Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Owner (Aomine x Reader)

Genre: Romance

Rate: T

Sebelumnya, arigatou gozaimasu, Dantesparda99-san atas request nya. Hope you'll like it!

  Seperti hari-hari biasanya, seorang pemuda berambut navy blue tengah berbaring di atap sekolah Akademi Touou. Seperti inilah rutinitas hariannya sepulang sekolah. Membolos latihan. Ya, pemuda tadi selalu singgah di atap sekolah untuk membolos latihan basket.

  Ketika Aomine, pemuda berambut navy blue itu tengah memejamkan mata untuk tidur, tiba-tiba sebuah suara terdengar. Suara bantingan pintu dan teriakan seseorang. Seruan nyaring dari seorang gadis beriris (Eyes colour) yang mengusik usaha tidur sang ace klub basket Akademi Touou. Membuat pemuda itu mau tak mau bengkit dari posisinya.

  "Oi, teme! Jangan bolos latihan lagi, aho! Kasihan Satsuki yang terus-menerus harus mencarimu!", seru (Your name) sambil mendatangi Aomine dengan langkah kesal.

  "Urusai yo, (Last name). Itu bukan urusanmu", balas Aomine malas sembari menyandarkan diri pada pagar besi di dekatnya. "Lagipula tak ada yang mengharuskan Satsuki untuk mencariku"

  Sebuah perempatan muncul di dahi (Your name), ditambah sebuah geraman jengkel karena ulah si navy blue.

  "Tentu saja urusanku! Satsuki sahabatku, aho! Aku kasihan padanya!"

  Decakan lidah terdengar dari mulut Aomine. Perempuan yang satu ini sungguh pantang menyerah. Setiap Aomine membolos latihan, (Your name) akan selalu berusaha membuat Aomine berlatih. Walaupun perlu waktu lama, tapi pada akhirnya Aomine mau juga untuk latihan kembali. Entah apa yang dipikirkan sang unstoppable ace, karena setiap melihat (Your name) kesal, perasaannya menjadi senang.

  "Terserah. Aku malas", kata Aomine sebelum akhirnya kembali berbaring dan memejamkan mata lagi.

  "Aomine Daiki!"

  (Your name) semakin mendekati pemuda berkulit gelap itu. Hingga ia rasa jaraknya sudah cukup dekat, sesegera mungkin (Your name) menendang Aomine hingga posisi pemuda itu menjadi telungkup.

  "Baka (Last name)! Sakit, bodoh!", bentak Aomine sambil duduk dan memegangi punggungnya yang serasa bengkok.

  "Terserah. Itu bukan urusanku", ucap (Your name) sambil meniru gaya bicara Aomine sewaktu mengatakan hal yang sama tadi.

  Kini geraman kesal muncul dari Aomine. Namun selanjutnya hanya helaan nafas lah yang terdengar.

  "Apa maumu?"

  "Ayo ke gym dan berlatihlah, aho!"

  Setelah itu, dengan tidak berperi ke-Aomine-an, (Your name) menarik paksa sang formless shooter menuju gym sekolah.

.

  "Minna! Aku membawanya!", seru (Your name) sambil menarik kerah baju Aomine. Membuat pemuda itu harus menunduk karena perbedaan tinggi mereka yang cukup jauh. Tak lupa umpatan-umpatan dari pemuda yang ditarik paksa itu.

  Semuanya langsung berhenti berlatih dan menatap gadis manis itu dengan raut penuh kekaguman. Mengapa (Your name) seringkali bisa membuat pemuda seperti Aomine mau latihan? Apa yang dilakukan gadis itu sampai Aomine menurut dengannya? Semua pertanyaan seperti itu berkecamuk di pikiran orang-orang yang melihat (Your name).

  "Sasuga, (First name)-chan! Kau hebat sekali!", puji Momoi lalu memeluk (Your name) erat.

  "Ukh.. S-Satsuki.. sesak..", rintih (Your name). Dia mulai kekurangan asupan udara.

  "Oi, Satsuki! Cepat lepaskan (Last name)! Kau membuatnya sulit bernafas!", titah Aomine tatkala melihat wajah (Your name) yang begitu tersiksa.

  "Ups. Gomennasai, (First name)-chan", ucap Momoi sambil melepas pelukan mautnya lalu tersenyum dengan innocent. "Mou, Dai-chan! Segeralah latihan!", kini giliran Aomine yang mendapat perintah.

  Decakan lidah pun terdengar. "Kalau ring rusak lagi, itu bukanlah salahku", kemudian pemuda berkulit gelap itu mendatangi lapangan tempat anggota yang lain berlatih.

  Aomine pun segera mengambil bola dari tangan sang kapten yang kini tengah berjalan ke arah (Your name) dan Momoi. Dengan cepat ia mulai bermain, membuat anggota lainnya hanya bisa menjadi penonton.

  "Bisa dibilang, seandainya Aomine adalah seekor phanter, maka (Last name) adalah pawangnya ya?", tanya, atau mungkin puji, Imayoshi sambil memperlihatkan senyumannya yang terkesan menyeramkan.

  Tepat ketika (Your name) membuka mulut untuk menanyakan maksud ucapan sang kapten, suara sesuatu yang rusak terdengar. Rupanya suara tersebut berasal dari Aomine. Lebih tepatnya ulah Aomine.

  "Aa, gomen. Aku mematahkannya lagi", ujar Aomine dengan nada yang dibuat-buat. Dan tanpa basa-basi, pemuda berambut navy blue itu melenggang pergi dari gym.

  Mendegar ucapan Aomine yang seenaknya, (Your name) merasa geram dan kemudian ia putuskan untuk mengejar ace dari Akademi Touou itu. Sayangnya, gadis manis itu kalah cepat. Sehingga kini Aomine sudah tak terlihat lagi didepan pintu gym. Alhasil, (Your name) pun memutuskan untuk mencoba mencari Aomine di atap. Dan benar saja, sang unstoppable ace kita sedang ada disana. Berbaring sambil menutup mata dengan salah satu lengannya.

  "Aho! Kau itu benar-benar ya?!", seru (Your name) entah untuk yang keberapa kali. Dengan kesal ia berjalan mendekati pemuda yang sedang berbaring itu.

  Aomine tidak memedulikan seruan (Your name) sama sekali. Dia justru mengajukan sebuah pertanyaan. Masih dengan posisinya yang tengah berbaring.

  "(Last name), kenapa kau selalu mencariku saat aku membolos latihan?"

  (Your name) menghentikan langkahnya tepat disamping Aomine. Masih dalam keadaan berdiri, dia menjawab pertanyaan si navy blue.

  "Ahomine! Tentu saja karena aku tidak suka dengan sikapmu yang seenaknya! Aku juga kasihan dengan Satsuki, bodoh"

  "Tidak ada alasan lain?"

  "Memangnya kau sendiri kenapa selalu membolos?", (Your name) bertanya balik.

  Pada akhirnya Aomine berganti posisi juga. Kini dia duduk bersandar pada pagar besi di dekatnya. Pandangan matanya menatap (Your name) yang tengah kesal terus-menerus.

  "Karena aku sudah hebat", jawabnya malas lalu mengalihkan pandangan ke sisi lain.

  "Tidak ada alasan lain?"

  "Ada", jawab Aomine. "Duduklah", tambah pemuda itu sambil menepuk tempat disampingnya.

  (Your name) pun dengan mudahnya mematuhi. Jujur saja, dia penasaran. Apa alasan lain yang membuat pemuda disampingnya ini selalu membolos?

  "Jadi, apa alasanmu, Ahomine?", tanya (Your name) dengan penekanan pada kata 'aho'.

  Aomine mendecakan lidah. Gadis satu ini benar-benar pro kalau disuruh membuatnya kesal. Tapi hal itulah yang disukai Aomine dari (Your name). Dia selalu menunjukan dirinya yang sebenarnya. Tak ada tingkah yang dibuat-buat.

  "Kau yakin ingin mengetahuinya?", Aomine menatap (Your name) dengan pandangan bertanya.

  "Argh, cepatlah, Ahomine. Jangan membuatku pena-"

  "Supaya kau datang menemuiku", potong Aomine sambil menengadahkan kepala menatap langit biru.

  "Hah?", gadis beriris (Eyes colour) itu hanya bisa menatap Aomine dengan tampang idiot.

  "Supaya kau datang kemari dan memarahiku, baka", ucap Aomine menjelaskan. Ditatapnya wajah (Your name) yang masih tampak kebingungan.

  Kemudian sebuah tawa yang ditahan terdengar. (Your name) tengah berusaha menahan tawanya.

  "Pfft. Kau itu aneh, ya? Pantas saja kau sering dipanggil 'Ahomine'. Hahaha", celoteh (Your name) sambil memegangi perutnya yang mulai sakit karena menahan tawa. "Memangnya ada orang yang mau dimarahi?"

  "Hey, aku cuma mau dimarahi kalau yang memarahi itu kau, bodoh"

  "Eh?", seketika (Your name) berhenti tertawa.

  "Karena suara dan ekspresimu sewaktu marah itu lucu. Bisa dibilang, sewaktu marah kau semakin cantik", tutur Aomine dengan santainya. Tidak menyadari bahwa hal yang ia ucapkan membuat gadis disampingnya speechless.

  'Semakin cantik? T-Tunggu dulu. Berarti kalau tidak marah pun aku sudah cantik begitu?', tanya (Your name) dalam hati. Wajahnya perlahan memerah.

  "Hey, (Last name). Apa boleh aku bertanya sesuatu?", tanya Aomine membuyarkan lamunan (Your name).

  "Nani? O-oh ya. Tentu saja"

  Entah mengapa kini jantung (Your name) berdetak lebih cepat. Dia mulai merasa gugup berada disamping Aomine.

  "Apakah ketika didekatku kau merasa gugup?", tanya Aomine seolah-olah mengetahui pikiran gadis disampingnya.

  "A-apa? Jangan bercanda. Tentu saja tidak. Kau 'kan temanku. Hahaha", jawab (Your name) diselingi tawa canggung.

  Gadis manis itu tengah berusaha menyembunyikan perasaannya. Aomine memanglah menyebalkan dan suka seenaknya sendiri. Tetapi (Your name) tak bisa menyangkal kalau dirinya sudah terjerat perasaan suka kepada pemuda berambut sebiru malam tersebut.

  Helaan nafas terdengar. "Itu tidak adil. Aku merasa gugup ketika ada didekatmu, baka. Dengarlah", tiba-tiba Aomine menarik (Your name) hingga gadis itu kini berada didekapannya. "Jantungku berdetak lebih cepat bila didekatmu", ucap Aomine sambil menempelkan telinga (Your name) ke dadanya yang bidang.

  Kini (Your name) tak bisa memungkiri kalau ia juga merasakan hal yang sama. Jantungnya berdetak sama cepatnya dengan milik Aomine. Atau mungkin lebih cepat. Bahkan wajahnya sekarang mulai memerah karena malu.

  "K-kau benar. M-memangnya kenapa bisa seperti itu?", tanya (Your name) sambil berusaha pergi dari dekapan Aomine. Akan tetapi pemuda itu masih menahannya.

  "Kupikir aku menyukaimu. Yah, mungkin aneh. Kita memang selalu bertengkar bila bertemu. Tapi, apakah kau mau menjadi kekasihku?", Aomine balas bertanya sambil menatap lekat gadis yang ada dalam pelukannya.

  (Your name) tak bisa berkata apa-apa. Seorang Aomine Daiki menyatakan perasaannya dengan cara seperti ini? Baiklah, mungkin (Your name) sedang bermimpi. Tapi sayangnya tidak. Karena (Your name) bisa merasakan degup jantung Aomine yang begitu nyata.

  "Aku mau", jawab (Your name) lirih sambil menyembunyikan wajahnya di dada Aomine. Jangan sampai si navy blue melihat wajahnya yang sudah sangat merah.

  Aomine hanya mendengus geli. Atau lebih tepatnya berusaha menahan tawa karena ke-OOC-an (Your name).

  "Kalau begitu apa kau mau tetap disini?", tawar Aomine. Dalam hati ia berharap (Your name) mau, supaya dirinya tak perlu pergi ke gym untuk berlatih.

  "Tidak! Sekarang ayo ke gym! Masih ada latihan, aho!", seru (Your name) yang tiba-tiba lepas dari pelukan Aomine dan bangkit berdiri. Gadis itu telah kembali ke sifatnya yang asli.

  Rupanya harapan Aomine belum bisa dikabulkan. Mau tak mau dia pun hanya bisa pasrah ditarik oleh (Your name) kembali ke gym.

  Tepat didepan pintu gym, seketika (Your name) berhenti.

  "Kupikir ucapan Imayoshi-senpai kurang tepat"

  "Apa yang kau bicarakan, baka?", tanya Aomine tak mengerti.

  "Oh, begini. Tadi Imayoshi-senpai bilang kalau aku adalah pawang seekor phanter. Tapi setelah kupikir-pikir, sepertinya sekarang aku adalah pemilik phanter itu sendiri", jelas (Your name) sambil tersenyum kemudian kembali menyeret kekasihnya masuk ke gym.

  Walau Aomine masih belum paham, dia tetap saja hanya menurut. Pada akhirnya, seorang Aomine Daiki mau juga berlatih. Namun dengan satu syarat. (Your name) harus selalu ada di gym ketika ia mencarinya sewaktu berlatih.

.

A/N:
Konnichiwa, radertachi! Saya buat Aomine di genre romance. Ini hanya perasaan saya atau mungkin Aomine nya memang sedikit OOCNee, don't forget to vote or comment, ok?
Saa, jaa matta, readertachi~!


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro