Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Haters - Zero x Alessia & Taiga x Tia

Yeay dapet request pertama dari sakura001459

Siapa sih yang gak kenal dengan dua ultra yang sudah terkenal seplanet ultra ini, sebut saja Zero dan Taiga. Ya walaupun yang lebih terkenal tuh Zero ya. Namun apakah kalian pernah berpikir kalau gak hanya idol saja yang punya haters, tapi mereka juga.

Semua berawal dari Zero yang tengah dalam perjalanannya membeli pudding coklat kesukaan sang pacar, Alessia, di toko manisan yang menjadi langganannya. Lokasinya dekat dengan markas Dimension Force (DF) yang merupakan tempat Alessia bekerja.

Sesampainya di toko tersebut, seperti biasa kasir toko tersebut menyapa Zero dengan ramah.

"Pagi mas Zero. Mau beli pudding coklat lagi buat pacarnya?"

"Ahahaha ... tahu aja mba."

"Ya gimana ya, namanya juga udah langganan. Pastinya kami sudah tahu apa yang paling sering dibeli pelanggan setia kami." Zero hanya menanggapinya dengan tawa. Setelah itu mba kasir tersebut meminta tolong temennya untuk mengambil pudding coklat untuk Zero.

"Aku akan melihat yang lain. Jadi puddingnya aku titip dulu ya." Mba kasir tersebut mengangguk sambil tersenyum. Akhirnya Zero pergi melihat produk-produk lainnya. Ketika Zero menghampiri satu produk, tak sengaja ia mendengar 2 orang yang tengah membisikkannya.

"Pst, tahu gak? Tadi aku lihat ada Zero-san."

"Aku juga lihat. Cih, dia sok ramah banget sama pelayan kasirnya. Apalagi sok romantis banget sih, beliin buat pacarnya. Itu buat pencitraan aja atau gimana tuh?"

"Makanya itu. Dan kau tahu, udah punya pacar aja masih tebar pesona sama cewek-cewek yang lain. Mana cewek-cewek bodoh kayak mereka tuh masih aja kleplek-klepek ama dia."

"Gak hanya itu jeng, kau tahu kan rumor dulu. Dia adalah ultra pertama dengan dua warna tubuh. Kayak asing gitu lo. Dan aneh juga sih."

"Ah benar. Apalagi rumor ini, katanya dia pernah mau mengambil Plasma Spark lo. Ya untung aja dicegat sama salah satu Ultra Bersaudara."

"Itu apa pacarnya gak tahu atau bodo banget sih? Mau aja terima ultra kayak dia. Kalau aku sih, ogah yaw~"

"Sama jeng." Dan kedua ultra itu tertawa tanpa mengetahui kalau Zero tengah mendengar pembicaraan mereka. Entah mereka sengaja atau tidak, tapi Zero sudah mengetahuinya. Setelah mendengar itu, Zero memilih untuk kembali ke kasir untuk membayarnya dan langsung pergi. Mba kasir tersebut terlihat bingung dengan ekspresi Zero tersebut.

"Masnya kok tiba-tiba jadi murung ya?"

Dalam perjalanan pulang, ia kembali mengingat perkataan dua ultra tersebut. Namun semakin lama ia memikirkannya, pikiran dan perasaan buruknya mulai menguasai dirinya. Hingga tak sadar, ia sampai menabrak pohon besar.

"Aduh!" Zero meringis kesakitan sambil menyentuk wajahnya. "Ah sialan, gara-gara omongan dua ultra itu, aku jadi pikiran." Wajah Zero pun terlihat kusut.

"Gua tahu kalo gua emang gak sempurna dan punya masa lalu yang kelam. Tapi kalau mau jelekin gua apa perlu sampai Sia diikutsertakan, hah?!"

"Hah? Aku diikutsertakan dalam apa?" Baru aja Zero habis marah-marah, eh datang pula ultranya. Auto terkejutlah Zero.

"Eh buset! Eh? Sia? Kok bisa disini?"

"Oh ini ... kebetulan mau beli-" Alessia terdiam kala melihat sekantong plastik yang dipegang Zero. Zero yang menyadari itu segera memberikan kantong plastik tersebut ke Alessia. "Ini pudding, makan aja sendiri. Aku mau pergi dulu." Zero  pun pergi meninggalkan Alessia yang bingung dengan sifatnya Zero.

"Zero kenapa sih?" Karena penasaran, Alessia diam-diam mengikuti Zero hingga membawanya ke sebuah ladang bunga, tempat Zero dan dirinya menghabiskan waktu.

Zero pun berjalan menghampiri pohon besar disana, kemudian duduk sambil menyenderkan tubuhnya pada batang pohon.

Zero menghela nafas, kemudian berkata, "Gua tahu ... gua tahu kalau banyak ultra yang gak suka dengan warna tubuh gua dari dulu. Katanya gua ultra yang aneh. Gua tahu kalau dulu gua pernah ngambil itu plasma spark. Dan gua ngaku kalo gua salah. Tapi gua juga yang ngembalikannya." Zero terdiam sejenak kemudian berkata lagi, "Gua pacaran ama Sia juga terlihat salah di mata mereka. Kayak ... yaudah sih, kalau emang mereka gak suka ama gua, ngomong ama gua langsung aja napa sih? Gak usah pake acara bisik-bisik. Dan gua paling benci kalo ada yang jelekin Sia. Gua bingung ama mereka, emang salahkan kalau gua suka sama Sia? Emang salah kalau Sia juga suka gua? Emang di mata mereka, Sia tuh gak pantas apa ama gua?"

Perkataan terakhirnya membuatnya langsung berpikir, "Apa emang ... apa emang Sia tuh gak cocok ama gua ya? Ya gimana ya, gua punya dua warna tubuh yang aneh. Gua juga udah melakukan kejahatan kayak gitu. Gua rasa ... kayaknya Sia mau terima gua gara-gara dia ... rasa kasian ama gua kali ya?" Zero hanya bisa tersenyum kecut sambil membayangkan apa yang mereka katakan mungkin saja ada benarnya.

"Kamu ngomong apa sih Zer? Gak jelas banget deh." Zero pun terkejut kala mendengar suara tersebut.

"Lho? Sia? Kok bisa-" Alessia mengmapiri Zero, kemudian menggenggam kedua bahu Zero sambil berkata,

"Zer, kamu kenapa sih? Kok tiba-tiba mood-mu down gak jelas gini?" Siapa yang tidak khawatir kalau tiba-tiba pacarnya bertingkah aneh seperti ini? Zero terdiam karena masih memikirkan perkataan dua ultra sebelumnya. Tak lama ia berkata, "Sia, kita putus aja ya."

Tiba-tiba hati Alessia terasa sakit seperti ditusuk pisau ketika mendengar kata "putus" keluar dari mulutnya Zero. Di sisi lain, Alessia heran dengan maksud Zero.

"Maksudmu apa sih Zer?! Kok tiba-tiba ngomong gini? Emang aku ada salah apa sama kamu?!"

"Kamu gak salah kok. Aku yang salah." Setelah itu Zero menceritakan kejadian tadi yang membuat Alessia emosi hingga menampar Zero. Tentu Zero kaget dengan hal ini. Namun setelah itu Alessia langsung memeluknya agak lama. Kemudian terdengar isakannya Alessia.

"Hiks ... kamu tuh bodoh atau gimana sih?! Mau aja denger ocehan mereka yang gak jelas gitu."

Kemudian Alessia melepaskan pelukannya. "Kamu kira aku suka kamu karena aku kasihan denganmu? Aku gak peduli dengan dwi-warna tubuhmu ini. Menurutku ini unik. Untuk masa lalumu aku udah tahu dan aku menerimamu apa adanya. Kalau pun suatu saat itu terjadi lagi, aku akan menghentikanmu."

Alessia diam sejenank untuk menenangkan diri, kemudian kembali berkata, "Nee Zer, denger ya, kamu tuh ultra yang paling spesial di seluruh semesta. Kamu tuh sangat spesial bagi kita semua. Seburuk apapun dirimu, kamu juga punya sisi baiknya. Kamu punya kelebihan, tapi kamu juga punya kekurangan dan itu wajar Zer. Semua makhluk sama."

Zero hanya diam mendengar setiap ucapan Alessia.

"Jadi intinya adalah, gak usah dengerin ucapan orang yang buruk-buruk tentangmu. Karen a
kamu adalah kamu! Zero adalah Zero! Tapi lain cerita kalau orang memberikan masukan, itupun masukan yang baik ya. Nah, kamu terima masukan itu, biar kamu semakin baik lagi." Setelah itu Alessia tersenyum lembut walau masih menitikkan air mata.

Setelah mendengar perkataan Alessia yang cukup panjang, membuat Zero tersadar. Kemudian Zero memeluk Alessia.

"Makasih Sia udah menyadarkanku. Maaf kalau aku bodoh kayak gini." Alessia pun mengelus belakang Zero dan berkata, "Um, sama-sama Zer."

Kemudian Zero melepaskan pelukan mereka, kemudian memegang pipinya bekas tamparan Alessia sebelumnya.

"Ah, satu lagi. Tamparanmu keras juga ya. Pipiku sampai rasa panas lo nih."

"Salah sendiri." Kemudian Alessia tertawa yang diikuti Zero. Berakhir dengan mereka berdua tertawa bersama. Melihat Zero tertawa membuat Alessia senang. Akhirnya ia bisa mengembalikan senyumannya Zero yang biasanya ia lihat.

Tanpa mereka berdua sadari, sedari tadi ada yang tengah mengawasi mereka.

"Ternyata masalah Zero-san mirip Taiga ya. Tapi bedanya, di mata ultra lain Taiga tuh seperti anak spesial karena Taro-san dan ayah ultra. Makanya mereka membanding-bandingkan dia dengan ayah dan kakeknya. Dan nee-chan memberikan nasihat seperti itu ya. Kurasa aku juga akan melakukannya."

Ultrawoman tersebut, atau Tia, segera pergi mencari Taiga dan mencoba untuk menasihati Taiga dengan caranya sendiri. Dan pada akhirnya Taiga merasa lebih baik. Tia merasa senang karena Taiga sudah kembali menjadi dirinya yang biasa.

"Makasih ya Tia udah ngingetin aku. Maaf kalau aku kayak gini. Aku jadi gak kelihatan keren, malah nunjukin kelemahanku."

"Heh Taiga, kamu gini bukan berarti kamu lemah. Itu wajar Taiga, kamu punya masalah, kamu sedih, itu wajar. Selama kamu gak berdiri di tempat terlalu lama aja, itu gak baik."

"Um, bener. Aku akan membuktikan kalau aku adalah aku. Aku adalah Ultraman Taiga, Hikari no Yuusha!"

Kemudian Tia tersenyum. "Um, semangat Taiga! Aku akan mendukungmu!" Ucap Tia dengam semangatnya sambil tersenyum yang membuat wajah Taiga memerah.


Omake

Setelah keadaan tenang, Alessia dan Zero memakan puding yang dibeli Zero sebelumnya. Mereka berdua menikmatinya dalam diam, hingga Alessia angkat bicara.

"Nee Zero ..."

"Um?"

"Jangan kayak tadi lagi ya. Tiba-tiba bilang putus. Tadi aku tuh kaget setengah mati."

Setelah itu Sia menangis lagi yang membuat Zero harus menenangkannya dulu sambil meminta maaf pada Alessia.



Yeay akhirnya request pertama di book ini dah jadi! Nah kalau kalian mau request, jangan lupa tulis di kolom komentar atau langsung dm wp aku ya. Ingat ketentuannya di chapter NOTE ya. Sekian dan makasih semuanya!!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro