Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 10- Usaha dan Energi

Fisika berkali-kali mengucapkan puji dan syukur kepada Maha Pencipta. Sagi berhasil teralihkan soal makanan. Di tambah, dengan kedatangan Izar yang ikut berkomentar jika dia lapar.

Ketiganya pun makan bersama sambil memandang ke dinding minimarket yang transparan sampai ke luar bangunan. Kota-kota di alam semesta 2728 tidak terlalu berbeda jauh dengan bumi di paralel f2. Kehidupan yang terlihat normal. Tetapi siapa yang tahu, dengan kehidupan di luar dinding yang penuh dengan kesenjangan sosial.

Cepat atau lambat. Informasi soal penyusup akan segera diketahui oleh seisi kota. Sagi yang telah selesai makan lebih dulu berjalan ke arah kasir. Fisika menoleh untuk melihat gelagat yang sedang ia lakukan.

"Mamanya dulu ngidam buku ensiklopedia atau dia pernah makan buku ensiklopedia?"

Izar yang mendengar pertanyaan yang tidak masuk akal itu malah melotot tidak percaya pada Fisika.

"Lo kalau ngomong yang benar, Fis. Ini kalau Sagi denger, yang mampus itu gue. Bukan lo!"

"Halah, dia gak bakal dengar. Kecuali telinga dia tajam," seru Fisika dengan sikap tak ambil pusing. "Lo tahu Izar, mendadak. Gue jadi bisa mengerti soal Sagi. Cara dia memandang dunia dengan cara kita memandang dunia itu beda."

"Maksud lo? Gue gak paham," kata Sagi sambil menyedot minuman dari botol berwarna cokelat.

"Nanti gue jelasin."

Setelah Fisika berkata demikian. Sagi pun kembali menghampiri mereka dengan satu tangan menenteng sebuah tas yang isinya ia lemparkan satu-satu pada Fisika dan Izar.

"Gunakan jaket ini. Kita akan pergi mengambil Flower Winter yang pertama."

Fisika memandang jaket putih pemberian Sagi, terlihat cukup besar. Tetapi Fisika bisa mengendus bau maskulin yang menempel di dalamnya.

"Ini punya kasir itu?" tanya Fisika dengan nada membisik. "Wanginya cukup terendus." Ia berkata lagi sambil mengenakannya.

Izar hanya terlihat heran dengan kening mengkerut. Lalu ia berbalik menatap Sagi.

"Jadi, asal kita bisa mengenakan outif berwarna putih. Semuanya akan aman?" tanya Izar pada Sagi.

"Ya, Milio meminjamkan ini untuk kita. Dia juga memberitahu soal akses ke bangunan taman kanak-kanak tempat kita akan menyelinap."

Fisika yakin, Sagi pasti telah menyogoknya dengan sebutir mutiara lain. Semua itu bisa terlihat dari senyum Milio yang sangat melebar dan bisa dilihat dari jauh.

Setelah melambai seperlunya dengan Millio yang mengantarkan kepergian mereka. Sagi, Fisika dan Izar berjalan beriringan menyusuri trotoar.

Penting bagi Fisika mengamati tingkah laku setiap orang.
Di sana tidak ada pengemis atau orang-orang dengan golongan ekonomi bawah. Orang-orang yang berpas-pasan dengan mereka memiliki penampilan yang bersih, menarik dan tentu saja cukup mewah.

Di depan jalan, Sagi memimpin untuk berbelok di arah perempatan. Lalu-lintas di sana masih menggunakan mobil sebagai sarana transportasi. Fisika bahkan tidak melihat ada kendaraan roda dua yang terpakir.

Sebuah papan reklame besar menampilkan gambar seorang wanita dengan rambut disanggul tinggi yang dinyatakan telah wafat beberapa hari lalu.

"Apa dia mantan pemimpin negeri ini?" tanya Fisika pada dua pria di kiri dan kanannya.

"Ya. Sekarang posisinya diganti oleh sang wakil." Izar mewakili untuk menjawab. "Jika jaraknya 20 kilometer. Kita perlu transportasi."

Izar melirik Sagi. Tentu, mereka tidak mungkin berjalan kaki sejauh itu. Membuang waktu adalah pekerjaan yang merepotkan.

"Terbang?" seru Fisika antusias. "Bagaimana dengan terbang? Apa kalian bisa? Ayolah, sihir pasti bisa melakukannya."

Fisika berusaha merengek pada Izar. Tetapi, dia juga curi-curi pandang menatap Sagi. Mereka masih berjalan dengan Sagi sebagai penuntun. Lalu berhenti di sebuah pertigaan yang lalu lintasnya sedang berlampu merah.

"Tidak ada angkutan umum di sini. Dan jika pun ada. Lo gak mungkin menggunakan mutiara untuk transaksi pembayaran." Fisika kembali berceloteh. "Gue juga gak melihat ada motor. Tapi ....,"

Mata cokelat Fisika terbelalak. Di sudut sebuah toko. Terpakir sebuah sepeda berwarna hitam. Fisika yakin, mungkin orang-orang di paralel 2728 tidak terlalu menyukai motor dan lebih mencintai sepeda roda dua.

"Bagaimana kalau kita pakai sepeda? Menyewa atau meminjamnya?" tanya Fisika antusias. Jauh lebih baik daripada tidak bisa terbang.

"Buang-buang waktu dan usaha Fisika," kata Izar. "Lebih baik kita memakai kendaraan lain yang jauh lebih praktis. Big bos pasti punya ide."

Sagi hanya menatap datar Izar dan Fisika secara bergantian.

"Suatu benda yang dipengaruhi oleh suatu gaya akan bergerak lurus dengan percepatan yang arahnya searah dengan arah gaya. Besarnya percepatan sebanding dengan besar gaya dan berbanding terbalik dengan besarnya massa," ucap Sagi dengan panjang lebar. Fisika mendadak merasa menjadi patung Moai lagi. Tetapi, Sagi kembali melanjutkan.

"Sebuah benda akan mengalami percepatan saat dipengaruhi oleh gaya. Besarnya percepatan sebanding dengan besarnya gaya, artinya makin besar gaya yang mempengaruhi, maka percepatan yang dihasilkan makin besar. Kalau gaya diberikan makin kecil, percepatan yang dihasilkan juga kecil. Besarnya percepatan berbanding terbalik dengan massa, artinya makin besar massa benda yang menerima gaya, percepatan yang dihasilkan makin kecil. Sebaliknya, makin kecil massa yang dipengaruhi gaya, makin besar percepatan yang dihasilkan. Arah percepatan searah dengan arah gaya."

Oke, Fisika rasa inilah nasib berteman dengan Kaisar yang gila fisika. Nama dia memang Fisika, persis seperti cabang ilmu yang mempelajari alam semesta. Tetapi dia tidak segila Sagi. Fix, Fisika yakin. Sagi pasti menelan buku ensiklopedia bulat-bulat.

"Lo sebenarnya bilang apa sih?" ketus Fisika. Sekarang, lampu lalu-lintas di depan mereka telah berwarna hijau.

"Maksud gue. Kalau kita pakai sepeda. Artinya, kita memerlukan usaha dan energi untuk mengerakkan benda tersebut untuk bergerak. Energi artinya kemampuan untuk melakukan usaha. Dan gue, gak mau mengeluarkan energi hanya untuk mengayuh sepeda!" tandas Sagi dengan penuh penekanan.

Fisika yang mendengar kesimpulan singkat dari Sagi, justru memutar bola mata malas.

"Ya elah, gitu aja. Ngomongnya udah dari Sabang sampai Merauke." Fisika malah tersenyum tipis pada gelagat Sagi. Lalu mendadak senyumnya hilang melihat wajah Izar yang penuh bahasa isyarat.

"Jadi," kata Fisika lebih lanjut. "Kita mau menggunakan apa untuk sampai ke tempat tu ....,"

"Wanita itu!" Sekonyong-konyong sebuah teriakan mengalihkan atensi Fisika untuk mendongak ke atas langit malam. Ada sekumpulan drone putih yang terbang dengan sinar merah berkedip-kedip.

"Sial!" umpat Izar. "Wajah Fisika terekspos oleh CCTV."

Fisika tidak tahu di mana letak CCTV yang dimaksud. Tetapi yang pasti, benda tersebut seharusnya berada di antara pertigaan tempat mereka berada dan kemungkinan terbesar. Ada di tiang rambu lalu lintas.

Sayang, semuanya sudah terlambat. Mereka tahu-tahu sudah dikerumuni pasuka militer dengan senapan laras panjang.

Sagi mendorong Fisika dibalik punggungnya, sedangkan Izar berdiri membelakangi Sagi untuk mengawasi serangan dari belakang.

"Fis," panggil Sagi dengan tatapan masih mengarah ke depan.

"Apaan?" bisik Fisika dengan deru jantung yang berdebar cepat.

"Lo tahu tentang Joule?"

"Siapa Joule?" tanya Fisika tidak mengerti. Sagi memperhatikan sekitar, otaknya bekerja jauh lebih cepat untuk memikirkan cara meloloskan diri.

"Gue udah memperhitungkan semuanya. Berat lo berapa?" Sagi kembali bertanya.

Rona merah seperti terbakar memenuhi pipi Fisika. Dia agak sensitif jika ditanya soal berat badan. Yap, setiap perempuan jika ditanya soal berat badan pasti tersinggung bagaimana pun juga.

"60 kg," ketus Fisika dengan wajah masam. Bisa-bisanya Sagi memikirkan soal berat badan saat mereka bertiga sedang tertangkap basah.

"Fisika memiliki berat massa sebesar 60 kg dari tempatnya berada. Untuk mendorong dan menerbangkannya melewati kepala setiap orang yang rata-rata akan memakan ketinggian 30 cm demi mencegah ia dijangkau dari sekitar 30 orang. Maka usaha yang harus gue lakukan adalah ....,"

Mulut Fisika terganga lebar. Dia merasa waktu seolah bergerak lebih lama ketika bibir Sagi menggumankan hal-hal berbau ilmu pengetahuan. Entah bagaimana, sosok Sagi saat ia sedang berpikir membuatnya terlihat sangat tampan, mempesona dan memukau di mata Fisika.

Dada dan perutnya seperti bergemuruh. Fisika yakin, kupu-kupu di dalam perutnya sedang mengepakkan sayap siap terbang.

" ... jatuh cinta?" gumam Fisika tidak percaya.

"5292 J," seru Sagi dengan cepat. Ia langsung meraih tubuh Fisika semudah ia mengangkat karung beras dan itu membuat fantasi Fisika buyar seketika.

"Gue akan melempar lo ke ujung sudut jalan sana yang kosong." Sagi memberitahu. "Setelah sampai, lo harus bawa mobil hitam yang terpakir ke sini."

Fisika ingin mengucapkan sesuatu. Dia panik bukan main. Tetapi semuanya telah terlambat. Dalam perhitungan, ketepatan dan keakuratan Sagi. Tubuh Fisika melayang dengan begitu mudah.

___/__/_/___/___
Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro