(AB)NORMAL TAE || (BTS) V || FICLET
Author: Anditia Nurul || Rating: PG-13 || Length: Ficlet || Genres: Friendshi & Fluff || Casts: (BTS) V / Taehyung & (OC) KimTaera || Disclaimer: I own nothing but storyline || A/N: Edited! Sorry for typo(s).
***
Pukul delapan, aku tunggu di lobby hotel.
"SMS dari siapa?" tanya Yeri, teman yang duduk semeja denganku di restoran hotel. "Taehyung lagi, ya?" tebaknya, lantas menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.
Aku mengangguk.
Yeri tertawa pelan. "Taehyung sungguh gencar mendekatimu, ya? Kalau aku jadi kau, mungkin aku akan berpikir untuk menjadikannya kekasih. Terlebih, setelah melihat apa yang dia lakukan padamu selama kita di Jeju, dia sangat suka padamu."
Aku langsung bergidik ngeri. "Ya! Kalau Taehyung bisa bersikap seperti orang normal, mungkin aku akan berpikir sepertimu. Tapi kau tahu sendiri, kan, Taehyung itu seperti apa orangnya? ANEH! ABSURD! ABNORMAL!" tuturku dengan penekanan pada tiga kata terakhir. "Aku masih normal. Dan sebagai orang normal, mustahil untuk menyukai laki-laki seperti Taehyung!"
"Taehyung itu tampan, lho, Taera."
"Ini bukan masalah tampan atau tidak, tetapi masalah normal atau tidak," sanggahku. "Bayangkan, dia memakai pakaian sobek di bahu saat kita berangkat menuju Jeju. Saat kutanya, kenapa pakaian robek, kau tahu dia jawab apa?"
"Memangnya dia menjawab apa?"
"Dia bilang, 'Aku mengguntingnya sendiri. Fashion terbaru. Bagus, kan?'. Gila, 'kan?" Mana ada orang yang menggunting pakaiannya sendiri dan dengan percaya dirinya memakai pakaian seperti itu di tempat umum?"
"Taehyung tidak aneh, sih, sebenarnya. Dia unik."
"Dia aneh!" tegasku. "Dan sekarang, bukannya ikut sarapan, dia malah mengirimiku pesan untuk bertemu dengannya di lobby hotel."
"Kau mau menemuinya?" tanya Yeri.
Kuhela napas panjang, kemudian mengangguk. "Harus ada seseorang yang memberitahunya untuk berhenti bersikap aneh. Juga, harus ada seseorang yang memberitahunya agar berhenti mendekatiku lagi."
"Poor Tae."
***
Sejak tiga hari yang lalu, aku dan teman-teman sekelas berwisata ke Pulau Jeju. Selain untuk refreshing setelah melewati Ujian Akhir Semester, wisata ini juga untuk meningkatkan keakraban di antara kami. Jujur, aku bisa dikatakan telah akrab dengan teman-teman sekelasku sebab aku termasuk orang yang mudah beradaptasi. Hanya saja ..., ada satu orang yang selalu kuhindari di kelas karena dia adalah orang teraneh yang pernah kukenal.
Namanya Kim Taehyung.
Seperti kata Yeri, dia tampan. Sejujurnya di adalah laki-laki paling tampan di antara dua belas laki-laki yang berada di kelasku. Namun bagiku, ketampanannya itu berhasil tertutup oleh keanehannya, bahkan sejak kami pertama bertemu.
"Hai! Kau mahasiswi di kelas 1C Fakultas Tata Kota, kan?"
Kala itu, aku sedang duduk di taman baca fakultas, tahu-tahu Taehyung datang menghampiri. Awalnya, dia terlihat normal, terlebih dia pun tampan. Maka, aku tidak punya alasan untuk menyambutnya dengan ramah.
"Iya," aku menyahut.
"Namamu Kim Taera, 'kan?" Aku mengangguk. Tidak lama, ia menjulurkan tangannya padaku, lantas berkata, "Namaku Kim Taehyung. Kim Taera, Kim Taehyung, nama kita hampir mirip. Mungkin kita jodoh ... hehehe."
Enough said.
Sejak itu, aku mulai menjaga jarak dengannya.
Namun, itu adalah hal tersulit yang harus kulakukan sebab sejauh apapun aku membuat jarak darinya, Taehyung selalu mengeliminasi jarak yang kuciptakan.
"Kim Taera!"
Aku nyaris beranjak ke kamar ketika aku mendengar suara berat itu. Ya, itu suara Kim Taehyung. Kutolehkan kepalaku ke asal suara dan—WHAT THE? Apa yang terjadi pada rambutnya? Oh! Wait! Apakah dia juga memakai contact lens?
Aku ternganga melihat Taehyung yang menghampiriku dengan dandanan super nyentrik. Rambutnya dicat dengan warna merah terang dan ia mengenakan soft lens yang cukup besar untuk ukuran lensa mata orang normal. Untuk sesaat, kupikir dia adalah salah satu tokoh yang berada di dalam film animasi Alice in Wonderland.
"Apa yang terjadi padamu, hah?" tanyaku dengan jenis pandangan yang—ah, aku sedikit tidak tega untuk mengatakannya.
Bukannya menjawab pertanyaanku, Taehyung malah berkata, "Ayo, kita pergi."
"Pergi? Kau mau mengajakku ke mana, hah? Kenapa pakaianmu seperti itu? Aneh sekali."
"Aku akan mengajakmu ke Wonderland."
Ha?
"Tidak! Aku tidak mau pergi kalau kau mengajakku ke tempat yang aneh. Apalagi dandananmu hari ini juga sangat aneh. Aku tidak mau menjadi pusat perhatian."
Namun, Taehyung malah tertawa pelan.
"Sudahlah. Ayo, pergi. Kita terlalu banyak membuang waktu di sini."
Dan, Taehyung langsung menarik tanganku keluar dari lobby hotel.
***
"Ini tempat apa, hah? Kita mau apa di sini?" tanyaku, setengah panik.
Taehyung membawaku ke sebuah tempat seperti rumah yang terletak di tepi tanah lapang yang sangat luas. Aku dan Taehyung bahkan harus berjalan kaki sekitar lima belas menit dari halte bus untuk tiba di tempat ini.
"Jangan cemas. Aku tidak akan melukaimu. Aku tidak akan macam-macam. Tenang saja," jawab Taehyung.
Dia seenaknya menyuruhku untuk "jangan cemas", tetapi membawaku ke tempat sepi seperti ini. Bagaimana aku tidak cemas? Apalagi ... dia orang aneh. Bukan tidak mungkin kalau—
"Oh, Kim Taehyung! Kau sudah datang?" Seorang pria bertubuh gemuk dan pendek muncul dari balik ruang belakang. "Omong-omong, apa yang terjadi padamu? Penampilanmu sungguh berbeda hari ini."
Tuh, kan?
Aku yakin, Paman ini pun berpikir kalau Taehyung itu orang aneh.
"Tapi, menarik. Paman suka."
Atau mungkin tidak.
"Terima kasih, Paman," kata Taehyung. "Oh, ya, apa sudah siap?"
Siap? Apa yang siap?
Paman itu tersenyum. "Ya, sudah. Ada di halaman belakang," jawab sang paman. Tidak lama, beliau melirikku dan berkata, "Taehyung punya kejutan untukmu, Gadis Manis."
Aku hanya menyengir. Kuharap bukan sesuatu yang aneh.
"Ayo, Taera. Kau harus melihat kejutan yang kupersiapkan."
***
Memandang perpaduan tanah lapang, hutan-hutan kecil, kebun bunga dan bukit-bukit kecil dari ketinggian sekian puluh meter di atas balon udara merupakan hal yang sungguh menakjubkan bagiku. Semilir angin yang bertiup, matahari yang belum begitu terik, semuanya sangat mendukung.
Untuk pertama kalinya, hal yang dilakukan Taehyung untukku, bukanlah sesuatu yang aneh.
"Ini bukan sesuatu yang aneh, kan?" Taehyung yang berdiri di sebelahku, membuka mulutnya.
Aku menoleh ke arahnya, tersenyum. "Untuk pertama kalinya, Kim Taehyung, yang kau lakukan untukku ini bukan sesuatu yang aneh."
Laki-laki itu tertawa. "Kau suka?"
Aku mengangguk.
"Bagaimana denganku?"
"Ha?"
"Apa sekarang kau menyukaiku?"
What the ... apa maksudnya? Apa dia sedang menyatakan perasaannya padaku atau—
"Apa sekarang kau menyukaiku? Paling tidak, menyukaiku sebagai seorang teman?" jelasnya. "Di antara semua teman sekelas, kau hanya menghindariku saja. Apa aku tidak layak untuk menjadi temanmu?"
"Taehyung, a-aku—"
"Ya, aku memang aneh. Sifatku kadang tidak terduga. Tapi ..., apa orang aneh sepertiku tidak pantas mendapatkan seorang teman istimewa? Tidak pantas untuk diingat?"
Duh! Bagaimana, ya?
Kalau dipikir-pikir, aku memang sudah keterlaluan padanya. Aku selalu menghindarinya, tidak mau dekat-dekat dengannya, bahkan mengomel sepanjang hari karena mendapat satu pesan atau telepon darinya.
"Sepertinya memang tidak pantas, ya?" Dia mengambil simpulan sendiri.
Kualihkan pandanganku ke arah pemandangan di bawah sana, lantas kuhela napas panjang. "Begini, ya, Kim Taehyung. Aku minta maaf karena selama ini aku menghindarimu. Aku tidak bermaksud untuk sejahat itu, tapi—"
"Aku membuatmu malu?" potongnya.
Aku kembali menoleh ke arahnya, mengangguk dengan polosnya.
Taehyung tertawa pelan. "Maafkan aku," tuturnya. "Sepertinya, mulai sekarang aku harus belajar bersikap normal agar tidak membuat malu orang-orang di sekitarku."
"Tidak! Tidak!" potongku. "Mungkin, akulah yang harus belajar menerima keadaan orang-orang di sekitarku. Seaneh apapun kamu, kamu adalah teman sekelasku."
"Ya! Ya! Apa kau bermaksud untuk mengatakan bahwa kau bersedia menjadi temanku?" tanya Taehyung, bersemangat.
"Untuk sementara, HANYA TEMAN!" timpalku.
"Untuk sementara?" tanya Taehyung, lagi.
Eh?
"Jadi, sekarang aku punya peluang untuk menjadi teman istimewa?"
Kugidikkan bahuku. "Kita lihat saja nanti."
***
"Kau terlihat aneh, Taera." Suara Yeri menembus gendang telingaku. "Sejak pulang dari suatu tempat bersama Taehyung, kau jadi senyum-senyum sendiri. Astaga! Virus aneh Taehyung sudah menyebar. Gawat! Begitu kita pulang ke Seoul nanti, aku akan melaporkan ini ke Departemen Kesehatan!"
"YA! Kau bicara apa, Yeri?" Aku yang tadinya berbaring, bersiap untuk tidur, seketika mengambil posisi duduk setelah mendengar apa yang dikatakan Yeri.
"Kamu aneh setelah seharian kencan dengan Kim Taehyung!"
"Aku dan Taehyung tidak pergi kencan!"
"Lalu, apa?"
"Kami hanya pergi naik balon udara dan ..."
"Dan?"
-Flashback-
"Jadi, sekarang aku punya peluang untuk menjadi teman istimewa?"
Kugidikkan bahuku. "Kita lihat saja nanti."
Taehyung tidak menimpali ucapanku barusan. Lelaki yang hari ini terlihat seperti pangeran kecil yang keluar dari buku dongeng, tampak fokus menikmati pemandangan yang ada. Dilihat dari tempatku berdiri, saat ini, untuk beberapa saat, keanehannya itu tertutupi oleh indah rupanya.
To be fair to Taehyung, aku tidak seharusnya menjauhi dia hanya karena sifatnya yang aneh. Dia pun pasti tidak meminta dilahirkan dengan sifat seperti itu. Dan, aku juga tidak bermaksud menyalahkan Tuhan yang memberikan sifat seperti itu kepada Taehyung. Kalau diingat-ingat, sudah banyak hal dilakukan Taehyung yang membuatku terhibur. Termasuk, naik balon udara ini.
"Kim Taera?" Lagi, suara berat Taehyung membelai indra pendengaranku.
"Ya?"
"Tidak apa-apa. Aku hanya kaget, kau memperhatikanku seperti itu. Apa aku benar-benar aneh dengan dandanan pangeran kecil dari ini, hm?"
Aku tertawa, lalu menggeleng cepat. "Tidak. Kau tampan."
"Eeyyy!"
"Jangan besar kepala dulu!" tegurku.
"Iya, iya. Aku tahu."
"Omong-omong," kataku, "aku mau menanyakan sesuatu padamu, Kim Taehyung."
"Apa?"
"Kenapa selama ini kau menyukaiku meskipun aku selalu menghindarimu? Kenapa tidak mencari gadis lain yang mau menerima sifatmu yang ..., ehm, agak sedikit abnormal?" tanyaku hati-hati.
"Itu karena ..." Taehyung sepertinya sengaja membuat jeda karena tahu aku penasaran, "kau seperti balon udara ini."
Keningku mengernyit. "Aku seperti balon udara? Maksudmu?"
"Kamu indah. Kamu menyenangkan. Dan, kamu membuatku selalu merasa seperti terbang tinggi hanya dengan melihatmu."
-End Of Flashback-
"Dan dia mengatakan kalimat menjijikkan itu? Astaga!"
Kulempar bantal ke arah Yeri. "Itu bukan kalimat menjijikkan, Yeri!" pekikku kesal.
Yeri kembali melemparkan bantal itu ke arahku, lalu berkata, "Terserah! Pokoknya, sekarang kamu juga aneh seperti Kim Taehyung!"
-THE END-
AAA!!! Nge-feel ga, sih?
Need review T.T
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro