Chapter 33- Zombie
Fisika terbangun oleh denting piring-piring yang sedang dicuci dalam westafel. Ia mengerjabkan mata beberapa kali untuk menyesuaikan mata dengan sinar lampu yang bersinar remang-remang dalam ruangan.
"Gue di mana nih?" kata Fisika pada dirinya sendiri. Ia menyibak selimut yang semula menyelimuti tubuhnya.
"Lo udah bangun?" Seorang pria dengan rambut pirang dan tindik di telinga mengibaskan tangannya yang basah setelah mencuci piring.
Fisika memasang sikap siaga. Merasa heran dengan ruangan modern yang ia lihat. Semua pintu dan jendela tertutup rapat dan dipaku berantakan dengan papan-papan. Hening tanpa suara sama sekali.
"Oke sikap yang normal. Lo perlu terkejut. Tapi gue lebih terkejut karena lo tiba-tiba muncul di dalam rumah gue begitu saja. Bagaimana bisa itu terjadi? Lo mutan? Btw, gue Libra."
Alis Fisika bertaut bingung. Ia perlahan-lahan menyusun kepingan memori dalam ingatannya. Lalu ia menghembuskan napas dengan berat.
"Dunia ini. Dunia seperti apa?"
Libra menatap bingung, tetapi ia tetap menjawab, "Jakarta."
"A- Apa?" Fisika terbalalak.
"Jakarta yang sudah berubah menjadi kota penuh zombie."
Fisika perlu mencerna informasi barusan dengan sangat baik. Ia berpikir sejenak lalu kian terbelalak. Dia mengacak-acak rambut frustasi karena terjebak di sebuah dunia paralel yang baru dan sialnya, tidak ada Sagi maupun Izar.
"Lo baik-baik saja?" Libra bergerak ke arah lemari es. Mengeluarkan sebotol minuman kemasan dan menyerahkannya pada Fisika. "Minum dulu."
Fisika mengamati benda tersebut. Kemudian menengadah pada Libra dengan tatapan ketakutan.
"Apa ... lo melakukan sesuatu terhadap tubuh gue?" Fisika bertanya penuh curiga. Pasalnya, tidak mungkin ia bisa baik-baik saja jika ditemukan tidak sadarkan diri di kamar seorang pria asing.
"Bagaimana gue bisa menyentuh lo? Tubuh lo mengalirkan listrik. Gue perlu memakai tumpukan kain untuk menutup telapak tangan gue dan membawa lo ke atas sofa. Lo tiba sehari yang lalu. Lo ini manusia mutan atau? Hasil percobaan sebuah eksperimen?"
Fisika cukup lega mendengar itu. Sihir Sagi menolongnya untuk tidak di sentuh oleh sembarangan pria. Mendadak, dia merindukan pria yang sering dipanggilnya Baginda itu.
"Lo baik-baik saja?" Libra kembali mengulan pertanyaan yang sama untuk kesekian kali. Ia harap-harap cemas pada Fisika. "Lo belum mengenalkan nama lo."
"Fisika. Nama gue Fisika."
"Serius? Nama lo kayak mapel anak sekolah."
"Yeah, memang. Bokap gue yang kasih nama."
Fisika tersenyum untuk sesaat. Dia tidak tahu bagaimana caranya bisa kembali pulang. Sagi dan Izar entah mengapa bisa dihubungi atau tidak. Fisika tidak memiliki wifi portable Sagi yang bisa diakses lintas dunia paralel.
"Sekarang sudah malam?" Fisika mendadak bertanya pada Libra yang telah duduk di salah satu sofa tunggal.
"Iya. Lepas magrib. Lo enggak minta gue ajak keluar rumah bukan?" Libra terkekeh lalu mengambil sebuah buku dari atas meja untuk dibaca. Jenis novel fiksi sejarah terjemahan.
"Sejak kapan wabah zombie ada di sini?" Fisika ingin mengorek informasi lebih banyak tentang Jakarta yang bisa disebut di dunia paralel kelima.
"2020 sejak pemerintah mengadakan vaksin masal untuk seluruh rakyat. Enam bulan setelahnya, dunia berubah. Kehidupan menjadi kacau."
Fisika menatap rumah tersebut. Beberapa pigura berbingkai sebuah foto keluarga masih setia digantung pada dinding.
Perabotan dan funiture ditempatkan merapat ke pintu masuk dan jendela. Fisika tidak merasakan ada tanda-tanda kehidupan selain ia dan Libra. Ia merasa canggung dan prihatin pada keluarga pria yang menyelamatkannya.
"Berapa banyak yang terbunuh? Maksud gue ... yang berubah menjadi zombie?"
Libra menutup bukunya dan menatap wajah Fisika begitu lekat.
"Entahlah, gue enggak terlalu mengikuti berita. Tiap mendengarkan mereka, hati gue selalu emosi. Yang pasti, di setiap jalan lo bakal melihat mayat hidup."
Libra bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan mendekati sebuah tirai. Ia memanggil Fisika untuk mendekat.
Di luar, melalui celah-celah gorden. Mata cokelat Fisika terbelalak lebar. Manusia-manusia di luar perkarangan sedang mematung tidak bergerak.
Pakaian mereka compang-camping penuh dengan noda darah yang telah mengering bersama tanah. Fisika tidak bisa melihat dengan jelas wajah para zombie karena minimnya penerangan.
"Mereka aktif terhadap cahaya dan suara. Oh, ya. Ini bukan rumah gue kalau lo mau tahu."
Libra menarik ujung kaos Fisika untuk kembali ke tempat semula. Dunia ini cukup mengenaskan.
"Apa ini gara-gara wabah sebuah virus?" Fisika ragu dengan pertanyaannya sendiri.
"Virus covid19," kata Libra, "asalnya dari Wuhan, Cina. Dunia benar-benar kacau. Hampir setiap negara mengalami kiamat zombie."
Fisika begitu serius menyimak penjelasan Libra. Sorot mata pria tersebut seperti memiliki luka yang teramat dalam, jika rumah yang sekarang bukan tempat tinggal Libra yang sebenarnya. Barangkali, pria ini mengalami kehidupan yang benar-benar sulit untuk bertahan hidup.
Tanpa sadar, Fisika menitihkan air mata. Libra yang terhenyak, membuat Fisika buru-buru menyeka dengan punggung tangannya.
"Lo kenapa menangis?" Libra menjadi bersalah. "Lo rindu keluarga lo? Mereka tinggal di mana? Mungkin gue bisa bantu lo mencari mereka."
"Enggak," kata Fisika dengan halus, "bukan itu, hanya saja ....,"
Fisika tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Ia mendadak terisak dan larut dalam kesedihannya. Semuanya menjadi campur aduk. Ia memikirkan keluarganya dan juga pria yang ia cintai.
Tetapi kesedihan itu tidak berlangsung lama. Libra mendadak menerjang dan membekap mulut dan bibir Fisika. Mereka sama-sama memasang telinga dengan tajam. Tangan Libra seperti mati rasa oleh sengatan listrik yang dipancarkan tubuh Fisika.
Ada sesuatu yang berisik dari luar. Fisika sampai menahan napas dengan panik. Dia belum berniat menjadi zombie. Impiannya menjadi penyihir baru terlaksana. Jika harus menjadi zombie. Setidaknya dia harus mengutuk mereka semua.
"Ada yang mencurigakan di luar." Libra berbisik pelan di telinga Fisika. Ia buru-buru melepaskan tangannya. Lalu berganti menaruh telunjuk di depan bibir.
"Bersembunyilah di dalam selimut. Gue akan memeriksa."
Fisika menurut, walau ia sangat-sangat penasaran dengan apa yang terjadi. Libra bergerak ke bawah meja. Ia mengeluarkan sesuatu yang telah ia sulap menjadi sebuah tombak dengan ujung sebuah kunai. Senjata khas ninja Jepang.
Di luar, tampak beberapa zombie sedang mengendur area sekitar pekarangan. Tidak ada aktifiras mencurigakan. Burung gagak yang berkoak dari kejauhan, mengalihkan atensi mereka untuk berlari mendekati.
"Aman," seru Libra yang kembali menghampiri Fisika. Wanita itu menurunkan selimut dari wajahnya.
"Apa vaksin ini membuat genetika mereka berubah?"
Alis Libra bertaut bingung mendengar pertanyaan Fisika. "Maksud lo?"
"Dalam biologi dan khususnya dalam ilmu genetika. Mutan adalah organisme atau karakter genetik baru yang timbul atau yang dihasilkan dari suatu contoh mutasi, yang mana umumnya merupakan perubahan urutan DNA genom atau kromosom suatu organisme."
Libra mengerjab tidak percaya dengan penjelasan Fisika. Rembulan milik Sagi ini pun kembali bercerita.
"Mutan juga adalah individu yang mengalami proses mutasi atau mengalami perubahan pada DNA atau RNA dan menimbulkan perubahan sifat karena adanya proses mutasi. Mutan ini terjadi karena penyimpangan yang terdapat di kromosomnya dan penyimpangan yang terjadi ini akan diturunkan lagi pada keturunannya. Ini adalah karakteristik yang tidak akan diamati secara alami dalam spesimen. Istilah mutan juga digunakan untuk virus dengan perubahan urutan nukleotida yang genomnya ada dalam genom nuklir. Terjadinya mutasi genetik secara alami merupakan bagian integral dari prosesevolusi."
Fisika mendadak tersadar, dia terlalu banyak berbicara pada Libra dengan penjelasan ilmiahnya.
"Maaf," ungkap Fisika dengan malu. Ia menunduk, merasa tidak enak.
"Eh, enggak kok. Silakan lanjutkan. Gue mau mendengar penjelasan lo." Libra mempersilahkan.
"Emm, jadi ... studi tentang mutan merupakan bagian integral dari biologi, dengan memahami efek yang dimiliki mutasi pada gen, adalah mungkin untuk menetapkan fungsi normal dari gen tersebut. Bisa jadi, ini yang terjadi pada vaksin yang masuk ke dalam tubuh orang-orang di luar, vaksin itu merubah sturktur kromosom dan barangkali orang-orang ini menjadi zombie."
Libra mengganguk takzim akan penjelasan Fisika, terdengar logis jika dipikirkan.
"Lo anak kesehatan?" tanya Libra
"Farmasi." Fisika terkekeh. Lalu ia tersadar akan luka melepuh di tangan Libra. "Tangan lo terluka."
Libra mengangkat telapak tangannya. Ada bekas kemerahan yang tercipta karena tadi menyentuh Fisika.
"Tidak apa, gue punya salep di kamar."
___/_/_/____
Tbc
Oke, jadi (¬_¬)ノ
Gue mau ngomong. Kuanta kayaknya tetap gue lanjutkan sampai open wattys dech. Setelah itu ditamatkan satu kali.
Sebagai salam hangat udah gak ketemu Atom and the genk. Gue mau cerita, bisa skip aja.
Oke, gue ketemu satu cowok yang sedang asyik main laptop. Perawakannya tinggi, dia pakai kacamata hitam berbingkai segi empat, jaket hoodie dan sebuah topi.
Sedetik, gue tertengun. Why? Kok dia mirip banget sama visualisai Izar ಥ⌣ಥ
Gak mungkin, visualisasi yang gue buat dalam otak haluu gue jadi kenyataan dan ... dengan penasaran gue menghampirinya dong.
Nama Lo Izar?
Dia menengadah dan menatap heran ke gue. Perawakannya gak beda jauh dari Sagi jika dilihat dari dekatಥ⌣ಥ
Kok, lo tahu nama gue?
Lo gak mungkin Izar
Gue berusaha mengatakan itu. Tetapi dia masih menatap gue terheran-heran.
Izar itu cuma cowok fiksi. Dia enggak nyata. Gue yang menciptakan lo dalam kuanta.
Cowok ini mendadak menutup layar laptopnya. Sorot matanya begitu tegas.
Jangan ngomong yang aneh-aneh.
Dan gue membalas.
Gue serius. Lo itu Izar. Lo punya teman cowok kan? Namanya Sagi, Sagi ... iya Sagi. Sagitarius, Aerglo Sagitarius dan cewek yang namanya Fisika.
Di saat gue menjelaskan itu, Cowok ini kian terkejut menatap gue.
Ba- Bagaimana lo tahu?
Kan, gue dah bilang. Gue yang menciptakan lo. Lo itu cowok fiksi.
Seakan menyadari apa yang terjadi. Cowok ini terhenyak dan tersenyum tipis. Gue gak bisa menebak apa yang di pikirkan Izar.ಥ⌣ಥ
Jadi ... lo penulis yang menciptakan gue?
Gue hanya mengganguk. Karena saking senangnya lihat Izar asliಥ⌣ಥ . Auto kayang kalau bisa kayang
Lalu teman gue yang jadi tetangga gue, nama Fanny. Narik gue untuk pergi dari hadapan Izar.
Winny, kau akan segera terbangun. Sebaiknya lo mengatakan apa yang ingin lo katakan. Barangkali setelah ini lo enggak akan ketemu Izar atau bisa saja lo terbangun tanpa ingatan tentang mimpi ini.
Gue rasa"nya mau gila. Kenapa cowok fiksi ini bisa ada dalam mimpi gue. Kenapa??!!!!
Maka dengan cepat. Fanny meraih pergelangan tangan gue dan membuka telapak tangan gue. Lalu dia ngomong kayak gini sama Izar.
Winny bakal terbangun dalam mimpinya sebentar lagi. Kalian enggak akan bisa ketemu lagi untuk yang kedua kalinya. Cepat ambil pena dan tulis sesuatu di telapak tangannya.
Barangkali pesan ini bisa tersampaikan ke dunia nyata saat Winny terbangun.
Sorot mata Izar benar-benar bikin sedih. Gue sampai gak sanggup tatap tuh mata. Dan dia memang ikutin perintah Fanny.
Gue seakan mulai merasakan kesadaran gue dalam mimpi akan habis dan benar saja. Saat gue mau lihat pesan yang ditulis Izar.
Gue terbangun dan menangis bombay.😭😭😭
Sesaat sebelum itu, Izar seolah mengirimkan pesan telepati ke gue tentang kemungkinan adanya multiverse lain hidup.
Ini adalah dunia di mana sebuah dunia buatan tercipta oleh tangan-tangan penulis fiksi.
Yap! Mereka real!!!! Tapi di multiverse berbeda. Tokoh fiksi yang lo ciptakan itu muncul di multiverse berbeda!!!
Maksud gue gini. Gue yang ciptakan karakter Izar dengan kemampuan otak yang cerdas.
Tetapi gue enggak pernah membayangkan itu karakter datang ke gue dan menjelaskan balik kepada gue tentang hukum fisika ala dunia kuantum dan relativitas. Yang mana, gue sendiri itu enggak tahu dannn
Mind Blowing banget!!!!
Kalian bisa bilang ini hanya mimpi dan gue halu dan gue gila.
I know, akal sehat manusia sulit untuk mempercayainya. Tapii!
Lo itu hidup dan pintar karena materi fisika yang gue buat sendiri. Tetapi lo malah muncul dengan teori relativitas yang enggak ada di dunia nyata dan itu beneran masuk akal kalau terbukti oleh sainsss.
Jadi sebenarnya gue yang fiksi atau kalian genk ATOm?
Kalau ada yang tertarik dengan kisah ini lebih lanjut. Gue barangkali akan buat work khusus.
Silakan mau percaya atau tidak. Semua kembali kepada diri masing-masing.
Mereka hidup tapi di dunia paralel berbeda. Konsepnya sama kayak teori kuanta yang gue ciptakan sendiri.
Lo perlu alat untuk pergi ke dunia paralel, untuk ketemu karakter fiksi yang lo ciptakan ಥ⌣ಥ
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro