Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Four Sentences (Aomine x Reader)

Genre: Angst(?)

Rate: T

Hari-hari berjalan seperti biasanya bagi seorang (Full name). Bangun tidur, melakukan rutinitas paginya lalu berangkat ke sekolah. Atas perintah kedua orangtua nya, ia pun mau tak mau harus diantar dengan mobil oleh supir pribadi keluarganya. Terlahir dari keluarga kaya tidak sepenuhnya menyenangkan baginya.

"Itu dia anak dari pemilik (Last name) Corporation. Dia sangat pendiam. Sombong sekali ya?"

Bisikan-bisikan beberapa murid tak sengaja terdengar oleh gadis itu tatkala ia berjalan melewati koridor sekolahnya. Inilah salah satu penyebab (Your name) tidak terlalu menyukai kehidupannya sebagai anak orang yang berada. Selalu saja ada desas-desus tak sedap tentang dirinya yang ia dengar.

"Benar juga. Kudengar dia susah bergaul karena tidak pandai bersosialisasi. Katanya karena dia sering menyombongkan harta keluarga dan kecantikannya"

"Benar-benar buruk ya moralnya? Padahal anak dari keluarga yang pastinya berpendidikan. Tapi untuk bersikap baik saja susah. Kasihan sekali"

Gossip demi gossip tidak enak didengar pun bermunculan. Seperti inilah keseharian gadis itu. Sejak awal masuk menjadi murid baru di Akademi Touou, dia selalu menjadi bahan gossip-an.

'Aku benci dibicarakan seperti ini. Tapi apa yang bisa kulakukan? Membiarkannya. Ya, aku hanya bisa membiarkannya. Lagipula aku tidak terlalu peduli'

(Your name) memang tidak pernah memberi perhatian kepada setiap bualan tentang dirinya. Karena ia tahu semua itu tidak benar. Dan lagi sebenarnya dia juga tidak peduli. Terlahir sebagai anak tunggal membuatnya sudah terbiasa tanpa teman. Rasa sepi adalah teman sejatinya. Karena sejak dulu, gadis itu sudah terbiasa sendiri.

"Jangan dengarkan, baka"

Tiba-tiba sebuah sebuah suara didengar oleh gadis itu. Ketika menengok, ia mendapati seorang pemuda berambut navy blue dengan wajah malasnya.

"Aa, arigatou, Aomine-kun", ucap gadis itu sambil tersenyum.

Seperti biasa gadis itu menjadi bahan perbincangan, dan seperti biasanya pula Aomine akan menyuruh (Your name) untuk tidak memikirkannya. Aomine Daiki, teman satu kelas nya yang terkenal malas dan tak dapat dihentikan jika sudah menyangkut basket. Dia lah orang yang selama ini selalu membantu gadis itu untuk mengacuhkan omong kosong tentang dirinya.

"Omongan mereka tak perlu diperhatikan. Mereka hanya iri denganmu", ujar Aomine sambil berjalan di samping (Your name). "Jadi tetaplah menjadi dirimu apa adanya. Kau tidak perlu memedulikan ucapan-ucapan orang bodoh itu", tambahnya dengan santai.

(Your name) tersenyum. Sekalipun Aomine tidak berkata seperti itu, (Your name) tetap tidak akan peduli dengan apa yang ia dengar. Tapi, dia merasa senang karena Aomine mengatakannya. Bukankah itu berarti Aomine peduli kepadanya?

'Kukira aku menyukai pemuda ini', batin gadis itu sambil diam-diam menatap laki-laki yang tengah berjalan di sampingnya.

Girls fall in love with what they hear...

.

Hari demi hari telah berlalu. Dan selama itu hubungan antara (Your name) dan sang ace tim basket Akademi Touou semakin dekat. Mereka sering pergi bersama hanya berdua. Namun walau seperti itu, hubungan antara mereka bukanlah kekasih. Hanya teman dekat. Ya, seperti itulah apa yang mereka ucapkan jika ada yang menanyakan tentang hubungan mereka.

"Moshi-moshi?", ujar (Your name) ketika sebuah panggilan masuk ia terima.

"Aku ingin membeli sepatu basket saat ini. Apa kau mau menemaniku sekarang?", suara maskulin dari seberang saluran terdengar.

Keheningan mulai mengambil alih. (Your name) tengah memikirkan jawaban dari tawaran pemuda tersebut. Lalu sebuah senyuman terkembang di bibirnya yang ranum.

"Baiklah. Aku akan bersiap-siap, Aomine-kun", jawab gadis itu kemudian.

"Kalau begitu kutunggu kau di taman kota sekarang"

"Wakarimasu. Jaa matta, Aomine-kun"

Dengan itu sambungan pun diputus. Segera (Your name) berganti pakaian lalu mengambil tas kecilnya yang tergantung di balik pintu. Tanpa basa-basi gadis itu langsung berlari keluar, mengabaikan berbagai seruan dari maid maupun butler yang menjaga rumah. Selama kedua orangtuanya tidak ada, ia bebas melakukan apapun yang disuka, tanpa harus takut mendapat teguran dari ayah maupun ibunya.

"Aomine-kun!", seru (Your name) tatkala ia melihat Aomine yang tengah bersandar pada sebatang pohon. Gadis itu segera berlari menghampiri pemuda tersebut.

Aomine menoleh. Untuk sesaat ia hanya berdiri disana, menatap (Your name) dengan pandangan yang sulit untuk didefinisi.

"Aomine-kun? Daijoubu desu ka?", tanya (Your name) sambil mengibaskan tangan didepan wajah pemuda itu.

Dan Aomine pun tersadar dari lamunannya. Ia mulai salah tingkah. Sungguh memalukan sekali apa yang ia lakukan tadi.

"T-Tentu saja", jawab Aomine sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.

Lalu tanpa tanpa aba-aba apapun, Aomine segera menarik gadis itu pergi dari taman. Tak perlu waktu lama, kini kedua remaja itu sudah sampai di toko yang dimaksud. Dengan riang (Your name) melangkah masuk ke toko tersebut. Membuat Aomine hanya bisa terkekeh karena ulah gadis itu yang seperti anak kecil.

"Nee, Aomine-kun. Arigatou", ujar (Your name) membuka pembicaraan.

Kedua remaja itu baru saja keluar dari toko sepatu tadi. Apa yang dicari Aomine telah didapat. Sepatu basket yang dibeli atas usul dari (Your name), dengan model yang tidak jauh berbeda dari sepatunya yang lama.

"Seharusnya aku yang berkata seperti itu, baka"

(Your name) hanya tertawa kecil. Entah sudah berapa kali ia dikatakan 'baka' oleh pemuda itu. Namun (Your name) sama sekali tidak masalah. Karena Aomine lah satu-satunya teman yang ia miliki. Dan satu-satunya orang yang berhasil mencuri hatinya.

"Kalau begitu douitashimashite, Aomine-kun", ucap gadis itu sambil tersenyum.

Hening pun mulai menghiasi perjalan mereka, hingga akhirnya Aomine memecahnya dengan sebuah ungkapan. Mungkin lebih tepatnya sebuah pujian.

"Oi, (Last name). Kau cantik malam ini", kata pemuda berambut navy blue itu sambil terus berjalan.

Namun lain dengan (Your name) yang seketika menghentikan langkahnya, membuat Aomine ikut melakukan hal yang smaa. Wajah gadis itu memerah. Apa yang dikatakan Aomine sungguh membuatnya tersipu.

"E-eh? Begitukah?"

'Jelas. Kau sangat cantik. Tapi bukan hanya malam ini saja. Kau sudah cantik sejak awal masuk ke Touou. Dan sebenarnya aku sudah menyukaimu sejak saat itu', batin Aomine.

"Tentu saja. Jadi.. mmm..", Aomine tiba-tiba menjadi gugup. Pemuda itu mulai menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Maukah kau menjadi kekasihku?", tanya si navy blue pada akhirnya.

...and boys fall in love with what they see.

.

Mulai hari itu, dimana Aomine dan (Your name) sedang dalam perjalanan pulang sehabis membeli sepatu, mereka menjadi kekasih. (Your name) tentunya merasa senang walaupun hal itu membuatnya semakin sering dibicarakan oleh murid lain. Tapi seperti biasa, dia tidak peduli.

"Daiki-kun, konnichiwa!", sapa (Your name) saat melihat Aomine tengah berjalan ke arahnya.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Dan kebetulan hari itu latihan untuk tim basket Akademi Touou diliburkan. Sehingga Aomine memutuskan untuk mengajak kekasihnya itu pulang bersama.

"Yo, (First name)", balas Aomine sambil mengacak rambut (Your name) pelan. "Ikuzo"

Setelah itu mereka berdua pun memulai perjalanan. Sejak tadi (Your name) hanya menatap jalan di bawahnya saja ketika berjalan. Gadis itu tidak bisa menandingi langkah Aomine yang terlampau lebar baginya. Hingga saat Aomine menghentikan langkahnya tiba-tiba, gadis itu tidak tahu dan justru menabrak punggung Aomine yang tegap.

"Ittai!", pekik (Your name) sambil memegangi hidungnya.

Aomine segera menengok. Lalu suara tawa yang ditahan menyusul. Dengan santainya pemuda itu mencubit pipi (Your name) dan bukannya meminta maaf.

"Daiki-kun hidoi!", seru (Your name), masih memegangi hidungnya.

"Gomen. Aku tidak sengaja. Tapi- pfft", kekehan terdengar memutus kalimat Aomine. "Wajahmu benar-benar lucu tadi", dan tawa Aomine pun pecah.

Seketika itu (Your name) langsung memukul pundak kekasihnya, cukup untuk membuat seorang Aomine Daiki mengaduh. Kemudian tanpa berkata-kata gadis itu segera berjalan mendahului Aomine.

"Oi, (First name)! Tunggu!", beruntung Aomine berhasil memegangi pergelangan tangan kekasihnya lebih dulu.

"Nani?", tanya (Your name) dengan muka kesal.

"Aku mau mengajakmu berkencan nanti malam. Kau mau?"

Seketika ekspresi kesal (Your name) terganti menjadi ekspresi senang. Tanpa basa-basi gadis itu langsung menyetujuinya. Dan mereka pun mulai melanjutkan perjalanan dengan senyuman.

Malam harinya (Your name) berhasil membuat Aomine speechless. Ia terpikat dengan tampilan (Your name) malam itu. (Your name) dengan dress selutut warna biru tua yang simple, flat shoes dengan warna senada dan rambut (Hair colour) yang tergerai indah berhasil membuat Aomine tidak berkedip untuk beberapa saat.

"Daiki-kun?", panggil (Your name) ketika melihat Aomine yang terus menatapnya sejak tadi.

Aomine pun tersadar. Wajahnya memerah.

"Kau cantik"

Kini justru (Your name) lah yang wajahnya merona.

"A-arigatou", gadis itu menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah. "Aku melakukan semua ini untukmu, Daiki-kun", lanjutnya sambil tersenyum tipis.

That's why girls wear make up...

.

Waktu dengan cepat berlalu. Tak terasa sekarang (Your name) dan Aomine sudah menjadi kekasih selama tiga bulan. (Your name) tentu saja merasa senang. Ia tidak menyangka hubungannya dengan Aomine bisa selama itu. Namun selama itu pula (Your name) tidak luput dari perasaan curiga.

Akhir-akhir ini Aomine berubah. Itulah hal yang (Your name) rasakan sejak minggu kemarin. Aomine memanglah pemuda yang acuh. Namun sifat acuh nya semakin bertambah hari demi hari. Ia tidak lagi sama seperti Aomine yang (Your name) kenal dulu.

"Mengapa Daiki-kun belum juga datang?"

Sore itu (Your name) tengah menunggu kedatangan Aomine di dekat gerbang sekolah. Karena kemarin, mereka telah berjanji untuk pulang bersama seperti biasa. Namun sudah lima belas menit Aomine belum juga datang. Tidak biasanya pemuda itu terlambat lebih dari sepuluh menit. Karena bosan menunggu, gadis itu pun memutuskan untuk menyusul Aomine di gym.

"Oi, Satsuki"

Suara khas seorang Aomine Daiki tertangkap oleh gendang telinga (Your name) saat gadis itu ingin mengetuk pintu locker room. Langsung saja (Your name) menghentikan gerakannya. Ia hanya berdiri diam disana. Menunggu kelanjutan dari ucapan Aomine.

"Nani, Dai-chan?"

Suara feminim terdengar. (Your name) mengasumsikan kalau itu adalah suara Momoi Satsuki, manager tim basket sekolahnya. Selain itu tidak ada suara lain. Maka (Your name) pun mengambil kesimpulan bahwa sekarang hanya ada Aomine dan Momoi di dalam locker room. Dan berbagai pikiran pun mulai berdatangan di benaknya.

'Ah mungkin hanya masalah basket', batin gadis itu mencoba menepis rasa curiganya.

Tak ingin berlama-lama, gadis itu memutuskan untuk mengetuk pintu locker room. Berniat segera mengajak Aomine pulang bersama. Tak masalah jika Momoi ikut. Namun seketika ucapan dari Aomine membuat gadis itu mematung dalam keterkejutan.

"Aku menyukaimu"

Mendengar hal itu (Your name) merasa hatinya hancur seketika. Aomine menyatakan perasaan kepada orang lain padahal jelas-jelas hubungannya dengan (Your name) belum putus.

"Maukah kau menjadi kekasihku?"

"Eh? Bukannya kau adalah kekasih (Last name)-chan?"

"Aku berniat memutuskannya besok. Jaa, kutunggu jawabanmu nanti. Aku harus pulang bersamanya sekarang"

Tak tahan dengan apa yang ia dengar, (Your name) memutuskan untuk segera berlari pergi secepat yang ia bisa. Entah apa yang dipikirkan gadis itu, bukannya pulang dia justru kembali menunggu Aomine di gerbang.

"Oi, (First name). Ayo", ucap Aomine dengan malas. Tidak ada tepukan di kepala maupun cubitan di pipi seperti dulu.

(Your name) hanya mengangguk. Mereka berdua berjalan dalam keheningan. Hingga di tengah jalan, (Your name) memutuskan untuk angkat bicara.

"Nee, Daiki-kun?", panggil (Your name). Sejak tadi gadis itu berusaha menahan airmata nya supaya tidak tumpah.

Aomine hanya menggumam, ia tidak menyadari nada bicara (Your name) yang bergetar. Dengan berat hati (Your name) melanjutkan kalimatnya.

"Apa kau menyukaiku?"

Aomine seketika berhenti. Ia tatap gadis yang kini tengah menunduk itu dengan alis yang terangkat.

"Ya. Tentu saja. Kau 'kan kekasihku", jawab Aomine dengan santai sambil menepuk kepala gadis itu pelan.

(Your name) hanya tersenyum, tak sedikitpun berniat untuk mengangkat kepalanya menatap Aomine. Ia tidak bisa. Jika ia mendongakan kepala, maka Aomine akan melihat genangan airmata di pelupuk matanya.

"Ah ya. Bodohnya aku. Aku 'kan kekasihmu", ucap gadis itu sambil tersenyum miris, masih dengan kepala yang ditundukan.

'Setidaknya untuk hari ini aku adalah kekasihmu', batin (Your name) perih. Dan dengan itu ia segera melangkahkan kaki mendahului Aomine. Membiarkan pemuda itu mematung disana dengan raut penuh kebingungan.

...and boys lie.

.

A/N:
Readertachi~ Saya balik lagi dengan Aomine entah untuk yang keberapa kalinya. Saya harap readertachi tidak bosan dengan si phanter ini ya? Btw, fic ini terinspirasi oleh gambar yang saya lihat di channel BBM saya.
Saa, jaa matta, readertachi~!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro