Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tom and Jerry

"Woyy! Balik gak! Lo gak mikir apa? Kita itu lagi diskusi! BALIK GAK!" teriak Kanvas sambil berlari tergesa-gesa di koridor ruang organisasi yang sepi.

Suaranya menggema membuat beberapa rekan organisasi lain keluar dari ruangan. Sebagian kepala mereka menyembul dari balik pintu, sebagiannya lagi justru sengaja menunjukan diri.

Pertengkaran yang asik ini tidak bisa mereka lewatkan.

"Sok sibuk banget sih! Udah deh, itu lomba masih lama. Mending kita istirahat dulu, kasian temen-temen yang lain. Mereka butuh makan! Lo aja yang obses pengen semuanya sempurna!" balas Kuas tak terima karena sejak tadi Kanvas terus saja mengomeli dirinya bahkan tak segan memberikan perintah.

Langkah kaki Kuas juga terhenti. Dia sebenarnya malu jadi tontonan banyak orang tetapi jika dia terus melangkah masalah tidak akan selesai.

Kini posisi Kanvas dan Kuas tidak kurang dari 5 meter. Memudahkan Kanvas untuk memaki Kuas, si ketua OSIS yang kurang waras!

"Ya, gue emang obses karena gue tahu lo itu gak bisa diandelin! Kerajaan lo bolos terus, gila kali! Ketua OSIS macam apa lo? Bukannya ngasih contoh yang bener malah jadi langganan guru BK!" sahut Kanvas tak kalah beringas.

Sudah Kanvas bilang bukan, Kuas ini ketua OSIS kurang waras. Entah apa yang dipikirkan teman-temannya dulu sampai Kuas terpilih menjadi ketua OSIS.

Setelah melewati berbagai tes dan juga debat, akhirnya Kuas terpilih sebagai ketua OSIS dan sialnya Kanvas terpilih sebagai wakil ketua. Sungguh malang nasib Kanvas yang harus duduk bersebelahan dengan Kuas.

Hampir setiap hari tekanan darah Kanvas naik, belum lagi saat Kuas tidak hadir di sekolah. Tugas ketua OSIS seketika beralih ke pundak Kuas. Sayangnya, sampai sekarang Kanvas tidak mengetahui apa alasan Kuas sering bolos.

"Kapan gue gak bisa diandelin? Semua tugas ketua OSIS gue kerjain kok. Lo aja ya gak pernah puas sama kinerja kerja gue!" jawab Kuas.

Untuk sesaat Kanvas terdiam, merenungi kembali perkataannya. Mungkinkah selama ini dia yang kurang puas dengan kinerja kerja Kuas? Tapi...

"Kenapa lo diem? Ngaku salah? Harusnya dari dulu lo sadar. Lo tuh terlalu otoriter, obes, mau menang sendiri, gak bisa liat kesusahan orang lain dan selalu pengen jadi nomor satu!" sambung Kuas.

Ucapan yang keluar dari mulut Kuas memang sangat menyakitkan untuk didengar, tapi lain halnya dengan Kanvas. Dia menerima semua itu walaupun hati kecilnya tercubit.

Kali ini Kuas hanya ingin menyuarakan isi pikiran teman se-organisasinya. Mereka yang sering kali terjebak dalam ide-ide Kanvas juga berbagai tuntutan lainnya.

Mereka yang diperlakukan seolah tahan, mereka yang kesulitan menerima Kanvas sebagai rekan kerja. Padahal Kuas tahu, Kanvas hanya ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah. Hanya saja cara Kanvas dalam memperlakukan teman-teman satu organisasi itu salah.

"Mereka bukan robot Kanvas! Lo juga bukan robot! Jadi please, manusiawi lah dikit. Kita butuh makan, 3 jam kita diskusi dan lo selalu nolak saran mereka. Jadi diskusinya di bagian mana? Udah cukup hampir satu tahun gue diem. Sekarang waktunya buat gue speak up. Lo gak bisa jadi manusia independen terus, lo tetep butuh orang lain. Butuh saran orang lain, stop merasa paling benar!" ungkap Kuas.

Satu tahun lebih mengenal tabiat Kanvas ternyata tidak bisa mengubah sikap alaminya.

Kanvas si keras kepala dan tidak ingin kalah itu selalu saja memaksakan apa yang dia anggap benar.

Bertahan menghadapi sikap Kanvas ternyata ada capeknya juga! Padahal, Kuas kurang apa? Dia sudah menghalalkan berbagai cara agar Kanvas bisa menjadi manusia. Dalam artian Kanvas bisa menikmati masa SMA tanpa adanya persaingan ketat yang berujung saling membenci.

Kuas berharap Kanvas bisa bersosialisasi dengan baik dalam kondisi apapun.

"Bisa gak sih lo gak usah sok perhatian sama gue? Gue emang otoriter dan itu semua gue lakuin demi kebaikan bersama. Apa itu salah? Dan ya, gue emang bukan robot. Lagian kapan gue bilang kalau gue robot, jadi gue juga minta supaya lo stop ikut campur dalam masalah yang sebenarnya itu gak ada!" balas Kanvas berapi-api.

Tampak jelas semburat kekecewaan dari sorot mata Kanvas. Kerja kerasnya selama ini hanya dianggap sebuah tekanan. Kanvas jelas merasa tidak dihargai.

"Emang percuma ngomong sama lo! Ngelawan terus! Untung gue sayang sama lo. Untungnya lagi lo pacar gue! Kalau bukan..." Kuas terlebih dahulu menjeda ucapannya. Dia menarik napas dalam, menghembuskannya lalu melangkah mendekati Kanvas.

Pelan tangan kanan Kuas menepuk pundak Kanvas, sebelum kembali membuka mulutnya Kuas lebih dulu tersenyum setelah selesai beramah tamah saatnya berbicara lantang.

"Udah gue tendang dari jajaran pengurus OSIS!" tandas Kuas. Disertai raut wajah datar.

Tubuh Kanvas tiba-tiba kaku. Jantungnya berdegup kencang tetapi semenit kemudian dia sadar.

"Dasar gak waras! Sejak kapan gue jadi pacar lo? Amit-amit deh!" cerocos Kanvas. Tangannya buru-buru menyingkirkan telapak tangan Kuas yang ada di pundak kirinya.

Namun, Kuas justru sengaja mencengangkan erat pundak kiri Kanvas membuat si empuknya berdecak sebal.

"Lepas gak!" bentak Kanvas. Tangannya terus memaksa agar telapak tangan Kuas menyingkir dari pundaknya.

"Denger!" giliran Kuas yang membentak.

Suasana seketika berubah dingin dan menyeramkan. Teman-teman yang sejak tadi diam memperhatikan beranjak masuk kembali ke dalam ruangan.

Kuas yang mulai terbawa suasana tidak bisa menahan dirinya lagi.

"Lo tuh bego atau gimana sih? Lo gak sadar ya? Selama ini banyak anggota OSIS yang ngomongin lo di belakang. Mereka itu ngejelekin lo, mereka gak pernah suka sama lo. Di depan lo mereka cuma pura-pura baik. Diantara 20 anggota cuma 4 yang gak banyak bacot. Itu pun temen-temen lo sendiri. Oh ya, ada juga tuh temen lo yang sengaja jadi kayu bakar. Biang fitnah dan kayaknya lo gak sadar akan hal itu!" terpaksa Kuas mengungkapkan rahasia yang selama ini dia simpan.

Siapa yang tidak akan berempati saat melihat orang yang kita sayang dikhianati? Kuas tahu betul usaha yang dilakukan Kanvas selama menjabat sebagai wakil ketua OSIS.

Kuas sendiri yang menyaksikan semua perlakuan buruk teman-temannya di belakang Kanvas. Selama ini dia diam karena dia pikir semuanya akan selesai tanpa harus dibicarakan. Tetapi semakin lama justru semakin keterlaluan.

Beruntung karena Kanvas tidak sadar atau mungkin pura-pura tidak sadar.

"Terus apa mau lo? Apa yang lo harepin setelah lo cerita sama gue? Berharap kalau mereka gak akan ngomongin gue lagi? Berharap temen baik gue itu jujur dan minta maaf sama gue? Apa yang lo mau dari mereka?" tanya Kanvas yang justru membuat Kuas tidak habis pikir.

"Lo itu manusia atau batu sih? Lo gak marah gitu? Woy! Mereka itu bermula dua, lo gak mau gitu labrak mereka?" tanya Kuas seolah dia ini korban.

"Gak perlu! Buat apa? Buang-buang waktu!" sahut Kanvas tenang.

Setenang itulah Kanvas menghadapi masalahnya?

"Dan satu lagi!" ucap Kanvas terjeda.

"Gue bukan pacar lo." tuntasnya.








Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro