Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Never be Told (Sakurai x Reader)

Genre: Family, angst (?) (aniki!Sakurai x imouto!Reader)
Rate: T

Ini request dari fallyndanella04
Semoga suka dan sesuai yang diharapkan! Saya bingung bikin incest btw X'D
Saa, jaa matta, readertachi!

  "Tadaima."

  (Your name) yang tengah mengerjakan tugasnya di ruang tamu langsung menghentikan kegiatannya ketika mendengar suara sang kakak dari arah pintu. Gadis itu langsung menyambut sang kakak yang baru saja pulang dari rumah temannya.

  "Okaerinasai, nii-chan!" seru (Your name) riang lalu membawakan tas sang kakak yang ditaruhnya di lantai. "Sst! Aku tahu nii-chan lelah. Jadi, duduklah di ruang tamu dan akan kubuatkan es teh. Siang-siang seperti ini segelas es teh tidak salah, 'kan?" lalu gadis itupun kembali ke ruang tamu hanya untuk menaruh tas sang kakak dan ke dapur.

  Sakurai menghela nafas. Adiknya sangat keras kepala. Tapi mau bagaimana lagi? Toh (Your name) sendiri yang berniat. Maka, Sakurai pun mendudukkan diri di kursi ruang tamunya. Dan tak lama kemudian (Your name) datang dengan segelas es teh di tangan.

  "Douzo," ujar (Your name) sambil menaruh es teh yang ia bawa ke meja.

  "Sumimasen! Aku ini kakakmu tapi justru aku yang membuatmu repot!" Sakurai meminta maaf.

  Menganggapi hal itu, (Your name) hanya tertawa kecil lalu mengemasi buku-bukunya yang juga ada di meja ruang tamu. "Tenang saja, nii-chan... Kalau begitu aku melanjutkan tugasku di kamar, ya? Ayah belum pulang dan ibu baru berbelanja. Jadi, jika nii-chan butuh sesuatu panggil saja aku. Paham?" jelasnya sambil mengumbar senyum.

  "H-hai," balas Sakurai gugup. Dengan itu (Your name) pun pergi menuju kamarnya.

  Sakurai menatap sosok yang lebih pendek darinya itu lama. Dalam hati mengaguminya. Bagaimana bibirnya selalu mengulas senyum, bagaimana perhatiannya selalu dicurahkan kepada siapapun, dan hal-hal lain yang tak henti-hentinya membuat Sakurai kagum. Setiap pergerakan kecil yang (Your name) lakukan selalu sukses membuat sensasi tersendiri baginya.

  'Berhenti berpikiran yang tidak-tidak, Ryo! Dia adikmu dan kau hanya boleh mengaguminya sebagai adik!' Sakurai menggelengkan kepalanya dengan cepat, menghilangkan pikiran-pikiran tidak wajar yang ada di benaknya.

  Dia tahu pikiran-pikiran itu timbul karena perasaannya. Karena perasaannya yang lebih dari seorang kakak biasa rasakan terhadap adik perempuannya. Dia tahu itu salah tentu saja. Tapi, ia tak bisa begitu saja menghilangkan perasaan tersebut. Perasaan yang hampir satu tahun ini ia simpan rapat-rapat dalam hatinya.

.

  "Nii-chan, ayo ke gym!"

  Siang itu (Your name) dengan santainya berteriak dari ambang pintu kelas, memanggil Sakurai yang masih berada di dalam. Beruntung kala itu kelas Sakurai sudah sepi. Sehingga ia tak perlu merasa khawatir akan mengganggu teman sekelas kakaknya.

  "Sumimasen! Sebentar lagi aku menyusul!" balas Sakurai sambil mengemasi barang-barangnya.

  Tak lama kemudian pemuda itupun menghampiri sang adik yang tengah bersandar pada dinding. "Sumimasen! Kau menunggu lama, (First name)-chan? Sumimasen membuatmu menunggu lama!" seperti biasa Sakurai membungkukkan badannya berkali-kali.

  Melihat hal itu hanya membuat (Your name) tertawa. "Sudahlah, nii-chan! Ayo!" lalu ia menarik tangan sang kakak. Yang ditarik hanya bisa membiarkan dirinya dibawa ke gymnasium begitu saja. Tapi iris cokelat itu tak lepas dari tangannya yang tengah digenggam oleh (Your name). Bagaimana tangan yang lebih kecil dan halus itu  menggenggam tangannya. Tanpa sadar Sakurai mulai merasakan wajahnya menghangat.

  'Tidak! Tidak! Hapus pikiran aneh itu, Ryou!'

.

  "Konnichiwa!" seru (Your name) sambil membuka pintu gym. Sakurai berdiri gugup di belakangnya. Mereka memang kakak-adik, tapi entah mengapa sikap (Your name) lebih easy going daripada sang kakak.

  "Konnichiwa!" balas anggota ekstrakurikuler basket—yang mana merupakan penghuni gymnasium satu-satunya kala itu.

  (Your name) tersenyum. Masih dengan tangan yang menggandeng Sakurai,gadis itu berjalan mendatangi Momoi—kakak kelas sekaligus manager tim basket sekolahnya.

  "Konnichiwa, Momo—"

  "(Last name)-chan! Awas!"

  Belum sempat (Your name) menyelesaikan ucapannya, Momoi sudah menyela terlebih dahulu dengan panik. Sebab sebuah bola basket melesat ke arah (Your name) dengan cepat—courtesy dari seorang pemuda navy blue berkulit tan di lapangan. (Your name) yang mengetahuinya hanya bisa menutup mata rapat-rapat bersiap menerima hantaman bola oranye tersebut.

  Namun tiba-tiba Sakurai yang melihat hal itu segera membawa (Your name) kedalam sebuah dekapan erat. Akibatnya bola yang seharusnya mengenai (Your name) kini sukses mencium kepala bersurai light brown milik pemuda itu.

  "Nii-chan!" seru (Your name) panik walaupun masih belum bisa menetralkan detak jantungnya yang menjadi lebih cepat akibat kejadian barusan. "K-kau tidak apa?!" tanyanya yang masih dalam pelukan.

  "A-aku baik—"

  Bruk.

  Kalimatnya belum sepenuhnya terucap, akan tetapi Sakurai sudah lebih dulu jatuh ke lantai gym yang dingin.

  "Nii-chan!/Sakurai!"

.

  "Huh! Ao-senpai benar-benar ngawur! Seharusnya dia sadar kalau kekuatannya tidak normal dan hati-hati dengan shoot-nya! Atau paling tidak lihatlah sekelilingnya!"

  Sejak keluar dari gym (Your name) tak henti-hentinya mengoceh soal senpai-nya yang lebih tua dua tahun itu. Disisi lain Sakurai hanya tersenyum menganggapi ocehan (Your name).

  "Aku tidak apa-apa, (First name)-chan... Sumimasen! Aku tidak bermaksud menyela!"

  (Your name) mendengus kesal. "Tidak bisa begitu! Nii-chan bahkan sampai pingsan!" serunya tidak terima. "Ah! Bagaimana kalau malam ini kita keluar? Anggap saja permintaan maaf sekaligus ucapan terimakasih dariku," tawarnya kemudian. "Um... Nii-chan besok tidak ada ulangan, 'kan?"

  "Tidak ada!" balas Sakurai cepat. "S-sumimasen! Aku terlalu bersemangat!"

  Kali ini (Your name) tertawa seperti biasanya. "Kalau begitu ayo kita segera ke rumah dan bersiap-siap!" seru (Your name) sambil menarik sang kakak, membuatnya berlari—mempercepat langkahnya menuju rumah.

.

  "Satu potong blueberry cheesecake, satu potong red velvet, secangkir hot chocolate dan segelas strawberry milkshake," ujar Sakurai kepada seorang waitress.

  Malam itu, atas usul (Your name) mereka memutuskan untuk mengunjungi cafe yang berada tak jauh dari rumah. Karena Sakurai tak mau pulang terlalu malam, bahkan ketika sang adik ada bersamanya. Maka ia menyetujui usulan sang adik untuk ke cafe tersebut, yang mana memakan waktu tak sampai setengah jam untuk tiba di sana dengan berjalan kaki.

  "Wah! Nii-chan masih ingat favoritku?" tanya (Your name) ketika waitress tadi telah pergi untuk menyiapkan pesanan mereka.

  "Tentu saja, (First name)-chan," balas Sakurai sambil tersenyum.

  Oh, ayolah... Bagaimana dia bisa lupa? Kriteria laki-laki idaman sang adik yang diucapkannya sewaktu SD saja ia ingat

  Tak lama kemudian pesanan merekapun tiba. Mata (Your name) tampak berbinar senang seperti anak kecil ketika melihat cheesecake-nya tiba. Sakurai hanya bisa mengulum senyum melihat pemandangan itu. Dan lagi, ia merasakan hatinya menghangat.

  "Oishii~" ujar (Your name) dengan mulut yang masih berisi cheesecake.

  Masih dengan senyuman, Sakurai memandang adiknya lama—mengagumi kelucuan sang adik. Bagaimana pipi itu menjadi bulat penuh karena cheesecake di dalam mulut. Dan bagaimana bibir mungil ranum itu bergerak seiring kunyahan yang diberikan ke cheesecake-nya.

  Bibir itu...

  Bagaimana jika ia—astaga! Apa yang kaupikirkan, Sakurai?!

  "Nii-chan, aaa~" (Your name) tiba-tiba mendekatkan sesendok cheesecake ke arah mulut sang kakak.

  Sakurai bergeming di tempat.

  "Kau lihat itu? Manis, bukan?"

  "Astaga! Lihat saja gadisnya! Polos sekali..."

  "Uh... Lucunya..."

  Dan Sakurai bersumpah wajahnya tak bisa lebih merah lagi dari yang sekarang akibat bisikan-bisikan pengunjung cafe yang lain. Tapi karena ia tak tega menolak tawaran (Your name), akhirnya ia membuka mulut juga. Setelah potongan kue itu masuk ke dalam mulut, ia mulai mengunyahnya perlahan.

  "Oishii deshou?" tanya (Your name) riang.

  Sakurai hanya mengangguk. Kemudian hening pun mengambil alih. Keduanya sibuk menikmati pesanan masing-masing. Tak lama setelahnya kedua pesanan mereka pun telah habis.

  "Terimakasih atas makanannya~" ujar (Your name) tampak puas. "Ada apa, nii-chan?" tanya gadis itu ketika menyadari tatapan sang kakak yang terus tertuju kepadanya.

  Lama Sakurai menatap sang adik tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Saat ini ia tengah dilema. Waktu seperti ini tampaknya tepat untuk mengungkapkan perasaannya. Tapi ia juga tahu kalau perasaannya salah. Tapi ia sudah terlalu lama menyimpannya. Tapi—

  Aargh! Ia harus bagaimana?!

  "Nii-chan?"

  (Your name) mulai khawatir. Apakah kakaknya sakit? Raut mukanya tak bisakah ditebak. Tapi pemuda itu tampak tengah berpikir keras. Apa yang tengah dipikirkannya? Apa mungkin sebenarnya besok ia ada ulangan?

  "A-aku..."

  (Your name) menunggu sang kakak menyelesaikan ucapannya.

  "A-aku hanya ingin bilang ada sisa cheesecake di pipimu," ujar Sakurai akhirnya sembari menghilangkan sisa makanan di sudut bibir sang adik. Dan sekarang Sakurai bisa melihat wajah memerah milik adiknya.

  "S-sumimasen!"

  "Saa, ayo pulang?" tawar Sakurai dan (Your name) pun mengiyakan.

  "Ayo, nii-chan! Terimakasih atas hari ini, ya!" lalu sebuah kecupan di pipi (Your name) berikan untuk kakaknya. Setelah itu ia keluar dari cafe lebih dulu karena malu

  Sakurai shock.

  Pipinya merah. Wajahnya menghangat—lagi.

  Namun sayangnya bukan perasaan senang yang sepenuhnya ia dapatkan. Justru perasaan sedih lah yang dominan. Karena Sakurai tahu, semua sentuhan fisik yang adiknya lakukan, semua panggilan penuh kasih sayang, dan semua afeksi yang ia berikan untuknya, semua itu hanya berdasarkan kasih sayang sebatas kakak-beradik semata.

  Mulai saat itu Sakurai sadar. Bahwa sampai kapanpun perasaan terlarangnya untuk sang adik tak akan pernah bisa terungkapkan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro