Precious (Akashi x Reader)
Genre: Crime
Rate: T(?)
"Seijuurou.. Maafkan aku. Tapi aku memang tidak bisa", ujar seorang gadis bermanik (Eyes colour) dengan lirih.
"Aku tidak menerima bantahan, (First name)"
Pemuda didepannya semakin berjalan mendekat dan menatap gadis itu dingin. (Your name), gadis tadi, hanya bisa melangkah mundur menjauhi pemuda di depannya. Dan sekarang, dia terpojok di sudut belakang kelas dengan pemuda tadi yang berada didepannya. Sebuah seringaian menghiasi wajahnya yang rupawan.
"A-Aku tidak mencintaimu, Sei. Aku hanya menganggapmu sebagai sahabat", ujar (Your name) sambil menunduk.
"Kau berbohong, (First name). Kau mencintaiku", balas Sei, lebih tepatnya Akashi Seijuurou sambil mengangkat dagu (Your name) hingga gadis itu menatap tepat ke manik heterochrome nya.
"Tidak! Aku.. aku sudah memiliki kekasih!"
Mendengar hal itu, seringaian Akashi tidak memudar. Hanya saja, kilauan matanya tampak lebih tajam. Tangan pemuda itu mulai membuat jalur ke saku blazer nya. Dan mengambil sebuah benda berwarna merah.
"Benarkah?", tanya pemuda bersurai merah itu sambil menatap gadis didepannya dengan intense. "Kalau begitu tak akan kubiarkan kau menjadi miliknya"
"A-apa maksudmu? J-jangan bilang kau akan.."
(Your name) mengetahui benda apa yang dibawa oleh pemuda berambut merah itu. Dia bisa memprediksi apa yang akan dilakukan oleh Akashi kemudian. Pemuda itu akan menghujamkan gunting yang ia bawa kepadanya. Dan benar. Tak sampai beberapa detik, Akashi sudah meluncurkan guntingnya ke arah jantung (Your name).
"Kau gila! Pergi!"
Beruntung gadis itu bisa menghindarinya. Sontak dia langsung mendorong Akashi hingga pemuda itu terhuyung ke belakang. Cukup untuk membuat celah bagi (Your name) supaya dapat menerobos keluar.
Gadis itu berlari menjauh. Dia segera melangkahkan kakinya ke arah pintu.
"Kau tidak akan pergi kemana-mana, (First name)"
Tatapan mata Akashi seketika berubah. Pandangan tajam penuh keseriusan berganti menjadi tatapan orang yang seolah kehilangan kendali tubuhnya.
"A-aku akan melaporkanmu! Ja-jangan mendekat, Sei!", seru (Your name) penuh rasa takut. Dia mencoba untuk membuka pintu tersebut namun gagal.
Pintu kelas itu tekunci. Padahal seingat (Your name), pintu itu masih terbuka tadi. Dan dia baru mengingat sesuatu. Akashi adalah ketua OSIS di SMA Rakuzan. Hal yang wajar jika dia memiliki kunci setiap ruangan.
"Saa. Oyasuminasai, (First name)", ujar Akashi sambil tersenyum lembut lalu seketika menyeringai.
Dengan itu, Akashi mulai menerjang (Your name). Akan tetapi, untuk kedua kalinya (Your name) dapat menghindar. Lalu dengan cepat ia merebut gunting itu dari Akashi. Kemudian, entah secara sadar atau tidak, sekarang justru (Your name) lah yang menghujamkan gunting tersebut ke dada Akashi. Seketika tubuh pemuda itu jatuh ke depan, ke dalam pelukan gadis didepannya.
"S-Sei.. K-Kau.. maafkan aku.. aku..", ujar (Your name) terbata-bata. "Bertahanlah!", seru gadis itu tiba-tiba sambil berusaha menopang tubuh Akashi.
(Your name) tak menyadari bahwa sekarang Akashi justru tersenyum lembut. Ia bahkan juga melingkarkan tangannya di pinggang gadis tersebut.
"Kau.. Tidak akan lepas dariku.. (First name)", ujar Akashi lirih tepat di telinga (Your name).
Seringaian kembali terpasang di wajahnya. Sebelum pada akhirnya pemuda itu kehilangan kesadaran.
Mendengar ucapan Akashi, sontak (Your name) mendorong tubuh pemuda itu ke depan. Membuat tubuh yang lebih tinggi darinya itu jatuh ke lantai. Wajah cantiknya jelas menggambarkan ketakutan yang amat sangat. Apa yang dikatakan Akashi sungguh membuatnya ngeri.
.
Hembusan angin pagi menyapu lembut wajah gadis yang kini tengah bertopang dagu tersebut. Tatapan matanya menatap tepat ke arah pohon sakura di samping sekolahnya, SMA Seirin.
Pelajaran baru saja dimulai, namun pikiran (Your name) sudah melayang jauh ke kejadian beberapa bulan yang lalu. Dimana ia telah tanpa sengaja menusuk teman masa kecilnya di sekolahnya yang lama.
'Kau.. Tidak akan lepas dariku.. (First name)'
Kata-kata itu terus saja terngiang di benak (Your name). Dia terus memikirkan bagaimana keadaan pemuda berambut merah itu. (Your name) tak mengetahuinya. Karena setelah kejadian itu, dia langsung mencari kunci pintu kelas lalu keluar. Meninggalkan Akashi yang sudah kehilangan kesadarannya begitu saja.
Entah bagaimana caranya hingga (Your name) tak dicurigai sampai sekarang. Dia pun tak tahu. Padahal jelas-jelas (Your name) tak mencabut gunting yang tertancap di dada Akashi dulu.
'Mungkinkah dia masih hidup?'
Tiba-tiba pertanyaan tersebut hinggap di pikiran gadis itu. Namun sesegera mungkin gadis itu menggeleng-gelengkan kepala.
'Dia tak mungkin masih hidup'
Beberapa jam pelajaran telah terlewati. Dan tanpa terasa, pelajaran untuk hari itu pun sudah selesai. (Your name) segera mengemasi barang-barangnya sama seperti murid-murid lain. Ia pun mulai berjalan keluar kelas.
"Eh?", langkah gadis itu terhenti tatkala ia mendapati orang lain yang berada didepannya.
"Doumo, (Last name)-san"
"E-eh? Kuroko? Hai'. Doumo", balas gadis itu walau sebenarnya ia kaget setengah mati.
Kuroko kemudian menanyakan apakah (Your name) mau pulang bersamanya dan Kagami. Karena hari itu jadwal latihan tim basket ditiadakan.
"Baiklah", jawab (Your name) sambil tersenyum.
Mereka berdua kemudian berjalan bersama menghampiri Kagami yang sudah berdiri di dekat gerbang sekolah.
"Oi, (Last name). Apa kau sudah mengerjakan tugas untuk besok?", tanya Kagami di tengah perjalanan.
"Nani? Tugas?", (Your name) tampak berpikir. "Ah ya. Sudah"
"Kalau begitu apa kami boleh menumpang belajar di rumahmu, (Last name)-san?"
"Uum.. Tentu saja. Lagipula kedua orang tua ku juga sedang bertugas di luar kota", jawab (Your name) pada akhirnya.
Lalu tak lama kemudian mereka telah sampai di kediaman gadis tersebut. Rumah besar yang tampak begitu nyaman dan bersih.
"Douzo"
Ketiga remaja itu mulai melangkah masuk. Setelah mengagumi keadaan rumah (Your name) yang begitu mewah, mereka pun memulai kegiatan belajar bersamanya.
Tak perlu waktu lama, kini Kagami dan Kuroko telah selesai mengerjakan tugas mereka. Karena cara penyampaian (Your name) yang mudah diterima, kedua pemuda itu pun bisa memahaminya dengan mudah.
"Yosh! Arigatou, (Last name)! Jaa ne!", seru Kagami.
"Arigatou gozaimasu, (Last name)-san.", ucap Kuroko sambil membungkuk. Lalu kedua orang itu mulai berjalan pergi dari rumah (Your name).
'Entah mengapa. Perasaanku terasa tidak enak. Kuharap mereka baik-baik saja', batin gadis itu sebelum akhirnya berjalan memasuki rumahnya kembali.
.
Sudah jam sebelas malam. Namun (Your name) belum juga bisa memejamkan matanya. Entah mengapa, sejak tadi perasaannya tidak enak.
"Mereka berdua baik-baik saja 'kan?", tanya gadis itu kepada dirinya sendiri. Sejak tadi dia hanya berbaring sambil memandang dengan cemas atap kamarnya.
(Your name) berusaha menghilangkan pikiran-pikiran anehnya dan mencoba untuk tidur. Namun, ketika baru saja beberapa saat ia memejamkan matanya, samar-samar ia mendengar bel pintu rumahnya berbunyi. Mau tak mau gadis itu bangkit juga dari posisinya.
'Siapa yang bertamu malam-malam seperti ini?'
(Your name) mulai keluar dari kamarnya lalu melangkahkan kaki menuruni tangga. Setelah ia sampai didepan pintu rumah dan membukanya, gadis itu mendapati sebuah kotak yang cukup besar terletak disana.
"Apa ini? Dan siapa pengirimnya?", tanya (Your name) sambil menengokan kepalanya ke kanan dan kiri. Mencari tahu siapa yang telah membawakan kotak itu ke rumahnya.
Ketika melihat kotak tersebut dengan lebih cermat, (Your name) mendapati secarik kertas berwarna merah. Ia pun mulai mengambil lalu membacanya.
'Apa salah satu dari mereka adalah kekasihmu, (First name)?'
Bunyi surat tersebut terdengar aneh bagi (Your name). Dan lagi, gadis manis itu juga merasa tak asing dengan bentuk tulisan serta kalimat dalam surat tersebut. Sekarang, perasaan tidak enaknya semakin terasa. Berbagai pikiran buruk mulai menghampirinya.
"'M-Mereka'? Apa maksudnya ini? K-kenapa perasaanku semakin tidak enak?"
Keringat dingin mulai menetes dari pelipis (Your name). Dia merasa takut sekaligus penasaran. Dan karena rasa penasaran (Your name) lebih besar dari rasa takutnya, ia pun memutuskan untuk membuka kotak tersebut. Karena hanya dengan itulah ia bisa merasa puas.
Perlahan tangannya mulai membuka tutup kotak itu. Sekarang perasaannya semakin tak enak setelah mendapati bau anyir yang menyeruak dari dalam sana.
Dan seketika, ia langsung jatuh terduduk tatkala dia lihat apa yang ada didalam kotak tadi. Genangan darah kental. Kotak itu telah dilapisi semacam plastik didalamnya. Sehingga darah yang sangat banyak itu tidak merembes keluar.
"T-Tidak mungkin.. Kenapa ada.. kenapa mereka.."
Gadis bermanik indah itu hanya bisa menatap horror apa yang ada didalam kotak. Airmata menggenang di kedua pelupuk matanya. Perasaan mual mulai ia rasakan. Apa yang ia lihat benar-benar membuatnya ingin muntah sekaligus shock. Karena apa yang ada didalam sana benar-benar tak dapat disangka oleh (Your name).
Didalam kotak itu, terdapat potongan-potongan kecil anggota tubuh dua orang temannya yang tercelup oleh darah. Kagami dan Kuroko. Kepala mereka menatap tepat ke arah (Your name). Pandangan mata kedua orang itu begitu kosong sekaligus menakutkan.
Dua pemuda yang beberapa saat tadi sedang belajar bersamanya, kini telah menjadi seonggok potongan badan yang sudah tak bernyawa.
"K-Kuroko.. Kagami.."
Tak kuat melihat pemandangan mengerikan yang tersaji didedapnnya, dengan segera (Your name) berlari masuk ke kamarnya kembali. Airmata nya telah meleleh, ia tak bisa menahannya lagi. Melihat dua orang sahabatmu yang mati dengan mengenaskan tentunya sangatlah menyakitkan.
Brak.
Pintu kamar terbuka dengan kencang. (Your name) segera berlari ke kasurnya dan duduk memeluk lutut. Dia membenamkan kepala dan mulai menangisi apa yang baru saja terjadi.
'Bagaimana jika nanti polisi datang dan mencurigaiku? Apa reaksi ayah dan ibu ketika mengetahuinya? Bagaimana kalau orang yang telah membunuh Kagami dan Kuroko juga akan membunuhku nantinya?'
Berbagai macam pertanyaan berkecamuk dalam pikiran (Your name). Iris (Eyes colour) nya terus mengeluarkan liquid bening dengan deras. Nafasnya mulai sesenggukan dan kepalanya semakin terasa pening. Karena keadaannya yang semakin kacau, gadis itu bahkan tak menyadari bahwa sekarang sudah ada orang lain didalam kamarnya.
"Ohisashiburi, (First name)"
Suara yang begitu familiar bagi (Your name) terdengar. Membuat gadis itu seketika mendongakan kepalanya menatap sumber suara. Disana, duduklah seorang pemuda berambut merah di pinggir ranjang gadis itu. Pemuda yang dikira telah pergi untuk selamanya. Kini tengah menatap gadis tersebut dengan senyuman lembut.
"S-Seijuurou!?", pekik (Your name) penuh rasa tak percaya. Bagaimana bisa pemuda itu masih hidup padahal jelas sekali sebuah gunting pernah menancap di dadanya.
"Ya. Ini aku, (First name)", ujar Akashi.
Perlahan, pemuda itu mendekati sang pemilik kamar. Membuatnya menjauh secara konstan. Raut penuh ketakutan semakin terlihat jelas di wajah manis milik gadis tersebut.
"A-apa yang akan kau lakukan? Kau yang sudah membunuh Kuroko dan Kagami! Iya 'kan?!"
"Tentu saja, (First name)", jawab Akashi dengan tenang.
Kemudian ia mengangkat dagu gadis itu supaya menatap kedua matanya. Sama seperti apa yang terjadi beberapa bulan lalu. Dan seperti dulu, hal sama terjadi. Sebuah gunting melayang tepat ke jantung (Your name). Namun kali ini, gadis itu tak sempat menghindar.
"Aku tidak akan melepaskanmu, (First name). Dan ucapanku selalu benar", bisik Akashi dengan seringai yang terpasang di wajahnya.
Dan pada akhirnya, tubuh gadis itu jatuh ke pelukan pemuda didepannya. Kesadarannya perlahan menghilang. Kedua bola mata (Eyes colour) itu terbelalak penuh kengerian. Sekalipun hal terakhir yang ia lihat adalah senyuman lembut sahabatnya sewaktu kecil.
.
Omake:
Tap. Tap. Tap.
Suara langkah kaki menggema di lorong SMA Rakuzan. Seorang pemuda berambut sewarna darah tengah berjalan di lorong yang kini sudah sepi tersebut. Pelajaran baru saja selesai.
Pemuda itu terus melangkahkan kakinya secara teratur. Tujuannya sekarang tentu saja gym Rakuzan. Karena dia adalah kapten tim basket sekolah itu.
"Sei-chan!", seruan dari seorang pemuda berparas cantik terdengar tatkala sang kapten sampai di gym.
Pemuda yang dipanggil "Sei-chan" tadi tak menanggapinya. Tatapan matanya terpaku pada benda yang ia genggam. Sesuatu yang berbentuk bulat seperti bola. Hanya saja ukurannya jauh lebih kecil.
"Sei-chan, kenapa kau membawa miniature bola mata di gym?"
"Bukan apa-apa. Ini hanya hadiah dari orang yang kucinta, Reo"
Dan sebuah seringaian tampak di wajah tampan pemuda berambut merah itu.
'Mulai sekarang, kau tidak akan pernah lepas dariku, (First name)'
.
A/N:
Ohayou, readertachi~! Kembali lagi dengan fic absurd saya! Berhubung saya baru jengkel kemarin, saya buat saja fic crime. Dan saya juga membawa Akashi lagi (Oh jelas, karena sang emperor itu cocok dimasukkan genre apa saja). Bagaimana fic crime pertama saya ini? Maafkan daku bila kurang memuaskan. Maklum baru pertama kalinya.
Saa, jaa matta, readertachi~!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro