Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tak Kenal Maka Tak Sayang

MK.Laylha, adalah nama pena dari Laila Wahyuni. Aku adalah seorang ibu rumah tangga sekaligus karyawan outsorching di sebuah perusahaan BUMN, yang kebetulan hobi menulis sejak usia sepuluh tahun.

Karya pertama ditulis saat kelas V Sekolah Dasar, sebuah puisi berjudul "Bulan Purnama". Setelah itu, tambah giat membuat puisi yang rata-rata temanya tentang alam, keluarga, pertemanan, dan cinta. Ditulis dalam buku khusus yang sudah hilang entah ke mana 😥. Pelajaran yang paling disukai, tak lain dan tak bukan, adalah Bahasa Indonesia.

Saat remaja, tepatnya kelas dua SMP. Iseng-iseng nyoba nulis cerpen, yang judulnya terlupakan. Naskah tersebut aku tulis tangan dalam beberapa lembar kertas folio. Tapi, tidak pernah terpublikasi. Cerpen bergenre sicklit, ending-nya sad banget, dan nama tokoh utamanya Ryan yang terinspirasi dari aktor tahun 1990-an bernama Ryan Hidayat. Kalau kalian pernah baca atau nonton film "Lupus" pasti kenal dengannya. Aktor idola masa itu, sayang usianya tidak panjang dan meninggal dunia saat karirnya sedang meroket.

Masa awal menulis, aku pengen banget belajar teknik nulis yang benar, tapi aku tidak tahu harus nyari mentor di mana, bergabung ke komunitas apa, dan ke mana harusnya sebuah naskah dikirim? Apalagi internet belum ada, bahkan saluran televisi pun baru ada TVRI aja.

Tahun 1995-an, sempat vakum nulis beberapa waktu karena pindah domisili dari Jakarta ke Lampung. Masih penyesuaian kultur juga, adaptasi lagi dengan teman baru, dan sedang proses nyari pacar lagi. He-he. #canda 😁😁😁

Pas kelas dua SMA--sekarang sebutannya kelas 11--aku mulai nulis lagi dan dipercaya sebagai koordinator majalah dinding (mading) kelas. Saat itu, setiap kelas diberi kesempatan membuat dan memasang mading secara bergantian setiap minggunya. Akhirnya, puisiku pun terpublikasi.

Era 90-an masih ramai dengan acara tisam--titip salam--lewat siaran radio. Nah, salah satu puisiku dibacakan dalam sebuah siaran radio lokal yang programnya memang pembacaan puisi atau surat, di situ si pembaca (aku, tentunya) bisa pula menyampaikan salam kepada teman, keluarga, atau gebetan 🤭 (khusus ini, harus janjian dengan mereka yang akan dikirimi pesan dulu, supaya standby di channel dan jam tertentu). Ribet, yak! He-he.

Selain itu, pernah ngirim cerpen ke Majalah Gadis, tetapi enggak dimuat 😅. Setidaknya, udah mau nyoba. #keepfight

Semasa kuliah, masih stuck hanya nulis puisi. Tapi, kesenangan menonton film layar lebar dan baca buku sangat menggila saat itu. Aku penggemar berat buku-buku JK. Rowling, Dan Brown, Chiung Yao, dan Stephenie Meyer. Koleksi buku juga cukup banyak, terutama komik dan novel. Namun, hobi itu sekarang rada mandek berhubung kudu menyesuaikan isi dompet, terpaksa sekarang enggak bisa ngerampok toko buku lagi atau nonton sehari dua kali di studio yang berbeda. #hahaha

Pas kuliah itu juga, aku baru merasakan senangnya dibuatkan puisi cinta oleh orang lain. Sampai sekarang, masih terbayang betapa berbunga-bunganya hati ini, saat seorang kakak senior; sahabat semasa SMA; dan kekasih pernah memberikan hadiah berupa puisi. 😍 Untung jantung masih aman.

Namun, anehnya di zaman kuliah itu juga, aku sangat jarang membuat karya. Puisi-puisi yang tercipta pun seakan tak memiliki nyawa, mungkin efek ditolak oleh kawan satu organisasi yang aku tembak lewat puisi. 🤔 Setelahnya, hanya puisi patah hati yang berhasil tercipta. Hebatnya masa ini berlangsung cukup lama sampai aku menikah.

Pada tahun 2013 s.d 2017, hasrat menulis tiba-tiba bangkit kembali. Mungkin, karena anak-anak sudah mulai besar, jadi punya waktu luang buat surving di internet dan menemukan sebuah artikel tentang menulis skenario. Aku pun mencoba membuat beberapa skrip film. Juga mengumpulkan banyak ide, tetapi sekali lagi tidak tahu harus lanjut belajar dengan siapa? Sebab enggak punya tempat bertanya juga lingkungan yang kurang mendukung. Di masa-masa ini, aku belajar secara autodidak ngebuat blog dan beberapa judul novel yang tidak tamat. Oh, iya. Pernah ikut lomba menulis puisi di tahun 2017, walau enggak menang puisiku termasuk penilaian "Layak Dibukukan". Buku pertama pun terbit, rasanya senenggg banget.

Qodarullah. Akhir tahun 2019, diperkenalkan aplikasi menulis online oleh anak gadisku, yaitu Wattpad. Beberapa ide pun di-posting di sana, tetapi agak frustrasi karena cuma punya sedikit pembaca dan pengikut. Bingung lagi, dong. 

Aku harus bagaimana? 

Apalagi seorang atasan yang tahu tentang hobiku pernah bilang, "Hobi itu harus bisa menghasilkan." 

Sampai takdir mempertemukan aku dengan seorang adik kelas zaman SMP yang kebetulan satu organisasi, tapi beda generasi. Beliau adalah pemusik sekaligus penulis. Lewat dirinya, aku mengikuti sebuah tantangan menulis setiap hari, 30 Day Writing Challenge alias 30DWC.

Aku pun mencoba tantangan tersebut dan berhasil menyabet beberapa predikat salah satunya sebagai Unstopable Writer di Jilid 22, Persistent Writer di jilid 24 dan 31. Bagiku, komunitas ini adalah pintu gerbang masuk menuju dunia literasi.

Di 30DWC, aku mengenal penulis novel-novel sicklit, bernama Hwarien. Kebetulan kami satu squad di jilid 22. Beliau inilah orang yang aku anggap sebagai mentor menulis pertama. Kami bertukar kontak dan aku terus mengikutinya. Suatu hari, aku diajak olehnya untuk nulis bareng cerpen bersama komunitas Ilogophile, antologi cerpen pertama pun terbit di tahun 2020.

Setelah Ilogophile, aku pun mengikuti Anfight--komunitas milik Kak En juga-- dan berhasil menjadi alumninya. Bersama teman-teman sesama alumni, aku telah menelurkan lebih dari sepuluh judul novel sejak pertengahan tahun 2020. Pencapaian yang luar biasa untukku dan menulis pun jadi candu.

Dari sini, aku mengenal banyak kawan sesama penulis. Pengalaman di dunia literasiku pun bertambah, ilmu dari para mentor-mentor hebat pun bisa terserap, mengikuti beberapa komunitas, dan event-event menulis, serta dapat turut menyumbang pemikiran melalui sebuah karya. Selain itu, aku mulai mempelajari cara branding diri dan karya, desain sampul buku sendiri, sampai mendalami lagi fotografi, desain, dll. Bersama mereka, aku belajar mengoptimalkan sosmed yang tadinya sebagai tempat curhat, menjadi wadah promosi karya.

Alhamdulillah, aku pun telah ikut dalam menulis belasan buku antologi cerpen dan puisi, dapat menerbitkan buku solo, dan aktif sebagai author di salah satu platform menulis online. Senang rasanya bisa menemukan duniaku lagi di saat usia telah mencapai 40 tahun. 

Apakah selama menulis sudah punya prestasi?

Prestasi itu suatu keharusan, kita harus punya ambisi melakukan sesuatu dengan kemampuan terbaik. Alhamdulillah lagi, berkat doa (plus doa mama, suami, para sahabat, dan anak-anak) serta usaha pantang menyerah, aku memiliki beberapa prestasi yang bisa dicek pada setiap penutupan kegiatan menulis yang aku ikuti. Walaupun tidak semua, lumayanlah untukku yang newbie di dunia tulis-menulis ini.

Bagiku, prestasi bukan sekadar pencapaian. Melainkan sebagai pecutan lain untuk tidak cepat berpuas diri. Boleh bangga, tetapi jangan melayang sampai lupa menjejak bumi.

Selanjutnya, aku ingin bisa terus eksis menulis sehingga bisa bermanfaat bagi orang banyak. Masih mau belajar banyak, selain itu pengen banget mengaktifkan lagi komunitas nulis yang aku buat dulu khusus untuk penulis-penulis asal Lampung, yaitu Writer's Zone Lampung. In sha Allah. Aamiin ....

Demikian, perkenalan yang tidak singkat ini. Semoga jadi tambah sayang dan berkenan membaca tulisan-tulisanku berikutnya. 

Btw, di sini aku hanya menulis judul, sinopsis, perkenalan tokoh, dan tempat di mana kalian bisa membacanya, ya. Terima kasih atas dukungannya. 🤗😘😘

Sekian dan salam kepo! 🙏☺

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro