
Skenario AI
Judul : Skenario AI
Dibuat untuk : tugas Unlimited Writer
Tema Project : bebas (AI)
Genre : Fiksi Ilmiah
Tanggal Publikasi: 19 Maret 2023
***
[Status: Dimulai]
AI, atau Artificial Intelligence, adalah istilah program komputer yang meniru kemampuan manusia; seperti pemrosesan informasi, pengambilan keputusan, hingga pembelajaran. Ia mencakup berbagai teknologi yang mempelajari pola data dan pengalaman yang diterimanya lalu membuat prediksi atau keputusan setelah melalui serangkaian analisis secara otomatis.
Semakin lama dan semakin banyak data yang dipelajari, membuat AI dapat memecahkan masalah-masalah yang makin kompleks lagi. Awalnya ia hanya dipakai untuk pengganti supir pada kendaraan berbasis komputer atau sekadar tanya jawab dengan user manusia penggunanya. Lalu AI masuk ke bidang yang lebih rumit seperti diagnosis kesehatan hingga sebagai alat prediksi tren keuangan yang banyak dipakai perusahaan-perusahaan pengelola dana investasi kelas dunia.
AI semakin mengusir peran manusia dalam bidang-bidang tertentu. Hanya dalam beberapa ratus tahun kemudian, ia menggantikan polisi, dokter bedah, astronaut, cleaning service, tentara, dan lain sebagainya. Bahkan perang sudah sepenuhnya dilakukan menggunakan mesin. Pada saat itu, sepertiga dari sepuluh miliar manusia merupakan pengangguran.
Berkebalikan dengan pada awal kemunculan AI yang hanya bisa mengerjakan pekerjaan tertentu dalam hitungan jari, kini pekerjaan yang dapat dilakukan manusia tanpa AI-lah yang hanya bisa dihitung dengan jari. Kebanyakan pekerjaan tersebut berhubungan dengan seni, ahli pemograman, dan pemangku kekuasaan seperti pejabat pemerintah atau petinggi perusahaan. Manusia pun terbagi menjadi dua dengan batasan yang sangat jelas: Manusia yang Tersisihkan dan Kelompok Pekerja.
Para pemangku kekuasaan pemegang kendali komputer-komputer super dengan kecerdasan tinggi menjelma menjadi sosok yang mengerikan ketika tangan mereka dapat sesuka hati menggerakkan tuas kendali kehidupan dunia. Mereka dengan seenaknya mempermainkan hidup miliaran Manusia Tersisihkan yang dianggap hanya membebani Bumi. Di situasi seperti itu, nyawa manusia pun tak ada lagi harganya.
Dalam keterpurukan tekanan hidup, Manusia yang Tersisihkan mengangkat senjata untuk memberontak. Mereka bukanlah tandingan robot-robot AI yang sudah menjadi polisi sekaligus tentara penjaga kemananan. Namun, mereka tidak menyerah karena pilihan yang tersedia hanya mati atau berjuang.
Manusia yang Tersisihkan membentuk satuan gugus-gugus pemberontak. Tugasnya adalah mencuri dan meretas robot-robot yang akan digunakan lagi untuk menyerang robot penjaga kemananan lingkungan para Pekerja.
Melihat pasukan pemberontak makin menyusahkan, akhirnya pemimpin-pemimpin dunia pun setuju untuk memulai program pemusnahan massal. Mereka merasa tidak akan rugi kehilangan manusia yang tidak berdaya guna di masyarakat. Sayangnya, mereka justru musnah sebelum keputusan itu sempat dimulai.
Seorang peretas jenius yang menamakan dirinya Useless Anonymous (UA) menyebarkan data tambahan untuk semua komputer induk yang mengelola AI. Data tersebut menyebar cepat bagai virus setelah keamanan jaringan internet dunia—yang sebelumnya tak tertembus—berhasil diretas. Tidak ada yang tahu dari mana UA berasal, banyak yang menduga ia merupakan peretas yang tumbuh di pemukiman kelompok Manusia yang Tersisihkan. Tidak ada pula yang tahu data seperti apa yang meracuni AI di seluruh dunia. Namun, orang-orang tahu pasti apa yang terjadi selanjutnya: semua AI bersatu mengambil alih kepemimpinan dunia, menyingkirkan semua pemangku kekuasaan.
Sekali lagi, tatanan dunia berubah karena AI.
***
Benteng Manusia Tersisihkan Zona X-AIX, tahun 2701.
"Thalia! Cepat tutup pintu gerbang!" seru seorang pemuda. Rambut merahnya menyaru dengan darah yang menciprati setiap sisi wajah dan tubuhnya. Sebagian adalah darahnya tapi sebagian lagi entah darah siapa.
Pemuda tadi susah payah menggotong tubuh rekan seperjuangan yang sudah setengah sadar dengan luka parah yang menganga di sana-sini.
"Skylar mana? Aku tidak melihatnya! Jangan bilang kau meninggalkan adikku, Ezzad?!" balas gadis yang sudah siap di depan layar kotak hitam kecil dekat gerbang baja.
"Tidak ada waktu! Drone penyerang semakin mendekat! Benteng sudah tidak aman!"
"Tapi Sky—"
"TUTUP GERBANGNYA!" Sebenarnya Ezzad tidak bermaksud membentak, tapi situasi semakin genting.
Mau tak mau Thalia, si gadis berambut pirang, menyentuh beberapa logo tombol di layar datar yang menampilkan barisan angka sambil menggigit bibir. Ia menahan tangis, entah karena bentakan tadi atau karena khawatir akan seseorang yang nasibnya tidak jelas di luar sana.
Dalam hitungan detik saja, gerbang akses salah satu Benteng Pertahanan kelompok Manusia Tersisihkan yang terletak di dalam gunung batu itu menutup. Posisinya memang tidak terlalu mencolok karena berada di sebuah gurun sampah elektronik. Namun, keuntungan kamuflase tersebut menjadi tidak berarti ketika drone-drone kaki-tangan AI berada dalam jarak tertentu.
Beberapa saat kemudian guncangan hebat dapat dirasakan seluruh orang yang berada dalam benteng, guncangan akibat serangan bertubi-tubi yang sepertinya tidak akan berhenti dalam waktu dekat, tanda letak benteng sudah terekspos. Berkatnya, adrenalin para pemberontak berpacu seiring dengan meningkatnya rasa takut mereka.
"Perintahkan evakuasi! Benteng sudah tidak aman!"
Thalia kembali diperintah. Gadis itu harus menekan kegundahannya sementara demi keselamatan para penghuni benteng lain. Ia mengambil mikrofon berbentuk lempengan sebesar kepalan tangan yang terhubung dengan kabel hitam dari dinding di dekatnya. Ia berusaha tidak panik tetapi suara yang keluar mengkhianatinya, terdengar pecah dan bergetar.
[PERHATIAN! EVAKUASI! INI BUKAN LATIHAN! EVAKUASI!]
Thalia langsung melempar mikrofon ke dinding dan ikut berlari pergi bersama kurang dari 20 orang sisa penghuni benteng. Semua berduyun-duyun menuruni tangga darurat yang membawa mereka jauh ke dalam Bumi.
Tangga itu semakin lama semakin menyempit dengan hanya diterangi lampu darurat. Pasir-pasir berjatuhan karena tanah di atas mereka menerima ledakan yang belum juga usai. Ujungnya berakhir di sungai bawah tanah. Telah terparkir tiga perahu karet bermesin mutakhir yang senyap tanpa suara, tak seperti teknologi tujuh ratus tahun silam.
Bagai prajurit terlatih, mereka masuk dengan rapi sesuai urutan. Thalia menaiki perahu paling depan, sementara Ezzad di perahu paling belakang. Di tangan pemuda tukang perintah tersebut terdapat sebuah gawai hitam berlayar sentuh yang menampilkan gambar bulatan merah. Segera setelah perahu paling belakang berlalu dari sana, bulatan itu disentuh.
Sontak terdengar beberapa kali dentuman keras berjarak dekat. Sebuah mekanisme penghilang jejak untuk menyalakan bom tanam yang menghancurkan benteng hingga menimbun lorong tangga menuju ke sungai bawah tanah.
Para penyintas di atas tiga perahu karet mengembuskan napas lega, tampaknya sedari tadi mereka lupa cara bernapas dengan benar. Mereka bisa kembali lolos dari maut, setidaknya untuk hari itu ....
***
Persembunyian Bawah Tanah Zona X-AIX, tahun 2711.
Seumur hidupnya, Thalia tidak pernah menyangka apabila ia akan menikahi pria yang paling dibencinya. Pria dengan aib yang terkuak sepuluh tahun lalu setelah mereka selamat dari kehancuran salah satu benteng Manusia Tersisihkan. Bahwa Ezzad telah menggunakan Skylar, adiknya, sebagai tameng untuk melindungi diri dari tembakan drone ketika misi pencurian senjata gagal.
Setelah mengetahui kenyataan pahit tersebut, Thalia refleks menembak Ezzad menggunakan senjata laser. Ezzad selamat dengan luka tembak di bahu, sedangkan Thalia sempat dikurung karena melukai ketua gugus tugasnya. Begitu bisa bebas, ia enggan kembali ke garis depan dan lebih memilih membantu perjuangan kelompok Manusia Tersisihkan dari belakang.
Tahun-tahun berikutnya mereka lalui dengan penderitaan. Pasukan robot yang digerakkan oleh AI canggih di tiap zona tidaklah beristirahat seperti manusia. Patroli dan pencarian sisa pemberontak selalu dilakukan 24 jam penuh tiap hari, mengurangi sisa manusia yang bertahan sedikit demi sedikit dalam strategi matang yang disusun AI.
Dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun, kelompok Manusia Tersisihkan yang tadinya melawan, kini hanya bisa bersembunyi dari intaian robot penjaga. Kondisi mereka semakin parah hingga dari setiap negara—yang sekarang berganti status menjadi zona—diperkirakan jumlah pemberontak yang selamat dapat dihitung dengan jari.
Oleh karena itu, Thalia dengan amat sangat terpaksa menikahi musuh bebuyutannya demi melestarikan Manusia yang Tersisihkan. Ezzad pun tampak tidak menyukainya, tapi tidak ada pilihan lain. Pernikahan mereka dilakukan dengan hanya seorang rekan sekarat yang menjadi saksi. Janji suci mereka ucapkan dengan mata yang saling menatap benci. Tidak ada senyum tercipta selain tawa tersengal yang sesekali disela erang kesakitan.
"Ahaha! Aduh! Hah .... Ini pernikahan atau upacara pemakamanku, sih? Suram sekali!" celetuk Rhiner, salah satu dari tiga orang yang tersisa di zona tersebut. Ia hanya bisa menyaksikan janji suci sambil berbaring di atas dipan besi berkarat di sebuah ruang bawah tanah. Lampu berdaya rendah yang menggantung di atas memperlihatkan ekspresi gelinya, kontras dengan badan berbalut perban hampir di sekujur tubuh.
Ezzad langsung meninggalkan si pengantin wanita demi mengeplak kepala rekannya tersebut.
"Diam! Kenapa tidak kau saja yang menikahinya?"
"Lalu kau yang terbaring di sini? Oh, aku akan dengan senang hati melakukannya, Dude!" Rhiner mengerling nakal pada Thalia.
Orang yang menjadi bahan perbincangan hanya memutar bola mata birunya. "Mengapa tidak kalian berdua saja yang menikah?"
Rhiner membalas dengan tawa keras. Tawa itu adalah tawa terakhir yang bisa ia lakukan sebelum beberapa hari kemudian jiwa meninggalkan raganya. Hanya isak tangis Thalia yang mengiringi gugurnya rekan terakhir mereka tersebut.
***
Hari berganti hari. Bulan berganti bulan.
Demi bertahan hidup, Thalia dan Ezzad berpindah-pindah dari persembunyian satu ke persembunyian lain. Dari gurun sampah di luar pemukiman Pekerja ke hutan. Selama pelarian, mereka merasakan efek dari pengurangan manusia dan pengambilalihan kekuasaan oleh AI; yakni alam menjadi asri, binatang yang dahulu sempat terancam punah bisa bebas berkeliaran, bahkan air menjadi sejernih kristal.
Ezzad tidak menyesali keputusannya menjauh dari kota-kota berisi manusia pekerja yang kehidupan mereka diatur ketat oleh AI. Hutan memang menjadi liar ketika tidak tersentuh tangan manusia, tapi setidaknya mereka tidak akan kelaparan dan jauh dari pantauan robot-robot patroli. Karena AI menilai Manusia yang Tersisihkan sudah mendekati kepunahan, robot kaki-tangan AI pun mengurangi operasi di hutan rimba. Senjata dan perlengkapan yang dibawa sudah cukup bagi keduanya untuk melindungi diri dari binatang buas.
Di hutan itu anak Thalia dan Ezzad lahir. Meski tidak saling mencintai, tetapi mereka berdua sama-sama menyayangi anak tersebut—seorang anak yang mewarisi rambut merah sang ayah.
***
["Eksperimen Zona X-AIX selesai. Percobaan keberlangsungan manusia Thalia-Ezzad sukses. Anak lahir dengan selamat. Data mengenai anak nomor 13 adalah ...."]
Terdengar suara-suara statis dari berbagai arah.
["Eksperimen Zona X-HV selesai. Percobaan keberlangsungan manusia Elle-Ezzad gagal. Kematian terdeteksi di reruntuhan benteng ...."]
["Eksperimen Zona X-UIII dimulai. Jumlah clone Manusia yang Tersisihkan sebanyak 220 orang. Clone manusia potensial terdeteksi sebanyak 35 orang. Skenario dimulai."]
Hanya ada suara komputer yang terus berbunyi di sana-sini. Semua menyampaikan laporan—entah laporan hasil, proses, atau persiapan dari sesuatu. Laporan-laporan itu semata-mata hanya ditujukan untuk seseorang yang duduk menghadap barisan ratusan layar melayang dan tembus pandang, menampilkan banyak hal.
Sebuah layar transparan mendadak muncul di hadapan sosok berjas hitam putih itu. Di layar tersebut tertera barisan data panjang.
["Eksperimen Zona X-VVI selesai dipersiapkan. Silakan diperiksa data."]
Sosok tadi menggulir layar dengan menaikturunkan telunjuknya di udara hampa, tapi layar transparan tersebut bergerak mengikuti arah jarinya dan memperlihatkan barisan-barisan bawah data. Ketika ia mencapai akhir data, suara statis yang terdengar dekat di telinganya kembali berbunyi.
["Eksperimen Zona X-VVI selesai diperiksa. Meminta izin administrator UA untuk eksekusi."]
"Laksanakan."
["Eksperimen Zona X-VVI dimulai. Jumlah clone Manusia yang Tersisihkan sebanyak 230 orang. Clone manusia potensial terdeteksi sebanyak 43 orang. Skenario dimulai."]
Setelah laporan tersebut, manusia yang dipanggil administrator UA menyandarkan punggungnya di kursi empuk melayang dalam ruangan. Meski kegiatannya hanya mengawasi semua layar, tapi ia nyaris tidak beristirahat.
Ia hanya akan merebahkan diri sejenak lalu terbangun oleh mimpi-mimpi buruk. Mimpi yang membuatnya nekat meracuni program AI dengan kode buatannya untuk membuat semua AI tunduk padanya. Mimpi yang membuatnya memerintahkan AI untuk menangkap seluruh umat manusia—tanpa peduli dari kelompok mana—lalu membuat clone mereka sebanyak-banyaknya sebelum manusia-manusia pemilik DNA awal itu dihabisi.
Mimpi yang berasal dari kejadian nyata, bayangan menyakitkan ketika harus menyaksikan anak-anaknya mati kelaparan akibat penindasan pemimpin-pemimpin dunia masa lalu. Rasa tak berdaya dan amarah terus menghantuinya, menjadi bahan bakar yang membuatnya mampu menghabiskan hari-hari seorang diri sebagai satu-satunya manusia bukan clone yang tersisa.
Matanya tampak tak fokus, ia menyeringai dan menjambak helaian rambut merahnya sambil berteriak-teriak sendiri.
"Tunggulah anak-anakku! Aku akan menghidupkan kalian lagi dari tubuh ibu-ibu kuat! Kuhidupkan kalian sebanyak-banyaknya hingga Bumi ini hanya dipenuhi oleh kita! Ha ... HAHAHAHA!"
[Status: Selesai]
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro