Epilog
"Jadi Kuas ternyata gak selamanya enak ya!" ucap Kuas pada Kanvas yang sedang duduk di sampingnya.
"Lo ngomong apaan sih? Sumpah, gue gak ngerti!" sahut Kanvas tak ingin terlibat dalam imajinasi Kuas.
"Yang penting lo mau dengerin gue, itu aja udah cukup!" balas Kuas. Tidak ingin mempermasalahkan sikap Kanvas. Kuas tahu, cinta ini hanya sepihak jadi dia siap dengan segala konsekuensinya.
"Udah? Lo ngajak gue ketemu di sini cuma buat ngomong hal gaje itu? enam bulan ngilang dan sekarang lo datang seolah ini akhir hidup lo! Gila kali lo!" maki Kanvas. Waktunya terbuang percuma hanya untuk mendengarkan celotehan Kuas.
"Iya. Makasih ya buat waktunya. Gue bersyukur bisa jadi pacar lo. Yang pertama lagi! Gue bahagia banget, janji ya jangan sedih. Janji ya lo bakalan jadi manusia yang berguna. Gue tunggu karya-karya lo, gue pamit duluan. Semoga lo bisa bahagia tanpa gue!" ungkap Kuas. Diakhiri kalimatnya Kuas sempat tersenyum lantas setelah itu dia pergi tanpa sempat memeluk Kanvas atau sekedar membantu Kanvas berdiri.
Taman yang dipenuhi bunga berwarna putih ini menjadi saksi bahwa senyuman tak selamanya menawan hati.
Kanvas yang terlanjur tidak peduli kelak akan mengerti bahwa cinta itu ada walaupun mulutnya senantiasa berkata tidak.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro