Help Me, Nii-chan (Himuro x Reader)
Genre: Family (Reader as Tatsuya's adopted sister(?))
Rate: T
Seorang gadis kecil berambut (Hair colour) tampak sedang digandeng oleh sepasang suami istri dengan begitu lembut menuju sebuah rumah. Di dalam rumah yang cukup luas itu, tampaklah seorang anak laki-laki yang tengah duduk di ruang tamu sambil membaca buku pelajaran.
"Tatsuya, lihat siapa yang datang bersama kaa-san dan tou-san", ujar si wanita dengan penuh senyuman.
Merasa dipanggil, Tatsuya pun mengalihkan pandangannya dari buku ke arah sumber suara tadi. Seketika kedua bola matanya membulat penuh rasa senang melihat gadis manis bermanik (Eyes colour) yang tengah bersama kedua orangtuanya.
"Kaa-san! Apakah dia adik Tatsuya?", tanya Tatsuya penuh harap.
Sang ibu tersenyum, mengiyakan pertanyaan anaknya. Dengan lembut sepasang suami istri itu menggandeng gadis kecil tersebut mendekati Tatsuya.
"Siapa namamu? Aku Himuro Tatsuya. Salam kenal", tutur Tatsuya sembari tersenyum lembut.
Si gadis kecil tampak takut, iapun beringsut ke belakang, bersembunyi di balik kaki milik ibu Tatsuya.
"Tak usah takut, Tatsuya itu baik. Dia akan menjadi kakak yang baik untukmu", ujar sang ibu lembut.
"Itu benar. Sekarang perkenalkan saja dirimu. Jangan takut", tambah kepala keluarga Himuro.
"H-hai'. A-aku... (First name). Salam.. k-kenal, Tatsuya nii-chan", tutur gadis itu masih dari balik kaki ibu Tatsuya.
Ketiga orang yang berada disana seketika tertawa mendengar ucapan (First name). (First name) kecil yang bingung pun hanya bisa menatap penghuni rumah selain dirinya dengan heran.
"Sayang... Baiklah. Kau adalah (First name). Tapi lain kali jika kau berkenalan, bilanglah bahwa kau adalah Himuro (First name), ok?", ralat sang ibu dengan lembut sembari membelai surai gadis itu pelan.
"Mulai sekarang kau adalah bagian dari keluarga Himuro. Dan Tatsuya akan menjadi kakakmu", jelas sang ayah. "Tatsuya, jangan nakal dengan (First name)" tambah sang kepala keluarga Himuro.
Tatsuya kembali tersenyum lembut ke arah adik barunya itu. Menatapnya selama beberapa saat, megamati dari ujung rambut hingga kaki.
"Tou-san tidak perlu khawatir. Aku akan menjaga (First name). Aku akan menyayanginya dan melindunginya selalu", ucap anak laki-laki itu pada akhirnya dengan senyuman lembut yang khas.
.
Diasuh oleh dua orangtua yang penyayang, tanpa terasa kini (First name) telah memasuki bangku SMP. Bersama keluarga angkatnya, ia dan sang kakak bersekolah di Amerika Serikat. Disana, (First name) mengenal Taiga, salah satu teman sang kakak yang dapat dengan mudah menjadi akrab dengannya.
"Tadi seru sekali! Besok ajari aku basket lagi ya, Taiga-nii! Nii-chan juga ajari aku ya?"
(First name) baru saja selesai bermain basket bersama dua pemuda itu. Dan seperti biasanya, ia pasti akan meminta dua anak laki-laki itu untuk bermain lagi keesokan harinya. Tatsuya dan Taiga sama sekali tak menolak. Jujur saja keduanya juga senang untuk mengajari (First name).
"Tentu saja! Saa, aku pulang dulu. Jaa, Tatsuya! (First name)!", pamit Taiga sebelum kemudian berlalu pulang.
"Jaa, Taiga-nii!"
"Hati-hati di jalan", balas Tatsuya sambil tersenyum. "Nah, ayo kita juga pulang. Tou-san dan Kaa-san pasti sudah menunggu", ajak Tatsuya ke adiknya.
"Hai'! Kaerimashou, nii-chan!", balas (First name) kemudian menggandeng tangan kakaknya lalu berjalan pulang.
.
Entah sudah berapa lama (First name) di Amerika bersama keluarga angkatnya. Dan sekarang Tatsuya telah memasuki SMA, itu berarti kini saatnya bagi mereka untuk pulang ke Jepang. Ketika Tatsuya memasuki SMA, (First name) masih duduk di bangku SMP tahun ajaran terakhir.
"(First name), apa maksudnya semua ini?"
Siang itu sang ibu menemukan lembar ulangan (First name). Nilai akademis (First name) bisa dibilang kurang memuaskan. Setiap ada ujian, (First name) tak pernah bisa membuatnya masuk sepuluh besar. Dan hal itu membuat kedua orangtuanya mulai jengkel.
"Bagaimana bisa kau tidak masuk sepuluh besar? Lalu apa gunanya kami mencarikan guru private untukmu?", tanya sang ibu menahan geram. " Kau terlalu banyak bermain basket"
(First name) hanya bisa menunduk dalam. Ia tak berani menatap ibu angkatnya. Sebenarnya ia ingin bilang, bahwa sekalipun nilai akademisnya tidak begitu baik, ia selalu mendapat nilai bagus dalam olahraga, khususnya basket. Namun ia tidak berani untuk menyela ucapan sang ibu.
"Kalau begitu sekalian saja kau tidak usah memiliki guru private. Kau hanya membuang-buang uang"
Dengan itu sang ibu langsung pergi meninggalkan (First name) yang hanya bisa diam seribu bahasa. Sejak itulah terlihat jelas ketidak adilan antara perlakuan kedua orangtuanya ke sang kakak dan dirinya sendiri. Mulai hari itu, setiap Tatsuya tidak ada di rumah, gadis bersurai (Hair colour) itu selalu disuruh-suruh. Kedua orang tuanya bilang bahwa hal itu adalah ganti uang pembayaran guru private yang selama ini disia-siakan (First name). (First name) yang juga merasa bertanggung jawab pun tak bisa membantah. Dengan sabar ia menerima semua perlakuan kedua orang tua angkatnya.
Perlakuan tidak adil terus saja (First name) dapat. Bahkan setiap (First name) melakukan kesalahan, kedua orang tuanya, entah sang ibu maupun ayah akan melukainya. Mulai dari mendorong hingga gadis itu jatuh, atau bahkan memukulnya keras. Puncaknya terjadi pada suatu sore, ketika Tatsuya masih sibuk berlatih basket di sekolahnya dan (First name) telah pulang lebih dulu.
"Apa yang sudah kau lakukan, (First name)?! Apa yang kau lakukan sehingga piring-piring ini pecah?!", seru sang ibu penuh amarah melihat pecahan piring-piring di lantai dapur.
"M-maaf, kaa-chan... T-tanganku sakit, sehingga aku tidak kuat membawa banyak piring sekaligus...", lirih (First name) tanpa berani melihat wajah sang ibu.
Tangan (First name) memang sakit, ia tidak berbohong. Tangannya memar akibat pukulan dari sang ayah tempo hari lalu. Dan hal itu membuat (First name) harus mengenakan lengan panjang setiap harinya untuk menutupi lebam tersebut.
"Bukannya kau bisa membawa satu persatu? Lihat apa yang sudah kau lakukan karena kebodohanmu!", seru sang ibu kesal.
"M-maaf, kaa-chan... (First name) minta maaf...", lirih gadis itu sambil mulai terisak.
"Sudahlah! Kaa-chan tidak butuh permintaan maafmu! Lebih baik kau bereskan semua ini sebelum Tatsuya pulang!"
Tanpa peduli sedikitpun, sang ibu langsung pergi dari dapur setelah sebelumnya mendorong (First name) kasar. (First name) sontak terhuyung ke samping, dan hal itu membuat pinggulnya mengenai sudut meja cukup keras. (First name) langsung jatuh berlutut sambil memegangi pinggul kirinya menahan sakit.
"Tatsuya nii-chan... Tolong aku...", monolog (First name) pelan seraya perlahan bangkit berdiri, bersiap membersihkan pecahan-pecahan piring di lantai sesuai yang ibunya perintahkan.
.
"Tidak!"
Seketika (First name) terbangun dari tidurnya dengan keringat dingin yang membanjiri tubuh. Baru saja ia berhasil bangun dari sebuah mimpi buruk. Di mimpinya ia melihat semua anggota keluarganya pergi, bahkan Tatsuya. Berusaha melupakan mimpi itu, (First name) pun kembali membaringkan tubuhnya, mencoba untuk tidur lagi.
"Ugh... Aku tidak bisa kembali tidur..."
(First name) tidak bisa sendirian di malam hari. Karena itu, iapun memutuskan untuk mendatangi kamar kakaknya. Berjalan sepelan mungkin, akhirnya ia sampai di depan pintu kamar Tatsuya.
"Sumimasen..."
Karena sudah beberapa kali mengetuk pintu namun tak ada jawaban, (First name) pun menganggap Tatsuya masih tidur. Tetapi karena ketakutannya, iapun lebih memilih untuk membangunkan Tatsuya. Bukan bermaksud lancang, tapi (First name) benar-benar tidak bisa sendirian di malam hari.
"Nii-chan...", (First name) mengguncang pelan tubuh kakak angkatnya.
Tatsuya melenguh pelan sebelum akhirnya terbangun dari tidurnya. Ia menatap (First name) yang sedang duduk di lantai setengah sadar.
"Ada apa?", tanya Tatsuya sambil mendudukan diri.
"A-aku tidak bisa tidur... Tadi aku terbangun karena mimpi buruk..", lirih (First name) mengalihkan pandangan ke arah lain, menyembunyikan rasa malunya.
Tatsuya tersenyum. Ia menepuk pelan kepala adik angkatnya itu lalu menarik tangannya, menyuruhnya untuk tidur di kasurnya secara tak langsung.
"Ittai!", pekik (First name) saat sang kakak menarik tangannya.
Sontak Tatsuya melepaskan genggamannya. Ia menatap sang adik bingung seolah menanyakan apa yang terjadi.
"T-tidak apa-apa", dusta (First name) sembari mengelus pergelangan tangannya yang sakit.
Tatsuya tak percaya. Maka dari itu, iapun segera bangkit dari ranjang, lalu tanpa ragu menggulung lengan baju adiknya hingga sesiku. Dan sekarang tampaklah luka lebam yang bisa dibilang hampir memenuhi seluruh tangan adiknya.
"A-apa ini? Kau tidak apa-apa?", tanya Tatsuya penuh kekhawatiran. "Siapa yang telah melakukan semua ini?"
"A-aku terjatuh beberapa kali karena kecerobohanku", ujar sang adik tanpa berani menatap wajah kakaknya.
"Jangan berbohong, (First name)", tutur Tatsuya sambil tersenyum, namun nada bicaranya mendesak.
Merasa takut jika sang kakak nantinya juga akan marah, (First name) pun memilih untuk menceritakan semuanya. Dengan air mata yang mengalir (First name) memberitahu sang kakak tantang apa yang sudah terjadi selama ini. Pilih kasih, ketidak adilan, maupun kekerasan yang didapat ia ceritakan semua kepada Tatsuya.
"Hiks... Tolong aku, nii-chan... Aku tidak tahan lagi... Ini menyakitkan...", (First name) masih terisak sembari menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Ia tak bisa lagi menahan luka-luka yang ia dapat.
Mendengar semua cerita sang adik, Tatsuya seketika merasakan amarah memenuhi perasaannya. Walau wajahnya tampak tenang, namun dalam hati Tatsuya sedang berusaha menahan amarah sebisa mungkin supaya tidak seketika mengobrak-abrik kamarnya.
"Jadi seperti itu", jeda sejenak. "Kalau begitu nii-chan pergi dulu. Mungkin segelas susu hangat bisa membantumu kembali tidur. Tak apa 'kan? Ini tidak akan lama", kemudian Tatsuya berjalan ke dekat pintu, menyalakan saklar lampu kamarnya.
Setelah itu Tatsuya keluar dari kamarnya, meninggalkan sang adik sendirian. Ketika sang kakak pergi, (First name) masih setia duduk di lantai, tak sedikitpun berniat untuk beranjak dari sana. Tanpa sadar, karena Tatsuya yang tidak kunjung kembali, gadis itupun tertidur. Kepalanya ia sandarkan di ranjang sang kakak dengan kedua tangan yang dijadikan bantal.
"Huh?"
Tatsuya sedikit kaget saat mendapati adiknya yang tertidur. Tapi setelah itu ia tersenyum lalu mendekati adiknya. Susu yang ia bawa ditaruhnya di nakas. Lalu dengan pelan ia menggoncang tubuh (First name), berusaha membangunkannya.
"Jika tidur seperti ini kau bisa sakit", ucap Tatsuya lembut. "Saa, naiklah. Nii-chan akan menggendongmu ke kamar. Kalau perlu nii-chan akan menemanimu", sambung Tatsuya sambil membuat posisi piggy back ride.
"Uhm...", (First name) yang belum sadar sepenuhnya hanya mengangguk lalu memeluk punggung kakaknya, menerima tawaran sang kakak.
Ketika sang adik sudah berada di posisi yang benar, Tatsuya segera bangkit lalu menggendong (First name) ke kamarnya. (First name) yang sudah merasa sangat mengantuk tidak menyadari percikan noda merah pada baju sang kakak serta mengabaikan bau amis yang ia cium.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro