Dishonest (Hanamiya x Reader)
Genre: Romance
Rate: T
Malam itu, (Your full name) tengah berkutat dengan buku Matematika nya. Karena besok, ulangan Matematika akan diadakan. Tapi bukan itulah penyebab ia belajar. Sebenarnya belajar atau tidak itu tidaklah masalah baginya. Karena dia adalah langganan tetap peringkat tiga besar di sekolahnya, SMA Kirisaki Dai Ichi. Jadi, nilai baik tentu saja akan ia dapatkan.
Semua penyebab ia belajar malam itu adalah tantangan yang diajukannya tadi siang. Tantangan kepada si peringkat satu berturut-turut sejak awal masuk sekolah, Hanamiya Makoto. Jika kalian bertanya mengapa gadis cantik ini menantang sang peringkat satu adalah karena dia tidak tahan dengan sikap salah satu anggota Uncrowned King itu.
"Lihat saja, aku akan mengalahkanmu, Hanamiya Makoto!", serunya kepada diri sendiri. "Kau akan kalah dariku besok!", tambahnya dengan percaya diri.
Tak lama setelah itu, (Your name) memutuskan untuk beranjak ke tempat tidurnya. Sekarang sudah jam satu pagi. Jika dia tidak tidur, bisa-bisa dia akan bangun kesiangan esok harinya.
.
"Ittekimasu, okaa-san!", seru seorang gadis berambut (Hair color) ke ibunya sambil berlari keluar rumah.
Beruntung jarak dari rumah (Your name) ke sekolah tidak begitu jauh, sehingga perjalanan pun tidak memakan waktu terlalu lama. Sekitar sepuluh menit sebelum bel masuk berbunyi, (Your name) telah sampai di sekolahnya. Sambil membaca ulang buku Matematika yang ia bawa, (Your name) berjalan ke kelasnya.
"S-sumimasen!", seru gadis manis itu ketika ia tanpa sengaja menabrak seseorang.
Karena terlalu sibuk membaca, dia sampai tidak melihat jalan didepannya. Alhasil dia pun bertabrakan dengan siswa lain hingga membuat dirinya sendiri jatuh terduduk.
Sebuah decakan terdengar, disusul tawa meremehkan dari seorang pemuda didepannya.
"Apa kau tidak bisa melihat?", tanya pemuda itu dengan nada menyebalkan.
(Your name) lalu mengangkat kepalanya. Dan saat itulah iris (Eyes color) miliknya bertemu dengan mata greyish brown milik siswa yang tadi ia tabrak, yaitu Hanamiya Makoto, si peringkat pertama.
"Kau?!", seru gadis itu sambil berdiri dan membersihkan seragamnya yang sedikit kotor akibat debu. "Tch, minggir", lanjutnya dengan ketus lalu berjalan melewati pemuda itu.
"Bukankah seharusnya kau meminta maaf?", tanya Hanamiya dengan senyuman sinis nya ketika (Your name) memasuki pintu kelas.
Gadis itu berhenti. Dengan kesal ia pun membalikkan badannya menghadap Hanamiya.
"Untuk apa? Lagipula kau tidak apa-apa 'kan?", (Your name) bertanya balik. Nada bicaranya tidak kalah sinis dengan pemuda itu.
Hanamiya hanya mendengus geli lalu melangkahkan kakinya pergi. Padahal bel masuk sebentar lagi berbunyi dan ia satu kelas dengan (Your name).
.
Beberapa menit telah berlalu. Bel masuk telah lama berbunyi. Bahkan ulangan Matematika juga sudah selesai. (Your name) dan murid-murid sekelasnya hanya perlu menunggu hasilnya besok.
"Aku harap dia bisa kukalahkan. Atau setidaknya nilai kita sama", ucap (Your name) ketika bel istirahat tengah berbunyi.
-(Your name)'s POV-
Seperti biasanya aku memilih untuk menghabiskan waktu istirahat di atap sekolah. Jika kalian bertanya mengapa aku suka disini, jawabannya simple saja. Disini sepi, selesai.
"Semoga aku bisa mengalahkannya", ucapku kepada diriku sendiri.
Rasa ingin untuk mengalahkan Hanamiya memang besar dalam diriku. Aku benar-benar ingin mengalahkannya. Karena jika dia tidak kukalahkan, aku tak akan bisa menyuruhnya melakukan hal yang kukatakan sesuai perjanjian yang telah kita buat kemarin. Sebenarnya bukan perjanjian, lebih tepatnya tantangan dariku.
Sejujurnya aku memiliki sedikit rasa suka kepadanya. Entah mengapa sifat licik nya yang kubenci itulah yang menarik perhatianku. Aku sering bertanya-tanya sendiri, mengapa orang secerdas dia harus berbuat curang ketika basket? Bukankah dengan IQ yang dimilikinya ia bisa membuat taktik yang baik?
"Kau disini rupanya"
Sebuah suara terdengar dari belakangku. Suara yang sangat kukenal dan sering membuatku kacau. Suara milik Hanamiya Makoto.
"Memang. Apa perlu mu, akudou?", tanyaku setelah membalikkan badan dan menatapnya dengan sinis.
Aku tahu aku memang tertarik padanya. Tapi aku tak tahu mengapa, setiap bertemu dengannya sikapku selalu menjadi ketus. Aku tidak bisa sedikitpun berbicara dengan nada baik-baik kepadanya.
"Aku hanya ingin mengatakan sesuatu", ucapnya sambil berjalan kearahku. Baiklah, aku mulai merasakan firasat tidak enak.
BRAK
Tiba-tiba saja ia mendorongku hingga punggungku berbenturan dengan pagar besi. Salah satu lengannya berada disamping kepalaku.
"A-apa-apaan kau, Hanamiya!?", seruku. Sial, wajahku mulai terasa memanas. Apa yang akan ia lakukan?!
"Aku.."
Perlahan wajahnya mulai mendekat. Dan ketika wajahnya tinggal beberapa senti dari wajahku, dia mendengus geli.
"Jelas akan memenangkan tantangan ini, baka", ucapnya dengan nada bicara yang khas sambil menjulurkan lidahnya seperti biasa. Kemudian, dengan santainya pemuda itupun berjalan pergi.
"Grrr.. awas kau, Hanamiya Makoto", ucapku geram pada diri sendiri ketika ia mulai berjalan menjauh.
-End of (Your name)'s POV-
.
Pelajaran terakhir untuk hari ini adalah Matematika. Seperti yang telah dibicarakan, hari ini hasil ulangan Matematika kemarin akan dibagikan. (Your name) menantinya dengan harap-harap cemas. Bisakah ia mengalahkan Hanamiya? Walaupun Matematika adalah pelajaran kesukannya, hal itu tidak menjamin dia bisa mengalahkan salah satu anggota Uncrowned King tersebut.
Dengan perasaan campur aduk, (Your name) melihat hasil ulangannya. Sepulang sekolah, ia dan Hanamiya sudah berjanji akan bertemu di atap sekolah untuk memperlihatkan hasil ulangan masing-masing.
"Astaga.. Entah mengapa aku tidak yakin bisa mengalahkannya sekalipun Matematika bukanlah mata pelajaran yang ia sukai", ucap (Your name) dengan lesu kepada dirinya sendiri ketika berjalan menaiki tangga menuju atap sekolah.
Gadis beriris (Eyes colour) itu telah sampai di anak tangga terakhir. Diraihnya knop pintu yang terletak didepannya.
"Heh, kau datang juga", ucap seorang pemuda yang tengah bersandar disamping bingkai pintu.
(Your name) terlonjak kaget. Ditatapnya pemuda itu dengan pandangan tajam.
"Kau membuatku kaget, akudou"
Hanamiya menyeringai. Ia langsung memperlihatkan hasil ulangannya tanpa basa-basi. Melihat nilai Hanamiya membuat gadis manis itu membulatkan kedua matanya.
"Biar kutebak. Nilaimu pasti lebih rendah", ucapnya sambil menatap (Your name) dengan pandangan meremehkan. Tidak lupa dengan senyuman sinis di wajahnya.
Dengan berat hati (Your name) menunjukkan hasil ulangannya. Benar-benar sangat disayangkan. Hanamiya mendapat nilai sempurna dan (Your name) hanya salah satu soal. Itupun hanya karena ia salah menuliskan angka.
"T-tapi 'kan aku hanya salah menulis angka!", (Your name) tidak mau menerima kekalahannya.
"Lalu apa? Sekalipun Matematika adalah mata pelajaran kesukaanmu, tapi kau tetap saja kalah 'kan?", senyuman meremehkan terukir di wajah Hanamiya.
(Your name) tidak bisa berkutik lagi. Mau tidak mau ia harus mengikuti apa yang dikatakan Hanamiya sekarang. Lagipula, dia juga tidak mungkin mengingkari perjanjian yang dibuatnya sendiri.
"Baiklah! Sekarang apa maumu?"
"Ucapkan tiga fakta dariku menurutmu", titah Hanamiya. "Atau mungkin kau juga tidak bisa menjawabnya, baka?", tambahnya sambil menjulurkan lidah.
"Itu mudah. Kau pembohong, cerdas dan tampan", ucap gadis berambut (Hair colour) itu tanpa sadar. "Astaga!", kemudian dia menutup mulut dengan kedua tangannya sendiri. Wajahnya mulai memerah.
Seringai Hanamiya semakin lebar.
"Sekarang dengarkan aku baik-baik", perintah Hanamiya lagi sambil mendekati (Your name). "Aku membencimu. Jadilah musuhku dan jangan pernah menemuiku.", lanjutnya.
Tatapan Hanamiya berubah menjadi tajam dan dingin. Gadis yang berada dihadapannya pun hanya bisa membulatkan kedua matanya kaget. Pemuda yang dia kagum dan sukai ternyata sangat tidak menyukainya.
Tapi, tanpa diduga oleh (Your name), Hanamiya justru mendengus geli setelah menatapnya seperti itu.
"Tadi kau bilang aku pembohong. Jadi, cari saja kebalikan dari perkataanku tadi. Dasar bodoh", ucapnya lalu berjalan ke arah pintu, bersiap meninggalkan atap. "Kau harus menjawabnya besok"
Setelah itu sosok pemuda tadi sudah benar-benar pergi dari atap. Meninggalkan gadis manis tersebut yang kini berdiri mematung, berusaha mencerna dengan baik ucapan pemuda tadi.
"Apa itu berarti dia juga menyukaiku?", tanyanya kepada diri sendiri, rona merah mulai terlihat di kedua pipinya.
.
A/N:
Readertachi, saya datang dengan ide aneh lagi. Hiks. Habis saya tak punya ide buat si bad boy ini. Jadi, ya sudah, karena dia sukanya bohong makanya saya buat seperti ini. Nee, jangan lupa vote and comment ya?
Ano, dalam benak saya, maksudnya Hanamiya itu:
-Aku membencimu: aku mencintaimu
-Jadilah musuhku: jadilah kekasihku
-Jangan pernah menemuiku: jangan pernah meninggalkanku
Saa, jaa matta, readertachi~!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro