Don't be Kidding Me (Mayuzumi x Reader)
Genre: Romance (Mayuzumi x Quiet!Reader)
Rate: T
Ini request dari HisanoNashi
Maaf baru publish sekarang X'D
Semoga aja sesuai yang diinginkan.
Mungkin karena lama gak bikin part anak-anak Rakuzan, hampir aja saya ngetiknya "Hayama Akira" dan bukannya "Hayama Kotarou" XD
Saa, jaa mata, readertachi!
Sore itu para anggota tim basket SMA Rakuzan sedang melaksanakan latihan sore seperti biasa. Dengan sang kapten yang memberikan porsi latihan tak tanggung-tanggung juga seperti biasa. Dan mau sekejam apapun latihan yang mereka terima, tak ada satu orangpun yang berani protes. Yang lain hanya bisa melakukan.
Mau tidak mau harus mau.
(Your name) yang hanya melihat dari pinggir lapangan pun sepertinya mengerti betapa menyiksanya latihan yang sang kapten berikan. (Your name) merupakan manager tim basket SMA Rakuzan. Orang pendiam seperti dia agaknya kurang cocok menjadi manager. Tapi, mengesampingkan sifatnya yang pendiam, (Your name) mampu melaksanakan tanggung jawabnya menjadi seorang manager dengan lancar. Ia merupakan pengamat yang baik. Tak lupa ide-idenya bisa disandingkan dengan pemikiran sang kapten mengenai strategi untuk bertanding. Di samping itu, (Your name) memiliki alasannya sendiri.
Jujur, (Your name) menyukai Mayuzumi—sang kakak kelas yang hawa keberadaannya sulit dideteksi.
Menjadi manager membuatnya memiliki waktu lebih untuk bersama sang pujaan hati.
Lalu, mengapa ia tak kunjung mengungkapkan perasaannya?
Sifatnya yang pendiam menjadi halangan utama. Ditambah fakta bahwa ia adalah adik kelas, semakin sulit bagi (Your name) untuk mengungkapkannya. Jangankan berbicara, bertemu saja jarang.
Di pinggir lapangan tempat teman-temannya berlatih, (Your name) dengan teliti mencatat progres mereka yang sedang berlatih 3x3. Akashi, seperti biasa dia selalu berada di puncak bahkan ketika latihan. Mibuchi, lemparan bolanya saat melakukan shoot menjadi lebih tinggi. Hayama, arah dribble-nya semakin sulit untuk diikuti oleh mata. Nebuya, well, sepertinya akan sulit bagi lawan yang ingin memasukkan bola ke ring ketika Nebuya menjadi center-nya. Semua anggota tim basket telah (Your name) catat dalam buku khusus yang ia miliki, tak terkecuali para penghangat bangku cadangan.
Namun, ada satu orang yang belum (Your name) catat padahal sedaritadi dia memperhatikannya lebih lama dari yang lain. Mayuzumi, seperti biasa keberadaannya sulit dirasakan. Mungkin bagi sebagian orang tidak akan sadar apa progres yang telah pemuda bersurai kelabu itu lakukan. Tapi tidak untuk (Your name). (Your name) sadar durasi ‘tidak terlihat’ yang Mayuzumi miliki menjadi lebih lama dari minggu kemarin.
(Your name) tersenyum tipis mengetahui hal itu.
Melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, (Your name) langsung meniup peluit pertanda waktu latihan sesi pertama mereka telah habis. (Your name) segera mengambil handuk dan membagikannya kepada rekan-rekannya satu tim tanpa banyak bicara.
“Terimakasih, (Last name)-chan~” ujar Mibuchi yang hanya (Your name) tanggapi dengan sebuah anggukan.
“Bagaimana latihan kita hari ini, (Last name)?” tanya Hayama.
“Bagus,” jawab (Your name) singkat.
“Ada yang ingin kau sampaikan?” sang kapten bertanya. Lagi, (Your name) hanya menjawab dengan sebuah anggukan kemudian menyerahkan catatannya ke Akashi. “Tolong,” ucap gadis itu menyuruh supaya adik kelasnya yang membaca.
Akashi membacanya sekilas lalu mengangguk. Ia pun menyuruh anggota-anggota yang lain untuk berkumpul. (Your name) yang berada di samping Akashi tak dapat berhenti memandang Mayuzumi ketika pemuda itu tengah mendengarkan penjelasan dari sang kapten.
Mayuzumi merasa ada yang memperhatikannya dari tadi. Ia pun melemparkan pandangan mencari si pelaku. Dan kedua manik kelabunya bertemu dengan iris (Eyes colour) milik sang manager. Untuk beberapa detik keduanya saling menatap hingga akhirnya Mayuzumi memutuskan untuk lebih dahulu mengalihkan pandangan.
‘Dia menatapku!’ batin (Your name) heboh sendiri, berbanding terbalik dengan wajah tanpa ekspresinya kala itu. Beruntung (Your name) sangat ahli mengendalikan mimik wajahnya. Sehingga walaupun ia kini sedang perang batin karena malu telah beradu pandang dengan sang pujaan, ia tetap bisa mempertahankan wajah datarnya.
“Itu saja yang ingin kusampaikan. Latihan dilanjutkan lagi,” perintah Akashi membubarkan anggota timnya untuk berlatih kembali.
Semuanya kembali ke lapangan untuk bertanding hingga tak terasa satu jam telah terlewati. Kini tibalah saatnya bagi mereka untuk bersiap-siap pulang. (Your name) yang telah siap pun menunggu kawan-kawannya di depan pintu gymnasium. Mayuzumi biasa pulang paling awal sedangkan (Your name) pulang bersama teman-teman sekelasnya. Sementara Akashi pulang paling akhir karena dia yang bertanggung jawab atas kunci gymnasium.
(Your name) merasa ada bayangan yang mendekat ke arahnya. Mengira itu adalah Mibuchi, ia pun menengok. Namun bukannya Mibuchi yang ia lihat, rupanya Mayuzumi yang kini tengah berjalan ke arahnya. Untuk kedua kalinya di hari itu pandangan mereka bertemu. (Your name) hanya memiringkan kepala memperhatikan Mayuzumi yang berjalan melewatinya tanpa sepatah kata. (Your name) masih dengan setia memandangi punggung sang kakak kelas yang lama-kelamaan menjadi kecil ketika sebuah tepukan mendarat di pundaknya yang membuat (Your name) bejengkit kaget.
“Hey, jangan lama-lama memendam perasaanmu. Ungkapkan secepatnya, (Last name)-chan,” suara milik sang shooting guard tertangkap indra pendengar (Your name).
“Apa maksudmu?” tanyanya tanpa sedikitpun menunjukkan perasaan terkejut atas tepukan sekaligus kalimat dari Mibuchi.
Yang ditanya hanya tertawa. Kali ini giliran Hayama yang menyahut. “Kau tidak tahu? Ada anak kelas tiga yang kudengar sedang dekat dengan dia. Ketua klub cheerleader kalau tidak salah. Siapa? Akiyama Minato?”
“Miyako,” Nebuya berujar hanya untuk sekedar membenarkan.
“Oh,” respon (Your name) kemudian mengedikan bahu acuh tak acuh sebelum akhirnya berjalan lebih dahulu. “Ayo,” ajaknya sama sekali tak menggubris informasi dari teman-teman seangkatannya.
Ketiga orang yang mendengar hanya saling bertukar pandang dan memutuskan untuk mengikuti sang manager. Mereka tidak tahu kalau sebenarnya di balik sifat yang kelihatan tidak peduli itu ada diri seorang (Your name) yang sedang pusing tujuh keliling mengetahui kalau dia memiliki saingan—berat.
.
Semenjak mendengar ucapan ketiga kawannya tempo hari, secara tidak sadar ada yang berubah dari diri seorang (Your name). Memang, sifat pendiamnya tidaklah hilang. Hanya saja diamnya akhir-akhir ini tidak seperti biasa. (Your name) sering tampak tidak fokus ketika jam pelajaran dan melamun di bangkunya ketika jam istirahat. Benak (Your name) sedang dipenuhi oleh Mayuzumi beserta rumor-rumor yang akhir-akhir ini sering ia dengar.
“Hey, kau tahu? Kulihat Akiyama-senpai kemarin berjalan berdua ke atap sekolah bersama anak basket kelas tiga!”
“Oh, maksudmu Mayuzumi-senpai? Aku sendiri melihat mereka di cafe langgananku. Duduk berdua sambil mengobrol. Kadang Akiyama-senpai tertawa kecil mendengar apa yang Mayuzumi-senpai katakan.”
“Apa mereka berpacaran? Wah... bukankah keren jika itu benar? Cheerleader dengan anggota tim basket regular.”
(Your name) yang duduk tak jauh dari para gadis yang tengah menggosip ingin sekali menutup telinga dari apa yang ia dengar. Dia sendiri juga beberapa kali melihat Mayuzumi berjalan ke kantin berdua bersama sang ketua tim pemandu sorak. Gadis yang merasa frustasi itu menjatuhkan kepala ke atas lengannya yang ia lipat di atas meja. Mibuchi yang baru saja kembali dari kantin melihat hal itu. Dia juga menyadari perubahan pada sikap (Your name) akhir-akhir ini.
Sang shooting guard pun tersenyum lebar tiba-tiba.
.
Keesokan harinya, (Your name) yang baru saja berjalan keluar dari kelas untuk pulang berpapasan dengan sang kapten tim basket. Dan niat pulangnya harus ia urungkan karena Akashi memintanya untuk bertemu di atap sekolah setelah ia selesai dengan kegiatan OSIS. Tanpa banyak kata (Your name) hanya mengiyakan dan segera berjalan menuju tempat yang dimaksud.
Sesampainya di atap, alangkah terkejutnya (Your name) ketika bukannya Akashi yang ia dapati tetapi justru Mayuzumi yang kini berada di depannya. Beruntung kala itu Mayuzumi sedang memunggunginya sehingga hal itu memberi kesempatan bagi (Your name) yang gugup untuk perlahan-lahan berbalik badan bersiap untuk pergi.
Namun belum juga ia membalikkan badan sepenuhnya, Mayuzumi sudah lebih dahulu menyadari keberadaannya.
“Apa yang mau kau katakan?”
“Huh?” alis (Your name) terangkat bingung, tidak mengerti dengan apa yang Mayuzumi bicarakan.
“Akashi bilang ada yang ingin kau katakan padaku.”
“Eh?” (Your name) memiringkan kepala, semakin bingung setelah mendengar hal itu. Dengan cepat ia berusaha memutar otak, merangkai keping demi keping clue tentang apa yang sebenarnya terjadi. Jadi, dirinya baru saja dikerjai oleh Akashi? (Your name) mengambil kesimpulan. Tak lupa mengutuk adik kelasnya itu dalam hati ketika menyadari bahwa itu memang kemungkinan yang paling benar.
“Tidak ada? Kalau begitu aku pulang,” ujar Mayuzumi yang kemudian berjalan melewati (Your name).
“Tunggu!” dengan segenap keberanian yang ia miliki, (Your name) menyuruh kakak kelasnya itu untuk tetap tinggal. Bukan hal yang gampang untuk mendapat kesempatan bisa berbicara berdua dengan Mayuzumi seperti saat ini. (Your name) tak mau menyiakan kesempatan yang entah datang berapa bulan sekali itu.
Mayuzumi berhenti setelah mendengar seruan adik kelasnya. Ia menengokkan kepala menatap gadis itu dengan ekspresi datar. Namun (Your name) cukup tahu bahwa sebenarnya Mayuzumi sedang menanyakan alasan mengapa ia menyuruhnya untuk menunggu.
“Apa hubunganmu dengan ketua klub cheerleader?”
“Tidak ada,” tanpa membuang waktu Mayuzumi langsung saja menjawabnya dengan singkat.
“Bohong.”
“Memangnya kenapa? Itu bukan urusanmu,” balas Mayuzumi yang kini sepenuhnya berbalik badan untuk menatap adik kelasnya itu tanpa ekspresi.
Dahi (Your name) berkerut menunjukkan bahwa sang pemilik tidak suka dengan apa yang ia dengar. Seolah benang terakhir yang selalu mengontrol emosi (Your name) lepas, (Your name) tiba-tiba saja mencengkeram kedua lengan Mayuzumi erat.
“Tentu saja itu urusanku! Mungkin bagimu bukanlah hal yang penting. Tapi asal kau tahu saja, aku ini menyukaimu! Wajar saja jika hal itu menjadi urusanku. Baik, aku sadar kalau si ketua pemandu sorak itu lebih baik—bahkan jauh lebih baik dariku. Tapi, setidaknya biarkan aku berkata bahwa aku menyukaimu! Tak apa jika kau tidak menerimanya. Aku hanya ingin mengatakannya. Dan sekalipun aku tahu kau tak menyukaiku. Setidaknya boleh kan aku ingin kita berteman? Aku mau menjadi orang yang bisa membantumu. Atau paling tidak, menjadi tempat bagimu untuk bercerita...” jelas (Your name) yang lama-kelamaan wajah geramnya menjadi sendu.
Dan apa yang tampak di wajah Mayuzumi tak lain adalah ekspresi kaget. Itu merupakan kali pertama ia mendengar sang manager berbicara panjang lebar. Ia lebih terkejut lagi mengetahui isi dari ucapannya.
Di lain sisi, (Your name) sama kagetnya—bahkan lebih—saat ia sadar apa yang baru saja ia lakukan. Wajahnya perlahan namun pasti menunjukkan rona kemerahan yang lama kelamaan semakin kentara.
“Astaga...” (Your name) cepat-cepat menutupi wajah meronanya yang terasa panas. Mayuzumi bahkan dapat melihat asap imajiner keluar dari kedua telinga gadis di hadapannya.
(Your name) memang orang yang pendiam. Hingga saking pendiamnya, ia tidak bisa berbicara terlalu panjang. Karena jika ia berujar lebih dari 15 kata, sifat pemalunya akan keluar. Gadis itu akan menjadi sangat-sangat malu atas apa yang ia katakan.
“Pfft...” Mayuzumi otomatis mendengus geli melihat tingkah (Your name) yang bagi dia sangatlah lucu. “Dia orang yang suka dengan kakak sepupuku. Dia sering bertanya-tanya tentangnya kepadaku.”
(Your name) perlu beberapa detik untuk mencerna omongan Mayuzumi. Ketika paham, dalam hati ia sungguh merasa senang karena itu berarti Mayuzumi tidak ada hubungan apa-apa dengan si ketua tim pemandu sorak.
“Oh, begitu. Aku paham...” ujarnya berhasil menyembunyikan betapa gembiranya ia dalam hati. “J-Jadi, kita berteman?” tanya (Your name) yang tak mau langsung mengambil kesimpulan. Tidak ada hubungan apa-apa bukan berarti tidak suka, ‘kan? Lagipula jika Mayuzumi tidak suka dengan Akiyama Miyako bukan berarti juga Mayuzumi menyukainya, ‘kan?
Wajah Mayuzumi langsung tertekuk.
“Berteman denganmu? Setelah yang kau bilang tadi? Jangan bercanda,” ujarnya.
Dada (Your name) terasa sesak seketika mendengar nada bicara yang sedikit ketus itu. Baru saja ia senang Mayuzumi tak ada rasa dengan Akiyama. Tapi sekarang ia sendiri harus jatuh setelah mendengar Mayuzumi berkata seperti itu.
“Berteman saja tidak akan cukup,” lanjut sang pemuda surai kelabu kemudian mengambil tangan gadis didepannya dan mengaitkan jari-jemari mereka tepat di depan wajah (Your name). “Mulai sekarang, aku ingin kau menjadi kekasihku.”
Dan setelah itu, (Your name) tak perlu berkata panjang lebar lagi karena wajahnya kini sudah sangat merah hanya dengan mendengar ucapan dari pemuda di hadapannya.
Bukankah jawabannya sudah jelas?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro