Pamrih
“Saya mau bantu kamu, full. Tapi pakai pamrih. Ya meskipun sebenarnya sebagai senior sudah seharusnya aku membantu junior” kata saya
“Maksudnya, Pak?” Dia merasa sangat senang, tapi masih belum sepenuhnya paham.
“Iya, aku bakal bantu semua kesulitan kamu mengerjakan tugas pertamamu ini. Tapi ada syaratnya. Biar kamu lebih tertantang. No pain, no gain. Pria seperti kamu seprtinya menyukai tantangan. “
Dia masih penasaran. Saya tahu betul, dia sangat membutuhkan bantuan saya. Dia sangat senang atas tawaran bantuan saya sekaligus sangat penasaran dengan apa syaratnya.
“Apa tuh syaratnya, Pak?”
“Syaratnya adalah, selama seminggu kedepan, sampai saat exit meeting, kamu berhenti merokok” jawab saya sambil tersenyum. Mirip pembawa acara Fear Factor dulu ketika ngasih tantangan ke peserta.
Wajahnya langsung menunjukkan respon, yang tadinya bahagia tetiba sedih. Seakan syaratnya teramat berat. Dan memang baginya, berhenti merokok memang sangatlah berat.
“Masak seminggu, Pak? Diskon lah”
“Yah, minta diskon. Namanya juga tantangan, kalo diskon jadi ga asyik. Mau ga? Kalau ga mau juga gapapa, aku ga maksa.”
Dia sempat berpikir agak lama. Dan akhirnya pasrah.
“Yaudah deh, Pak.”
Saya tersenyum.
“Tapi mulainya besok ya!”
“Ga bisa lah, harus sekarang”
“Sayang, Pak. Ini ngehabisin sisa yang sebungkus ini. Udah kadung dibuka. Kalo dipakai seminggu lagi rasanya sudah ga enak. Sepet” dia memohon dengan sepenuh hati.
“Baiklah. Berhubung aku senior yang baik hati, mulai berhenti merokoknya jam 12 malam nanti, gapapa. ”
Para perokok di tempat kerja saya, biasanya sebentar-sebentar keluar ruangan, merokok. Pembahasan ini selesai, tidak bisa langsung lanjut ke pembahasan itu. Break dulu untuk “marisap” atu “sebat” dulu. Terpaksa harus ada alokasi waktu untuk pecandu nikotin.
Dia menunjukkan keseriusannya. Keseriusan mengerjakan pekerjaan dan juga keseriusan tidak merokok. Biasanya, ketika yang lain “marisap” dia ikut kali ini dia tidak ikut-ikut gabung. Hari-hari berikutnya, saya sediakan permen. Ketika mulutnya asam, permen bisa menjadi barang substitusi.
**
Hari berlalu, saat yang dia nanti tiba. Waktu berbuka atas puasa merokok. Wajahnya berbinar. Semangatnya tumbuh kembali. Saat exit meeting memang cukup mendebarkan, sering terjadi diskusi yang alot. Di saat itulah, merokok menjadi penenang yang mujarab, bagi dia.
“Maaf ya, kalau selama seminggu terakhir mungkin kamu tersiksa gara-gara aku. Aku sangat apresiasi atas kesungguhanmu. Ciyus. Selamat ya, tugas pertamamu ini akhirnya bisa berjalan dengan lancar”
“Saya yang terimakasih, Pak. Bapak udah mau membimbing saya. Betul juga sih, Pak. Sekian hari ga merokok, sekalinya merokok rasanya beda. Agak asam-asam gimana gitu”
Di situ saya merasa berhasil.
Meski hingga saat ini dia kembali lagi merokok, setidaknya saya mengurangi pengrokokan global atau global smoking selama satu minggu. Ahaha.
Semoga dia ikhlas dan tidak dendam dengan saya. Jangan sampai besok-besok gantian dia minta pamrih ketika saya butuh bantuan dia, saya dikasih syarat : “Bapak musti merokok selama seminggu kedepan”
Kan saya jadi repot nanti.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro