Share The Burdens (Kiyoshi x Reader)
Genre: Romance
Rate: T
Yoshaaa! Saya balik! Bawa si Ironman! Eh, iron heart! Kali ini request dari @strawberryraindrops ! Maapkeun daku yang baru buat T-T
Btw, Seirin vs KiriDai itu di Winter Cup atau Interhigh? Karena saya lupa, maapkeun daku kalau seandainya salah, ya, readertachi? ^^
Saa, jaa mata, readertachi!
Tap. Tap. Tap.
"(First name)-chan! Kau serius akan mendatanginya?!"
"Jangan manahanku, Riko!" Cekalan pada tangan ditepis. "Dan ya! Aku serius akan mendatanginya!"
Hembusan nafas kasar terdengar seiring berjalannya seorang gadis bersurai (Hair Colour). Aida Riko, gadis yang ditepis cekalan tangannya itu hanya bisa pasrah dengan keputusan (Your name). Manager Seirin satu itu memang keras kepala. Sekali keputusannya sudah bulat, maka tak akan ada yang bisa menggoyahkannya.
Kala itu Seirin baru saja selesai bertanding melawan SMA Kirisaki Dai Ichi dalam Winter Cup. Seirin memang menang dengan skor yang tinggi. Akan tetapi, demi kemenangan tersebut tim basket Seirin harus merelakan salah satu anggota mereka mengalami beberapa luka akibat permainan curang Kirisaki Dai Ichi. Dan yang mendapatkan luka itu ialah Kiyoshi Teppei, sang center sekaligus teman sejak kecil si manager Seirin. Maka dari itulah setelah melihat luka yang dialami Kiyoshi, (Your name) jadi geram seketika.
Tap. Tap.
Tanpa terasa kini (Your name) telah sampai di depan pintu ruang ganti tempat mereka bertanding tadi. Gadis itu segera berhenti, menghembuskan nafas pelan—karena tidak lucu memarahi orang dengan pernafasan yang belum netral—lalu barulah ia membuka paksa pintu ruang ganti—yang ternyata tidak dikunci.
Brak.
Pintu terbuka.
Sekarang seluruh perhatian para penunggu ruang ganti teralihkan sepenuhnya ke arah (Your name).
"(L-Last name)! Apa yang kau lakukan?!" Si kapten berkacamata berseru sambil buru-buru memakai seragamnya.
"Senpai! Kenapa kemari?!" Sang ace yang masih bertelanjang dada ikutan berseru—semburat merah tipis menghiasi wajahnya.
"Apa?! Aku sudah sering melihat kalian shirtless, bodoh!" Balas (Your name) ketus. Ia terus melangkahkan kakinya ke arah Kiyoshi. "Kau! Ikut aku!" Kemudian menarik paksa sang center—yang untungnya sudah memakai seragam lengkap di kala itu—keluar dari ruang ganti.
"(F-First name)! H-Hei! Ada apa?" Kiyoshi bertanya sambil ditarik dan membungkuk karena perbedaan tinggi keduanya.
(Your name) menulikan telinga sesaat. Barulah ketika mereka sampai di koridor yang cukup sepi, gadis itu membuka mulut untuk bicara.
"Teppei bodoh! Idiot! Sialan! Mati sana!" Berbagai kata penuh kekesalan keluar dari bibir ranum si gadis bersurai (Hair colour). Ia berseru jengkel sambil menundukkan kepala. Bahkan kedua matanya terpejam karena terlalu kesal.
"(First name)? Ada apa?"
Kiyoshi tahu. Berbagai kata umpatan yang dikeluarkan oleh teman sejak kecilnya itu memiliki makna lain. Karena Kiyoshi tahu bahwa sejak dulu (Your name) tak akan mengatainya jika ia tidak berbuat sesuatu yang salah—atau setidaknya salah menurut seorang (Your name). Dan jika sudah seperti ini—bahkan sampai ke tahap si gadis menyuruhnya mati—pasti itu berarti Kiyoshi telah melakukan hal yang benar-benar membuat teman sejak kecilnya itu berada di puncak kemarahan.
"Ada apa katamu?! Dasar bodoh! Kau tidak tahu apa yang sudah kau lakukan?!" (Your name) mendongak menatap sang center penuh amarah. "Kau... Kau benar-benar bodoh, Teppei! Aku benar-benar membencimu hari ini!"
Kiyoshi hanya diam. Pemuda murah senyum itu tak sedikitpun terpengaruh oleh (Your name) yang tengah meledak-ledak.
"(First name), aku tidak paham maksudmu. Tolong jelaskan dengan kepala dingin." Kiyoshi berujar sembari memegang lembut kedua pundak gadis di hadapannya.
(Your name) terdiam sejenak lalu tiba-tiba menyentak kedua tangan yang memegangi pundaknya. Jari telunjuk diacungkan tepat ke wajah sang center. Mata tampak berkilat penuh amarah.
"Kau! Kenapa kau seperti itu?! Kenapa kau menjadikan dirimu sebagai tameng untuk yang lainnya?!" Si manager masih menunjuk-nunjuk wajah center-nya dengan kesal. Dipandangnya pemuda tinggi itu dengan lekat. Kali ini giliran dirinya yang meminta penjelasan.
Di pertandingan tadi, (Your name) melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana seorang Kiyoshi Teppei rela menerima berbagai permainan kasar dari anggota Kirisaki Dai Ichi. Jelas saja gadis itu marah. Bukan hanya marah, tapi (Your name) juga sedih. Ia sudah lama bersama Kiyoshi. Dan melihat orang yang sudah lama bersamamu itu terluka tentunya menyakitkan, bukan? Belum lagi jika ia harus mengungkit rasa sukanya kepada sang center.
Kiyoshi terdiam. Sekarang ia paham mengapa manager timnya itu kelihatan murka tadi. Rupanya teman sejak kecilnya itu mengkhawatirkannya. Hanya saja kekhawatiran itu ia tuangkan dengan diselimuti amarah. Kiyoshi berniat membuka mulut untuk berbicara namun (Your name) sudah lebih dulu menyelanya.
"Aku... Tidak ingin kau terluka, bodoh..." Kepala tertunduk menyembunyikan raut wajah yang entah seperti apa. "Hiks... Jangan menanggung semua beban sendirian, Teppei... Hiks... Aku tidak suka itu... Se-Setidaknya kau bisa membaginya denganku..." Isakan terdengar bersamaan dengan bahu yang bergetar.
Dan Kiyoshi tahu gadis itu sedang menangis.
Selama beberapa detik Kiyoshi terdiam. Kaget tentu saja. Karena ini kali pertama ia melihat tangis (Your name). Sejak mereka berkenalan, belum pernah sekalipun Kiyoshi melihat gadis itu menangis. (Your name) merupakan tipikal orang yang lebih memilih menyembunyikan perasaannya—apalagi sisi rapuh dirinya—kepada orang lain kecuali yang dirasa dekat.
Senyuman terpatri di wajah pemuda pendiri tim basket di SMA Seirin itu. Diusapnya lembut helaian (Hair colour) milik gadis di depannya. (Your name) bergeming, masih menundukkan kepala dengan pundak yang terus saja bergetar akibat menahan tangis.
"Nee, (First name)."
Hanya gumaman yang didengar pemuda itu sebagai jawaban atas panggilannya. (Your name) masih setia menundukkan kepala, begitu pula tangan Kiyoshi yang masih senantiasa mengusap pelan helaian lembut rambut si manager timnya.
"Maukah kau menjadi kekasihku?"
"Eh?"
Seketika (Your name) mendongakkan kepala, membuat matanya yang sembab dapat tertangkap oleh indra penglihatan Kiyoshi. Kiyoshi tersenyum santai seperti biasa.
"Kau bilang kau ingin aku membagi bebanku denganmu, 'kan? Kalau begitu maukah kau menjadi kekasihku? Dengan begitu aku bisa dengan leluasa membagi semua bebanku—sekaligus rasa bahagiaku dengamu, 'kan? Kita bisa berbagi suka duka satu sama lain dengan lebih mudah jika kita memiliki hubungan khusus."
Manik (Eyes colour) mengerjap bingung, tampak tengah mencerna rangkaian kata yang barusan didengarnya.
"Eh?!" Lalu seruan tak percaya keluar dari yang lebih pendek tingginya. "K-kenapa begitu?! A-aku hanya ingin kau membagi beban saja! Bu-bukan berarti aku memintamu menjadi kekasihku! K-kita 'kan bisa menjadi sahabat saja!" Sambungnya dengan wajah yang dihiasi semburat merah alami.
Tawa renyah khas seorang Kiyoshi Teppei kini mengisi koridor tempat keduanya berbicara.
"Apakah kau lupa? Kita sudah bersahabat dari kecil, (First name)." Kiyoshi berujar sambil tersenyum.
(Your name) terdiam dan menunduk malu—menyembunyikan rona merahnya yang sudah sempat dilihat oleh Kiyoshi.
"Tapi, kalau kau memang tidak mau tak masalah, kok."
"A-aku mau!"
Seketika kepala (Your name) mendongak menatap wajah Kiyoshi. Kemudian disambut oleh senyuman yang sejak tadi belum menghilang dari wajah pemuda jangkung tersebut.
"Arigatou, nee, (First name)." Lalu dibelainya rambut kekasihnya itu lembut, memancing rona merah untuk kembali menghiasi permukaan kedua pipi si gadis.
Dan di detik berikutnya (Your name) hanya bisa memeluk Kiyoshi erat guna menyembunyikan wajahnya yang entah sudah semerah apa saat itu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro