Ah, It's a Wonderful Cat Life (Nijimura x Reader)
Genre: Romance, Fantasy, Songfic (Neko!Niji x Neko!Reader)
Rate: T
Warning: absurd, weird, OOC (maybe), full of Gaje-ness(?)
Pada suatu malam yang terang karena cahaya bulan, dan kerlip berjuta bintang, seekor kucing liar tengah berjalan dari atap ke atap. Ekornya yang berwarna hitam terus bergoyang-goyang ketika ia melompat dari satu atap rumah ke atap rumah lain. Lalu, saat ia sampai di sebuah rumah yang besar nan indah, ia berhenti. Dia melompat turun dan mendatangi salah satu jendela yang lampunya masih menyala.
"Tak kusangka ternyata ada seekor kucing cantik disini", tutur kucing bernama Nijimura itu sambil menampakan senyumannya.
Didalam jendela tersebut, terdapat seekor kucing betina yang begitu anggun. Bulu putih bersihnya tampak begitu lembut dan indah. '(Your name)' begitulah kata yang terukir pada kalung yang melingkar di lehernya.
"Maukah kau bermain bersamaku pada malam dengan bulan yang cantik ini?", ajaknya dengan tatapan penuh harap. "Kucing hanya hidup sekali, meow. Jadi marilah bersenang-senang! Atau mungkin aku harus merobek kalung itu supaya kau bisa pergi?", tambahnya diiringi seringaian.
Karena belum mendapat jawaban dari si kucing cantik, dia mulai bercerita kalau menjadi kucing liar itu menyenangkan. Ia bisa mencuri ikan, mengejar merpati, dan menatap orang-orang yang tengah bekerja dari atap. Bukan hanya itu, ia juga bisa bertemu dengan banyak teman yang menyenangkan. Hal itu adalah hal-hal yang membahagiakan bagi Nijimura. Dia benar-benar memiliki kebebasan.
"Kau juga seharusnya bebas, meow", ucapnya. "Aku akan mengenalkanmu ke teman-teman hebatku. Saa, ayo buka jendela ini dan melompatlah!", bujuk kucing hitam itu sambil meletakan tangannya di kaca jendela.
Sayangnya perkataan-perkataan Nijimura belum bisa meluluhkan hati (Your name). Dia hanya menatap Nijimura dari balik jendela dengan tatapan terganggu.
"Ara.. ara.. Ternyata ada Tuan Liar kita yang penuh tekad disini", ucap kucing cantik itu dengan nada meremehkan. "Apa yang bisa dibanggakan darimu? Hanya kedua matamu lah yang bersinar di kegelapan. Sepertinya kau juga benar-benar tahu cara berbicara. Tapi asal kau tahu saja, aku bukanlah kucing bodoh yang mudah tertipu", tuturnya panjang lebar penuh sarkasme.
Kucing anggun itu terus berkata bahwa apa yang dilakukan kucing liar tadi sia-sia. Karena dia hanya kucing liar, tidak seperti (Your name) yang merupakan kucing peliharaan yang sangat disayangi.
"Aku tahu kucing hanya hidup sekali, meow. Maka dari itu aku tetap tinggal sebagai peliharaan", ujar (Your name) sambil menatap Nijimura kesal. "Kau tadi bilang akan merobek kalung ini? Jangan bercanda, apa kau tahu berapa harganya?", lanjut kucing berbulu putih itu sambil memberi tatapan merendahkan ke si kucing hitam
(Your name) memberi tahu harga kalungnya yang membuat Nijimura serasa ingin pingsan di tempat. Ternyata harga kalung berliontin hati milik (Your name) itu sama dengan harga makanan kucing selama setahun, atau bahkan lebih mahal.
"Aku ini terawat, meow"
(Your name) membanggakan dirinya sendiri. Kemudian ia mulai bercerita tentang kehidupannya sebagai kucing peliharaan. Dia selalu makan makanan lezat, tidur di kasur yang empuk, dan sekalipun ia sedikit benci air tapi dia selalu mandi setiap hari.
"Jika dibandingkan denganku, kau tentu tidak ada apa-apanya. Nee, dari siapa kau mendapat perlindungan, meow? Besok, bisa saja kau mati tertabrak mobil", ujar (Your name) mengejek.
Namun Nijimura yang mendengar semua perkataan buruk (Your name) hanya tersenyum. Baginya, kelakuan sombong (Your name) begitu menarik. Keangkuhan kucing cantik itu justru membuat Nijimura tertantang untuk semakin mendekatinya.
"Nee, kesombongan dan kelancanganmu itu justru membuatku terpikat rupanya. Kukira aku mulai menyukaimu", ucap Nijimura jujur.
Ucapan Nijimura barusan sempat membuat (Your name) membulatkan kedua mata kaget. Ia tidak salah dengarkan? Kucing liar semacam Nijimura menyukai kucing peliharaan yang terawat sepertinya? Rasanya (Your name) ingin tertawa di tempat. Namun, apa yang terjadi padanya? Mengapa kucing putih itu merasa jantungnya berdebar-debar dan pipinya memanas?
"A-Astaga, betapa terus terangnya dirimu, Tuan Liar. Tapi, apapun yang kau lakukan tak akan menarik hatiku", ujar (Your name) berusaha seangkuh mungkin, walau sebenarnya saat itu ia ingin sekali menenggelamkan muka di bantalnya yang empuk.
Nijimura langsung terdiam setelah mendengar perkataan (Your name). Perlahan ia mulai memikirkan perkataan kucing peliharaan itu. Sepertinya ucapan (Your name) benar. Apapun yang dilakukan Nijimura tak akan menarik hati (Your name). Lagipula kalaupun dia bisa, apa yang akan dilakukan Nijimura untuk membuat kucing anggun itu bahagia?
"Ah, sepertinya kau benar. Aku tidak akan bisa mendapatkanmu", lirih kucing hitam itu sambil menatap langit yang kelam. Kemana perginya semua kepercayaan diri yang tadi ia miliki?
Nijimura merasakan sakit di dadanya. Ucapan (Your name) tadi dianggap penolakan secara tak sengaja bagi kucing liar tersebut. Gagal. Ya. Tak ada lagi yang bisa Nijimura lakukan untuk berusaha menarik hati (Your name) karena si kucing anggun sudah mengatakannya sendiri. Nijimura anggap hal itu adalah sebuah ultimatum baginya supaya berhenti melakukan apapun untuk menarik hati si kucing berbulu putih.
"Seandainya kau bisa pergi bersamaku melihat aurora di daerah Utara, itu pasti menakjubkan. Tapi kutebak hal itu tak akan pernah terjadi", ujar Nijimura sambil menghela nafas berat.
Memang benar. Seandainya (Your name) tidak mengatakan kalimat yang cukup menyakitkan hati tadi, kemungkinan Nijimura pasti akan mengajak (Your name) ke daerah Utara. Walaupun tidak dalam waktu yang singkat, ia berjanji pasti kelak akan membawa kucing peliharaan tersebut kesana, melihat indahnya aurora bersama-sama. Sayangnya hal itu jelas tak akan bisa terjadi.
"Hidupku tak bisa diubah dengan mudah. Aku juga tak bisa meninggalkan gadis yang sudah memeliharaku begitu saja", jelas (Your name). Entah mengapa hatinya merasa sakit saat melihat raut sedih milik Nijimura. Padahal beberapa saat sebelumnya, ia memang berniat mengusir kucing liar itu segera.
Mendengar hal itu, Nijimura mulai berbalik, berniat untuk pergi dari rumah megah tersebut. Sudah cukup ia dengan semua yang didengarnya malam itu. Lebih baik sekarang ia pergi, menemui kawan-kawannya dan melupakan kejadian saat tadi.
"Hey, aku masih berbicara, meow! Apa kau akan pergi? Tunggu!", seru (Your name) tanpa sadar. Tiba-tiba saja ia berteriak seperti itu. Jujur saja, perasaan didalam hatinya masih belum merelakan Nijimura untuk pergi dari sana.
Mendengar seruan itu, Nijimura pun menghentikan langkahnya. Bola mata hitamnya kembali menatap manik (Eyes colour) milik (Your name) yang indah. Walau masih tergambar jelas rasa sakit di kedua bola mata sewarna batu obsidian tersebut.
"Kumohon datanglah kesini dengan senang hati lagi besok. Aku akan menunggumu", ucap (Your name) pada akhirnya dengan senyuman lembut. Tak ada gunanya lagi sekarang untuk menjaga image. Kucing itu tahu bahwa saat ini memang ia tidak ingin melihat Nijimura sedih.
Kedua bola mata si kucing hitam membulat sempurna. Raut terkejut terlihat jelas di wajahnya.
'Aku tidak salah dengar 'kan?', tanya Nijimura kepada diri sendiri, mulai meragukan pendengarannya.
Tapi setelah menyadari bahwa apa yang didengarnya barusan memang bukanlah sebuah kesalahan, ia pun tersenyum dan mengangguk.
"Tentu saja"
Lalu Nijimura pergi. Kesedihannya seketika hilang begitu saja seolah-olah tak pernah dialaminya sejak tadi. Mood nya benar-benar berbeda total dengan beberapa saat lalu. Dan sepanjang jalan, Nijimura tak henti-hentinya memikirkan apa yang akan ia bawa besok ketika datang kembali ke rumah (Your name)
.
A/N:
Oi oi, readertachi~! Saya kembali dengan cerita absurd lagi~ Nah, fic kali ini saya buat berdasarkan lagunya Len sama Gumi yang "Aa, Subarashiki NYAN-sei" (kalau tidak salah *plak*) Tehehe, gak jelas sekali ya? Maa, yaa maap.
Saa, jaa matta, readertachi~!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro