I'm Sorry (Sequel of "I'm Here")
Genre: Drama, Romance (?)
Rate: T
Ohayou~ Mari awali Minggu pagi kita dengan Aka~
Btw ini request dari @Yoshikuni_Asuka
Maapkeun baru publish sekarang *sungkem*
Di dalam ruangan luas dengan interior yang didominasi warna putih elegan, (Your name) duduk memeluk lutut dengan selimut yang membalut leher hingga ujung kakinya. Pandangannya tampak sendu. Jujur saja, ia tak merasa nyaman tinggal di tempatnya berada saat ini.
Ia merasa kurang nyaman tinggal di kediaman Akashi.
Karena memang semenjak peristiwa penculikan tempo hari yang lalu, (Your name) dibawa ke rumah megah milik pemuda berambut merah itu untuk tinggal. Dan setelahnya Akashi tanpa ragu-ragu mengupas seluruh identitasnya kepada (Your name). Tentang dia yang merupakan bos mafia, dirinya yang ambil alih dalam perdagangan senjata, begitu pula dirinya yang ikut andil dalam segala hal yang berbau ilegal. Akashi tanpa ragu memberitahu (Your name) tentang semua itu.
Setelahnya Akashi tahu bahwa (Your name) mulai menghindarinya. Tanpa diberitahu secara langsung pun pemuda itu sadar bahwa gadis yang ia cintai mulai menjauhinya. Pun tanpa diutarakan, Akashi tahu bahwa takut merupakan alasan utamanya.
Jika dipikir-pikir, siapa yang tidak merasa ngeri dengan seorang leader mafia sepertinya? Pemuda yang tak segan melumuri tangannya dengan darah demi kesuksesan bisnis gelapnya. Pemuda yang tidak perlu berpikir dua kali untuk mencabut nyawa orang yang punya nyali untuk mengusiknya.
Oleh karena itu, sejak beberapa hari yang lalu seluruh urusan (Your name) Akashi serahkan kepada kepala maid di tempat ia tinggal, Momoi Satsuki. Semua kebutuhan (Your name), baik primer maupun sekunder, Momoi lah yang mengurus. Akashi tak lagi menginjakkan kaki ke ruangan milik (Your name).
Awalnya ia masih mengubungi gadis itu lewat ponsel-yangmana hanya dijawab dengan gumaman dan kalimat sigkat. Namun akhirnya ponsel (Your name) tak pernah sekalipun mendapat panggilan dari sang leader Crimson Lion.
Mereka tinggal dalam satu atap namun tak lagi pernah sekalipun bertegur sapa bahkan bertatap muka.
.
Crash.
Sebuah gelas berisikan wine sukses menghantam dinding kamar, membuat noda kemerahan membekas disana dan pecahan gelas berserakan di lantai. Sang pelaku pelemparan masih berdiri di tengah ruangan. Kini dengan nafas tak beraturan akibat amarah yang dipendam.
"Sei-chan, kalau kau lelah beristirahatlah. Sudah dua hari ini kau tidak tidur," Mibuchi menatap atasannya khawatir. Tidak biasanya seorang Akashi Seijuurou gagal mengendalikan amarah. Bahkan sampai melampiaskannya dengan benda.
"Shit. Aku benci situasi ini, Reo," Akashi membuka ceritanya. "Aku memang tak menemui (Your name) lagi karena tidak ingin mengusiknya. Tapi bohong jika aku tidak merindukannya."
Raut frustasi terpampang jelas di wajah sang leader. Menghempaskan diri ke sofa, satu tangannya ia gunakan untuk menutupi wajah. Wine yang berada di meja pun sama sekali tak disentuhnya.
Mibuchi tersenyum maklum. Leader-nya belum pernah merasakan jatuh cinta sebelum ini. Melihatnya dekat dengan wanita pun Mibuhi tak pernah tahu. Dan sekarang, sosok yang biasanya mampu mengorganisir segala sesuatu dengan teratur tampak begitu kehilangan arah.
"Saranku, hubungi dia, Sei-chan. Karena aku tidak tahu apakah (Last name)-chan sudah mau kau temui sekarang atau belum," ujar pemuda cantik itu sambil membaca dokumen yang berada di meja kerja Akashi.
"Kau yakin dia mau mengangkatnya?"
"Mencoba menghubungi tidak akan membunuhmu, 'kan, Sei-chan?"
Akashi menetralkan pernafasan sekaligus mengembalikan kontrol emosinya yang sempat hilang. Cukup di depan Mibuchi saja dia ada di luar karakternya.
"Baiklah. Tapi jika (First name) tidak mengangkat panggilanku selama tiga kali berturut-turut, kau yang akan kubunuh, Reo."
Setelahnya hanya tawa canggung dari Mibuchi yang terdengar memenuhi kamar.
.
Drrrt... Drrt... Drrt...
Ponsel (Your name) bergetar di kasur. Sang pemilik yang tengah bersandar di kepala ranjang sontak menengokkan kepalanya ke kanan, tempat dimana ponselnya tergeletak.
'Akashi Seijuurou'
Nama yang tertera di layar sontak membuat bola mata gadis itu membulat sempurna. Tanpa berpikir dua kali ia langsung menyambar ponselnya dan menerima panggilan itu. Tak dapat dipungkiri kalau sebenarnya ia merindukan Akashi.
"Moshi moshi," salam pembuka terdengar pelan, menyembunyikan perasaan gembira di dada.
Akashi sempat terkejut saat mendapati panggilannya diterima begitu saja. Padahal berminggu-minggu yang lalu ia harus menunggu beberapa saat agar panggilannya diangkat.
"Sei?"
Suara bernada lembut dari (Your name) kembali Akashi dengar. Suara yang ia rindukan kembali memasuki indra pendengarnya. Suara yang entah kapan terakhir kali ia dengar kembali menyebutkan namanya. Sejujurnya dapat mendengar suara itupun sudah cukup bagi Akashi.
"(First name), aku tahu kau takut padaku dan aku memahaminya," Akashi membuka mulut pada akhirnya.
Di lain sisi (Your name) menunggu kelanjutan kalimat Akashi sembari menikmati suara yang sudah lama tak ia dengar.
"Tapi, aku hanya ingin mengatakan padamu bahwa aku... Aku mencintaimu, (First name)."
Kembali bola mata (Your name) membulat sempurna. Akashi mencintainya? Pemuda yang mendekati kata sempurna itu mencintai seseorang sepertinya? Dalam hati (Your name) ingin bertanya, hanya saja ia urungkan niatnya saat menyadari nada bicara Akashi yang terdengar belum selesai mengatakan semua yang ingin dia utarakan.
"Jangan terlalu memikirkannya. Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku. Jadi, kalau kau masih takut padaku aku tak akan pernah menemui-bahkan menghubungimu lagi. Kalau kau mau kau bisa tinggal di sini atau kalau kau merasa kurang nyaman, aku sudah mencarikan rumah di daerah tempat tinggalmu dulu. Aku juga-"
Cukup.
Kali ini (Your name) tak membiarkan Akashi menyelesaikan ucapannya.
"Sei... Kemari..."
(Your name) meminta bersamaan dengan airmata yang mengalir membasahi pipinya. Kalimat-kalimat Akashi tadi entah mengapa menyakiti hatinya. Memang ia sempat merasa takut dengan pemuda itu. Namun lama-kelamaan ia akhirnya sadar bahwa dirinya juga merindukan bahkan mencintai sosok sang leader Crimson Lion. Dan membayangkan jika Akashi tak akan lagi menemui ataupun menghubunginya saja sudah cukup untuk membuat air mata (Your name) menetes.
Hening.
Panggilan masih saling terhubung namun tak ada sepatah katapun yang keluar dari keduanya. (Your name) menatap ponselnya sendu ketika tiba-tiba sambungan diputus oleh Akashi. Gadis itu segera memeluk lututnya erat, menyembunyikan wajah yang semakin basah akibat linangan air mata.
Brak.
Pintu ruangan dimana (Your name) berada terbuka lebar, menampakkan sosok Akashi dengan pandangan yang langsung tertuju ke arah gadis di kasur. Bersamaan dengan itu (Your name) mendongakkan kepala akibat rasa kaget karena bantingan pintu. Dan ketika pandangannya bertemu dengan manik dwiwarna Akashi, ia sontak bangkit dari kasur dan berlari menerjang pemuda itu kedalam sebuah pelukan erat.
"Hiks... Sei... Kau datang... Hiks... Maafkan aku... Aku benar-benar minta maaf..." (Your name) menangis tersedu-sedu di dalam dekapan Akashi. "Maaf karena telah takut padamu... Padahal... hiks... Padahal kau melakukan semua itu demi diriku..." (Your name) masih enggan mendongakkan kepalanya menatap pemuda bersurai sewarna mawar di hadapannya.
Dengan kepala yang bersandar di atas kepala (Your name), Akashi hanya membelai lembut surai (Hair colour) gadis itu dengan tangan kanan sementara tangan kirinya merangkul pundak, mencoba menenangkan.
"Jadi, apa itu berarti kau juga mencintaiku dan mau menjadi kekasihku, (First name)?" setelah selama beberapa saat hanya saling memeluk, kini Akashi membuka suara sambil mendongakkan kepala (Your name) dan menghapus jejak air mata di wajah manis gadis itu.
Senyuman lembut terkembang di wajah (Your name) bersamaan dengan rona merah tipis yang menghiasi pipi.
"Tentu saja. Kau sudah terlalu mengerti untuk mengetahui jawabannya, Sei."
Dan untuk pertama kalinya (Your name) melihat senyuman Akashi, membuat rona merah di pipinya kini semakin kentara. Lalu tanpa disadari keduanya sudah saling mendekatkan wajah hingga bibir keduanya bertemu, berbagi ciuman lembut penuh rasa bahagia.
.
*table flip*
Apa-apaan ini?! Ending apaan itu?! Aaaa... kiss sceneeee
(///\\\\)
Maapkeun kalau seandainya si Aka jadi OOC ;-;
Saa, jaa mata, readertachi!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro