudian, seorang gadis bersurai pink berlari ke arah mereka.

  "(First name)-chan! Dai-chan!"

  Seruan tersebut membuat kedua murid tadi menolehkan kepala ke asal suara. (Your name) tanpa basa-basi segera berdiri dari duduknya dan disambut oleh pelukan maut milik sang sahabat.

  "Hidoi. Kupikir kalian tadi sudah di gerbang. Tapi ternyata masih berpacaran disini", celoteh Momoi dengan kesal setelah melepas pelukannya. "Saa, ikimashou!", seru gadis itu bersemangat. Berbeda dengan nada bicaranya beberapa detik tadi.

  Ketiga remaja tersebut mulai melangkahkan kaki keluar dari gym. Sebelumnya, seusai latihan mereka memang sudah berjanji akan pulang bersama seperti biasa. Namun, tiba-tiba saja Momoi menghentikan langkahnya.

  "Ada apa, Satsuki?", tanya (Your name) juga ikut berhenti. Begitu pula Aomine yang melakukan hal sama.

  "E-etto.. gomennasai ne, (First name)-chan. Aku tidak bisa pulang bersama", ujar Momoi dengan perasaan bersalah.

  "Kenapa?"

  "Ano.. Itu urusan pribadi", jawab Momoi. "Jaa!", dan tanpa aba-aba gadis bersurai pink itu segera berlari ke arah yang berlawanan dari kedua sahabatnya.

  (Your name) hanya menatap bingung punggung sahabatnya untuk beberapa saat sebelum kemudian dirinya ditarik paksa. Aomine lah pelaku dari penarikan tersebut. Dengan santainya pemuda berambut navy blue itu menyeret kekasihnya dan terus berjalan.

  "Hey! Hey! Lepaskan aku!", seru (Your name) sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman sang kekasih.

  "Tidak mau", balas Aomine singkat. Ia terus saja menarik gadis itu.

  "Apa?! Ugh. Lepaskan aku, aho!"

  Aomine seketika berhenti lalu melepas genggamannya. Ia langsung menatap kekasihnya itu dengan jengkel.

  "Oi! Kau sudah menjadi kekasihku tapi tetap memanggilku 'aho'?!"

  Mendengar Aomine, (Your name) langsung tertawa. Walau nafasnya masih belum begitu netral karena harus menyamai langkah kekasihnya. Hey, perbedaan tinggi mereka cukup jauh. Hal yang wajar tentunya jika (Your name) kesusahan untuk menyamakan langkah.

  "Karena memang begitulah adanya, ahomine", ujar (Your name) dengan penekanan dalam kata 'ahomine'.

  Geraman kesal lepas dari mulut sang unstoppable ace. Tapi dengan segera tergantikan oleh seringaian usil.

  "Bisa kau ulangi lagi, (First name)?"

  "Baiklah. A-ho-mi-ne", tutur gadis itu lalu tertawa lagi. Tak menyadari Aomine yang sudah bersiap untuk menangkapnya.

  "Kemari kau!", dengan seruan tersebut Aomine hampir saja menangkap kekasihnya. Namun sayang, (Your name) sudah lebih dulu mengetahui gerakan si navy blue. Maka dari itu, kini dia berlari menjauhi kekasihnya.

  "Iie! Kau saja yang kemari!", balas (Your name) sambil tertawa dan terus berlari. Terasa menyenangkan bisa mengganggu sang formless shooter dari sekolahnya.

  "Baiklah! Bersiap saja!", seru Aomine tak mau kalah. Ia juga berlari mengejar gadis itu.

  Dan acara kejar-kejaran pun berlangsung cukup lama. Tapi salah satu dari mereka tak ada yang merasa lelah. Justru rasa senang lah yang ada dalam hati mereka. Setidaknya beban pelajaran yang tadi mereka alami dapat dilupakan sejenak.

  Sayangnya hal itu tak berlangsung lebih lama. Karena di tengah lari mereka, (Your name) tiba-tiba tersandung sebuah batu dan terjatuh. Untung saja gadis itu jatuh ketika mereka melewati sebuah taman yang sepi. Kalau tidak, entah mau ditaruh mana muka (Your name).

  Melihat hal itu, si navy blue langsung saja mendatangi kekasihnya. "Seharusnya aku merekamnya tadi!", celoteh Aomine sambil terbahak-bahak.

  "Kau kira lucu?!", bentak (Your name) jengkel karena Aomine tak segera menolongnya. Lalu ia pun mencibirkan bibirnya kesal.

  Pemuda berkulit gelap itu membungkukan badan, hanya untuk mencubit pipi sang kekasih. "Tentu saja, wajahmu itu yang lucu", ujarnya santai.

  "U-urusai yo!", (Your name) menepis tangan Aomine yang ada di pipinya. Padahal jika dilihat lebih dekat, ia tengah merona.

  Aomine hanya terkekeh. Setelah itu ia mengulurkan tangan untuk membantu kekasihnya berdiri. (Your name) tentu saja menerimanya dengan senang hati. Namun gadis itu tampak kesusahan ketika bangkit dari jatuhnya. Ternyata kakinya terkilir.

  "Hey, kau baik-baik saja?", tanya Aomine. Raut khawatir terbesit di wajahnya.

  "Tentu saja", dusta gadis itu. Dia mulai berjalan, namun hampir saja ia terjatuh lagi. Untungnya ia bisa menahannya.

  Faktanya saat ini gadis itu ingin berteriak kesakitan. Tapi tentu saja ia tak akan melakukannya. Selain karena ada sang kekasih ia juga tak mau terlihat lemah. Apalagi membuat si navy blue khawatir.

  "Tch. Tak usah bertingkat seolah-olah kau kuat", celoteh Aomine sedikit kesal. Jengkel melihat perilaku (Your name) yang jelas sekali dipaksakan.

  "Aku memang kuat kok!", seru gadis itu mengelak.

  Dan sebagai buktinya, tanpa Aomine duga gadis itu nekat melompat. Alhasil, hampir saja ia jatuh untuk yang ketiga kali seandainya Aomine tidak menangkapnya.

  "Jadi seperti ini 'kuat' yang kau maksud? Kakimu terkilir, bodoh. Berhentilah memaksakan diri", ujar Aomine dengan kesal. Namun rasa khawatir tak luput dari ekspresinya. "Naiklah", kemudian ia mengambil posisi berjongkok didepan (Your name).

  "M-mau apa kau?", tanya (Your name) sedikit ragu.

  Sebenarnya (Your name) sudah tahu apa yang akan dilakukan kekasihnya. Namun tetap saja ia tidak terlalu yakin. Jika tidak salah, Aomine pasti akan menggendongnya.

  "Tentu saja menggendongmu", jawab Aomine. "Kau pikir apa lagi?"

  "Tidak mau!", jawab gadis itu sambil menyilangkan tangan didepan dada.

  "Baiklah", ada keheningan beberapa saat. Aomine mulai berdiri dan mendatangi (Your name). "Kalau begitu kuanggap kau memilih ini", kemudian pemuda itu mengangkat kekasihnya ala bridal style.

  Sontak saja (Your name) menjerit kaget. Wajahnya memerah lagi. Bahkan lebih merah dari sebelumnya.

  "T-Turunkan aku, aho! I-ini memalukan!", berontak (Your name).

  "Huh?", Aomine mengerutkan dahi menatap (Your name). "Tidak mau. Ada syaratnya"

  Sekarang giliran (Your name) yang menatap Aomine sambil mengerutkan dahi.

  "Pilih bridal style—", ucap si navy blue. "—atau piggy back tapi harus menciumku", lanjutnya dengan santai. Ia sama sekali tak menatap kekasihnya tersebut.

  Seketika kedua bolamata (Your name) membulat sempurna. 'Apa-apaan dengan pilihan ini?!', seru gadis itu dalam hati. Sebenarnya dia tadi baru saja ingin memilih piggy back. Tapi ketika mendengar kelanjutan kalimat Aomine, segera saja ia urungkan niatnya.

  "A-aho! Pilihan macam apa itu?!", seru (Your name) tak terima. "Cepat turunkan aku!", tambahnya sambil mencoba turun dari gendongan Aomine.

  Helaan nafas terdengar. Aomine membiarkan (Your name) turun dari gendongannya. Lalu ia mulai berjongkok didepan kekasihnya itu.

  "Aku hanya bercanda, bodoh. Cepat naik. Rumahmu masih lumayan jauh", titah Aomine.

  (Your name) berpikir sejenak. Setelah itu ia putuskan untuk mematuhi perintah sang unstoppable ace.

  Aomine pun mulai berjalan. Tak satupun dari kedua remaja itu yang memutuskan untuk berbicara. Mereka hanya bediam diri, menikmati suasana malam yang cukup tenang. Walau bisa didengar bisik-bisik tiap orang yang lewat didekat mereka. Entah seperti 'Romantis ya?', atau 'So sweet', atau bahkan 'aku mau seperti itu!'.

  "Nee, Daiki", panggil (Your name) yang tengah menyandarkan kepala di pundak sang kekasih.

  "Hm?", balas Aomine singkat. Sebenarnya ia sedang menahan rasa geli karena suara (Your name) yang tepat berada di telinganya.

  Hening kembali menyelimuti beberapa saat sebelum akhirnya (Your name) memeluk erat leher kekasihnya itu. Mencari sedikit kehangatan di malam yang cukup dingin tersebut. Aomine awalnya merasa kaget, namun kemudian ia tersenyum.

  "Maaf karena sudah merepotkanmu", perkataan (Your name) kurang begitu jelas karena ia kini membenamkan wajahnya diantara pundak dan leher Aomine.

  Kekehan terdengar dari si navy blue. Dia tak menjawab ucapan kekasihnya itu dan terus saja berjalan.

  "Daiki", panggil (Your name) lagi. Seperti sebelumnya, Aomine hanya menjawabnya dengan gumaman. "Umm.. ano.."

  "Ada apa, (First name)? Kalau memang ada yang ingin kau bicarakan, ucapkan saja", ujar Aomine ketika merasa kekasihnya itu ragu untuk angkat bicara.

  Awalnya (Your name) tampak kurang yakin. Namun kemudian, tiba-tiba saja gadis itu mengecup singkat pipi kekasihnya. Membuat si pemilik surai sewarna malam tersebut seketika berhenti berjalan. Mematung dengan kedua bolamata yang membulat tak percaya. Dan semburat merah yang terpasang di wajahnya.

  "Arigatou!", seru gadis itu lalu secepat mungkin membenamkan kembali wajahnya di pundak sang kekasih.

  "B-baka. Untuk apa kau melakukan itu?", tanya Aomine yang penasaran dengan aksi tak terduga dari (Your name).

  "K-kau tadi bilang kalau aku harus menciummu jika memilih piggy back", jawab gadis itu masih membenamkan wajah. "M-maka dari itu a-aku melakukannya"

  Aomine mendengus geli mendengar jawaban sang kekasih. Kemudian ia tersenyum.

  "Seharusnya aku tadi menambahkan kata 'di bibir' dalam ucapanku. Benar 'kan, (First name)?", goda Aomine sambil tersenyum usil.

  Namun tak ada respon sedikitpun dari orang yang ia ajak bicara. Ketika Aomine menengokan kepala untuk memeriksa keadaan gadis itu, rupanya (Your name) sudah tertidur. Menghela nafas pelan, ia kembali menatap ke jalan didepannya.

  "Bagaimana bisa kau tidur secepat itu? Aku saja perlu beberapa menit", lalu pemuda itu terkekeh. "Oyasumi, nemurihime"

  Dengan itu, Aomine kembali melanjutkan langkahnya. Tak menyadari bahwa kini gadis yang ada dalam gendongannya itu tengah tersenyum sambil menutup mata.

  'Oyasumi mou, watashi no itoshii hito', balas gadis manis itu dalam hati. Membiarkan dirinya benar-benar terlelap dalam gendongan seorang Aomine Daiki.

.

A/N:
Saa, douzo, Dantesparda99-san! Hope you will like it! Arigatou atas request nya! Singkat saja, jangan lupa vomment ya, readertachi?
Saa, jaa matta, readertachi~!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro