Tugas, 20 Juni
'Kuat' satu kata yang mudah sekali setiap orang katakan padaku. Tapi pada kenyataannya kata 'kuat' sendiri tak mampu mengubahku jadi wanita tangguh.
Begitu kata cemoohan kudengar, kata 'kuat' itu hilang dan berganti kepedihan. Bak garam yang ditaburkan pada luka menganga. Bisa kamu bayangkan sesakit apa rasanya? Sudah cukup aku sakit karena penantian ini, lalu apakah harus ditambah lagi dengan cemoohan?
Mengapa sebagian besar orang selalu lebih mudah mengatakan kalimat menyakitkan? tanpa memikirkan efek kata-kata yang mereka ucapkan bagi orang lain. Sedang kesempatan jadi orang baik justru diabaikan.
"Dalam jasad manusia ada segumpal darah. Jika dia baik, maka baiklah seluruh jasadnya. Dan jika dia buruk, maka buruklah seluruhnya. Segumpal darah itu adalah hati."
Itu yang sering kamu ucapkan dikala aku merasakan perasaan sedih dan sakit. Entah hanya sebagai penghiburan agar aku tak berprasangka buruk pada siapa pun, atau kamu memang sengaja membuatku selalu ingat, bahwa kita tak bisa menuntut orang lain untuk selalu menyenangkan diri kita.
Beberapa orang selalu tak memiliki pilihan untuk hidupnya. Sedang beberapa yang lain memilikinya. Hanya saja, kebanyakan manusia selalu memilih pilihan yang salah. Membelok dari apa yang seharusnya. Tanpa pernah tahu bahwa di sisi yang lain ada sebagian yang ingin seperti dirinya.
Sejatinya, manusia memang tak pernah puas dengan urusan dunia. Selalu ada keinginan memiliki yang lebih dari yang dicapainya saat ini.
Pun dengan aku. Meski jauh di dasar hati ini aku hanya ingin hidup sederhana, dan apa adanya. Bagiku, semua tempat di bumi ini akan menjadi menyenangkan asal ada kamu. Ya, sesederhana itu aku ingin menjalani hidup denganmu. Tak perlu mewah, apa lagi berlimpah. Cukup kamu, aku dan dia. Dia yang belum dihadirkan Tuhan di antara kita.
Perkara dia, kau tahu? Aku sesabar apa menantinya. Meski terkadang rasa sepi ini perlahan seperti membunuhku. Rasa rindu dalam dada kian menghimpit setiap harinya. Sering aku bertanya pada-Nya dalam setiap sujudku. Harus berapa lama lagi aku menunggu? Tidakkah Kau tahu aku mulai lelah?
Pikiran-pikiran itu selalu nenghadirkan perasaan kacau dan tak karuan. Kadang membuatku berpikir buruk pada-Nya. Apa kah benar Dia menyayangiku? Hingga karena terlalu sayangnya sampai tega membiarkan aku menunggu seperti ini.
Kamu tahu, kan, menunggu itu melelahkan. Apa lagi menunggu ketidak pastian ini. Aku hanya berharap dia mendengar pengharapanku. Meski harapan itu bahkan belum menemui muaranya. Maaf, karena telah berpikir buruk pada-Mu. Padahal, Kau yang paling tahu yang terbaik bagi setiap hamba-Mu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro