Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 3 - SHAREit

"Berikan ponsel lo ke Izar. Dia akan menyetel aplikasi khusus untuk membuka portal."

Fisika manut saja dititah oleh Sagi. Diberikan ponsel yang telah ia buka. Izar segera mengirimkan perangkat aplikasi yang ia kembangkan dari Malakai.

Karena hal ini menyesuaikan paralel dimensi ia berada. Izar tinggal mengirimkan jalur SHAREIt dan menginstal aplikasi tersebut pada ponsel Fisika.

"Nama aplikasi ini adalah AIR. Telah dimodifikasi dari alat transisi sebelumnya yang disebut Detektor Langga," jelas Sagi yang bisa menangkap raut penasaran dari wajah Fisika.

Wanita itu melirik ke arah Sagi dengan tatapan terhenyak.

"Berarti peradaban lo udah cukup maju dong?"

Sagi mengangguk takzim.

"Kuncinya adalah mengetahui peraturan alam semesta. Maka lo bisa memahami apa yang ada di dalamnya."

"Gue gak ngerti," ngerutu Fisika kalau sudah berbicara soal konsep sains yang tidak ia mengerti.

"Oke, ini sudah."

Izar memberikan kembali ponsel Fisika. Saat wanita scorpio itu menerima, layar ponselnya menampilkan gambar sebuah gelombang frekuensi mirip frekuensi radio. Di sana, tampak huruf 9,8 Mhz yang berjejer di atas garis mirip bilangan angka pada penggaris.

"9,8? Apa ini?" tanya Fisika. "Saluran radio mana?"

Izar yang mendengar hal tersebut memutar bola mata malas. Namun, Sagi langsung menyela tuk memberikan jawabannya.

"Lo lupa ya? Gravitasi bumi di dimensi lo itu 9,8 m/s2. Itu adalah transisi gelombang frekuensi yang kita butuhkan untuk masuk ke dalam Hyperspace."

Alis Fisika bertaut bingung.

"Gue masih gagal paham sama teori lo berdua. Tolong jelaskan, sebenarnya apa yang terjadi?"

Sagi menarik napas berat, terlihat menyerah jika harus menjelaskan panjang lebar mekanisme berpergian menembus dunia paralel.

"Bigbos, biar gue aja yang menjelaskan kepada Fisika," ujar Izar. Dia lalu balik menatap Fisika. "Dengerin gue."

"Iya, tahu! Buruan."

"Jadi gini, Fis. Cara masuk menuju tiap dimensi dunia paralel dimulai dengan mengidentifikasi gelombang setiap dunia. Oke, kita ibaratkan tiap dunia paralel sebagai f. Sampai sini lo ngerti gak?"

"Ngerti," sahut Fisika. "Lanjut."

"Nah, sebut saja, gelombang di dimensi lo adalah f2, karena f1 adalah gelombang dunia gue. Dimensi dunia paralel ada sampai f3,f4,f5,f6,f7 dan seterusnya. Tujuan kita, adalah masuk ke gelombang berikutnya. Sebelum masuk ke gelombang f3. Kita perlu alat yang disebut pengatur portal. Pengatur portal di Malakai disebut Detektor Langga. Dimodifikasi di Indonesia menjadi apk AIR."

Izar menghentikan sejenak penjelasannya. Kemudian kembali melanjutkan.

"Untuk masuk ke dunia paralel lain yang lebih dari tiga dunia. Diperlukan bantuan dan massa seorang manusia yang berbeda dari tiap frekuensi. Jadi, selama ini, gue hanya bisa bolak balik ke Malakai dan Indonesia karena ada Bigbos. Gue hanya bisa menjelejah 1 dunia paralel saja. Karena misi pencarian Flower Winter adalah menjelajahi banyak dimensi paralel. Kami perlu manusia dari gelombang 9,8 m/s2 untuk menemani misi ini."

"Dan lo mengadakan giveaway pertanyaan fisika dasar anak SMA untuk merekrut anggota?" tanya Fisika.

"Binggo."

"Dan lo memilih jawaban bukan berdasarkan teori sebenarnya. Namun, sudut pandang yang berbeda kayak gue? Lo milih mengajak orang yang suka nulis, karena orang-orang yang bergelut di dunia literasi sains fiksi lebih mudah diajak kerja sama karena pada dasarnya, orang-orang percaya hal-hal menakjubkan dan konspirasi di dalamnya. Dibanding, orang awam yang gak ngerti apa-apa."

"Binggo! Lo benar," tukas Izar dengan puas. "Sekarang, lo siap untuk jalan-jalan ke dimensi dunia paralel lain?"

Fisika terdiam sejenak, ia bisa merasakan jantungnya berdebar tidak karuan. Keluarganya tidak akan khawatir jika dia menghilang beberapa hari. Ikel, selaku ibu dari Izar telah mengatur semuanya. Jika sewaktu-waktu Tania menanyakan keberadaan Fisika.

"Oke, gue siap," ujar Fisika setelah menarik napas panjang.

"Bagus, sekarang. Gue akan menjelaskan cara kerja gimana apk AIR dalam ponsel lo bisa membuka celah dimensi. Sekarang kita akan pergi ke toilet."

Izar mengajak Fisika untuk berdiri dari kursi. Sagi sudah lebih dulu memimpin dengan melangkah di depan. Fisika ingin menanyakan sesuatu saat mereka bertiga, dengan begitu mudah melewati dua karyawan cafe yang tampak tidak keheranan.

"Tunggu!" Fisika menahan lengan Izar. "Gue gak mungkin masuk di toilet cowok."

"Jadi lo ingin, gue dan Bigbos masuk toilet cewek? 2 lawan 1. Lo ikut kita!"

Izar pun menarik paksa tangan Fisika masuk ke dalam toilet cowok. Untunglah, Sagi sudah memeriksa setiap bilik bahwa tidak ada orang lain di dalamnya.

"Ihh, kenapa harus di toilet sih kalau mau jalan-jalan ke dunia paralel. Kayak gak ada ruangan lain gitu," ucap Fisika sambil memayunkan bibir dengan kesal.

"Jangan banyak ngeluh," balas Izar. "Lo udah tanda tangan kontrak. Jadi, ikut aja aturan yang ada. Dengar baik-baik, celah portal dimensi hanya terbuka 4 sampai 5 detik saja. Jangan sampai lo terlambat melompat."

"Jika dua atau tiga frekuensi berbeda ini bertemu di satu titik. Maka celah di dimensi lain akan terbuka," sela Sagi yang kini sudah bersiap dengan ponselnya. Dia hanya tinggal menekan logo power untuk mengaktifkan transmisi.

"Sip, gue paham." Satu tangan Fisika memegang lengan Izar dengan kuat, sedangkan tangan lain memegang ponsel dengan jempol yang siap menekan tombol layar warna merah.

"Hitungan ketiga," seru Sagi. "Tiga!"

Fisika yang terkejut, karena Sagi langsung melompat angka. Membuat Fisika terlambat satu detik menekan tombol. Kendati demikian, portal dimensi pun terbuka melalui pancaran gelombang dari tiga ponsel yang bertemu dalam satu titik di udara yang sama.

Celah itu memiliki pemandangan seperti langit malam yang bergerak di bawah kaki.

"Lompat!" Izar berteriak sekuat tenaga. Fisika yang belum siap untuk hal tersebut, ikut terseret sebelum menyadari apa yang terjadi.

Lima detik kemudian, celah tersebut tertutup kembali sesuai prediksi Izar.

.
.
.

Fisika tidak dapat melihat apapun. Seluruh hal yang ia lihat bersifat abstrak. Ada gejolak aneh yang ia rasakan. Bulu kuduknya berdiri dan Fisika merasakan perubahan suhu yang terjadi.

Tak lama kemudian, ia merasakan terjatuh dan menindih seseorang dan suara Izar yang panik seperti melihat Fisika telah menghancurkan benda berharga.

"Lo!" marah Sagi saat kepala Fisika terangkat dari atas dadanya. Wajah Fisika seketika memerah saat mendapati sorot ink Sagi yang tampak tidak terima tubuhnya dijadikan matras pendaratan.

"Fisika!" Izar menarik paksa Fisika dari atas tubuh Sagi dengan cepat. "Kita kehilangan 2 menit."

"Maaf. Gue gak sengaja," aku Fisika. Sagi hanya meliriknya sekilas. Lalu memeriksa jam pada pergelangan tangannya. Lalu mendadak, ia terbelalak menatap tangan Fisika.

"Lo gak pakai jam tangan?" Amarah Sagi mendadak naik. "Oh, sial! Izar, beri dia jam tangan segera!"

Izar pun ikutan panik. Dia bergegas membuka tas dan meraih jam tangan usang di dalamnya. Lalu buru-buru memasangkan benda tersebut di pergelangan tangan kanan Fisika.

"Perpindahan dimensi. Lo perlu tetap tahu waktu di dunia nyata lo. Bodoh! Seharusnya, hal penting ini gue sampaikan lebih awal."

Sagi kembali melirik jam tangannya yang memiliki tiga waktu berbeda.

"Lima menit," keluh Sagi. "Buka portal alam semesta tipe 2728."

Izar segera beranjak menekan-nekan layar ponselnya. Fisika ingin menanyakan sesuatu, tentang tempat serba putih mereka berada. Namun, melihat kepanikan yang terjadi. Dia akan menundanya sebentar sampai semuanya menjadi aman.

"A.S. tipe 2728 telah terkunci," seru Izar sambil menatap Sagi.

"8 menit," balas Sagi dengan melirik waktu di jam tangannya. Ia lantas memegang tangan kanan Fisika dan mentitah Izar lewat tatapan mata untuk memegang tangan kiri Fisika.

Pria itu menurut, Fisika tahu. Dia tidak boleh membantah saat ini.

"Tutup mata lo," titah Sagi pada Fisika. Gadis itu menurut. Sesaat setelahnya, Izar menekan tombol power kembali pada ponselnya dan mereka kembali tersedot ke dalam udara.

.
.
.

Lagi, Fisika merasakan jatuh di atas tumpukan sesuatu yang tebal. Yang pasti itu bukan tubuh Sagi lagi atau Izar. Ketika wanita scorpio itu membuka mata, cahaya matahari terasa sangat menyilaukan untuk mata cokelatnya.

"A.S 2728 telah dikonfirmasi."

Fisika masih mendengar suara Izar yang mirip dengan petugas bagian informasi. Saat matanya mulai beradaptasi, Fisika sadar, mereka telah jatuh di atas tumpukan sampah plastik yang telah menggunung dan penuh dengan noda tanah yang telah mengering. Untung saja, tidak ada bau-bau busuk yang terendus.

"Guys, kita di mana?" tanya Fisika sembari bangun dari atas tumpukan sampah.

"Alam semesta tipe 2728. Anggap saja ini bumi dengan frekuensi f3," jelas Izar sambil memasukkan ponsel dalam saku celananya. "Selamat datang di dunia paralel Fisika."

Izar tampak merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Seolah tengah memberikan sambutan ucapan selamat datang pada Fisika dan Fisika rasa itu tidak lucu.

"Tempat ini kontaminasi pencemaran polusinya cukup tinggi."

Fisika dan Izar serempak menoleh ke arah Sagi yang malah melangkah ke atas tumpukan tinggi sampah yang menggunung.

Sekilas, Fisika melihat ada cahaya mirip sensor berwarna merah yang keluar dari topi hitam milik Sagi. Lantas, pria itu menoleh ke arah Fisika lalu sedetik kemudian pada Izar.

"Ini bumi versi pasca apokaliptik," jawab Izar sembari menggunakan kacamata hitam persegi warna hitam.

"Sebaiknya kita mencari tempat yang menyimpan makanan," usul Fisika tiba-tiba. "Dunia pasca apokaliptik. Berarti ini tatanan dunia yang cukup parah. Sampah yang menumpuk ini membuktikanku sebuah dunia dalam sains fiksi ....,"

"Distopia!" seru Izar dan Fisika bersamaan.

"Yap, benar. Distopia." Fisika mengganguk. "Tatanan dunia yang hancur. Apa kalian punya sebuah mesin untuk meradar di mana keberadaan Flower Winter?"

Sagi dan Izar malah saling menatap dan itu membuat Fisika mengerutkan kening.

"Emm, secara teknis. Flower Winter diciptakan dengan sangat akurat dan penuh perhitungan. Benda itu tidak mudah dideteksi oleh benda apapun. Kecuali ....," Izar sengaja menggantungkan kalimatnya.

"Kecuali?" tanya Fisika penasaran.

Izar tidak berani menjawab. Ia hanya menatap ke arah Sagi yang kini sudah berjalan mendekati mereka berdua.

"Darah bangsawan," jelas Sagi. "Hanya mereka yang bisa merasakan keberadaan benda itu."

"Sumpah! Gue gak ngerti! Bisa jelaskan lebih spesifik?" pinta Fisika yang wajahnya mulai kusut untuk berpikir.

"Sudah kubilang, bukan? Flower Winter itu sejenis batu sihir," seru Sagi.

"Ya, lalu?" balas Fisika.

"Apa yang kau tahu tentang sihir?" tanya balik Sagi.

"Sesuatu yang fantastis?" seru Fisika.

"Fis, lo ingat tidak? Mana dalam dunia sihir biasanya digunakan untuk apa?" sela Izar. Pikiran Fisika mendadak terbuka lebar.

"Kalian menggunakan mana untuk mendeteksi Flower Winter?" Mata Fisika terbelalak. "Mana yang itu? Yang biasa digunakan para penyihir? Mana yang digunakan untuk manefetasi kekuatan karakter dalam cerita fantasi?"

"Binggo! Lo benar, Fisika. Bigbos menggunakan mana untuk mendeteksi keberadaan Flower Winter." Izar menepuk pundak Fisika dengan senyum kemenangan.

Fisika tampak syok. Pikirannya bercampur aduk menjadi satu. Yeah, dia tidak dapat membayangkan bahwa dua hal yang berbeda bisa menjadi satu.

"Teknologi apapun yang cukup mahir. Tidak ada bedanya dengan sihir," ungkap Sagi sambil melangkah melewati Fisika. "Setidaknya itu yang dikatakan ilmuwan di dunia lo, Arthur Clarke."

__//_/___/____
Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro