Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 1 - Suku Un

Halo, selamat siang.
Perkenalkan, saya Vulcanno. Selamat kepada Ms. Twilight. Jawaban Anda dalam Giveaway memiliki jawaban yang sesuai.

Untuk klaim hadiah. Silakan datang ke Veorovia Cafe And Book. Saya akan share locatian via Whatsapp. Tolong tinggalkan nomor yang bisa dihubungi.

Fisika yang sedang bermalas-malasan di atas ranjang berseprai berwarna alpukat. Sontak terbangun dari atas tempat tidur dengan tidak percaya.

Mata cokelatnya terbelalak. Dibacanya pesan tersebut sekali lagi. Lalu tertawa tidak percaya.

"Tunggu! Ini serius?"

Fisika membuka akun instagram Vulcanno. Lalu ia menelusuri foto di feed terakhir dan masuk ke dalam kolom komentar dengan 300'an akun yang ikut berpatisipasi.

Komentar Fisika masih jelas di sana. Ia merasa lucu pada dirinya sendiri, sekaligus skeptis. Oke, nama dia memang beneran Fisika. Nama itu diberikan oleh Ayahnya agar bayi perempuan yang lahir menjadi anggota ketiga keluarga mereka bisa menjadi seperti Issac Newton atau pun Albert Einstein.

Terlalu tinggi memang harapan Ayah Hilal. Tetapi dia percaya, Fisika bisa menjadi pribadi seperti itu di masa depan dengan caranya sendiri.

Gadis bermata cokelat itu kembali memandangi banner feed berisi giveaway.

Giveaway.

Teruntuk wilayah Karta.

Satu orang yang berhasil menjawab pertanyaan berikut. Akan mendapatkan sebuah hadiah buku dari penulis.

Pada pagi hari, sebuah ban sepeda di pompa hingga tekanan udara dalam ban mencapai maksimum. Apa yang terjadi pada ban tersebut di siang hari yang sangat terik?

Ms. Twilight : Diam" bae. Kalau gk ada yang pakai. Di simpan di gudang atau garasi.

123Ab : Meletus, Thor

OppaKiyowo : Kalau hujan gimana?

Cvwer : Meletus gak sih?

Kiprqe : Meledak

Flsa : Ban bocor

Grim Sun : Pada siang hari yang sangat terik, suhu udara dalam ban akan bertambah sehingga tekanannya juga akan bertambah.

Kemungkinan ban akan meletus karena tekanan udara dalam ban yang melewati batas.

Fisika yakin, seharusnya akun dengan nama Grim Sun itu yang selayaknya menang. Jawabannya cukup relate dan logis. Berbeda dengannya yang menjawab dengan persepektif yang agak kurang masuk akal. Kendati demikian, Fisika tetap memberikan nomor WhatsApp-nya pada Vulcanno.

.
.
.

Janji temu lewat chat disepakati kedua belah pihak saat jam makan siang. Vulcanno telah mengirimkan kepada Fisika lokasi Veorovia Cafe And Book. Tempat itu memiliki jarak waktu tempuh dari rumah Fisika selama satu jam perjalanan menggunakan kendaraan roda dua.

Ibunya Tania menatap curiga ke arah Fisika saat gadis itu melewati ruang tengah.

"Mau ke mana?"

"Mau ke rumah teman. Ke Anggi, Mah."

Tania mengganguk kecil. Lalu memberikan punggung tangannya pada sang putri untuk dicium.

"Jangan pulang malam-malam." Tania mengingatkan.

Fisika mengganguk kecil. Lalu segera menyambar kunci motor matic dari atas gantungan di dekat pintu. Dia jadi tidak sabaran bertemu penulis yang ia kagumi. Vulcanno tipe penulis yang tertutup soal identitasnya. Jadi, kesempatan ini adalah hal yang tidak bisa dilewatkan begitu saja.

Buku-buku Vulcanno selalu menjadi buku terbaik yang mejeng di rak-rak buku gramedia. Fisika berharap, suatu saat. Dia bisa mengikuti jejak Vulcanno.

Sepanjang perjalanan, pikiran Fisika penuh dengan salam pertama yang harus ia ucapkan untuk menampilkan kesan baik. Debaran di jantung membuat Fisika merasa sangat tidak nyaman. Ia gelisah, sekaligus merasa tegang.

Sesampainya di tempat yang dituju sesuai GPS motor. Gadis bermata cokelat itu tersenyum lega. Di depan dinding cafe yang terbuat dari kaca , telah tercetak jelas nama Veorovia Cafe And Book. Untunglah saat itu jalanan sedang lenggang. Jadi dia bisa sampai sesuai perkiraan.

Seraya mendorong pintu cafe dari luar. Fisika berjalan dan duduk di salah satu meja bulat yang dipernis di tengah ruangan. Alunan lagu musik klasik mengalun indah. Sekilas, mata Fisika terpana dengan desain interior tempat itu. Di dinding kirinya, tampak rak-rak buku yang menjulang sampai tinggi orang dewasa.

Fisika menahan diri untuk tidak tertarik oleh medan magnet area tersebut. Tujuannya adalah bertemu Vulcanno. Ia kembali fokus dan mengetik pesan kepada sang penyelenggara giveaway lewat ponselnya.

Fisika :Kak, gue udah di cafe. Kak Vulcanno di mana?

Vulcanno: Aku di Cafe. Kamu yang di mana?

Fisika : Aku di meja tengah. Pakai jaket parka warna marron

Vulcanno : Oke, aku ke sana

Jantung Fisika semakin berdebar dengan kecepatan yang meningkat drastis. Telapak tangannya berkeringat dan terasa dingin. Dia benar-benar merasa antara siap dan tidak siap. Fisika masih meyakinkan dirinya untuk tetap bersikap tenang saat pertemuan pertama.

"Ms. Twilight?" Suara seorang pria mengalihkan atensi Fisika. Saat pria itu semakin berjalan di depan Fisika dan menarik kursi dari bawah meja. Mata cokelat Fisika terbelalak. Arsip ingatan pada area kortinal di dalam otaknya bekerja lebih keras dari biasanya.

"Izar! Ngapain lo di sini?" tanya Fisika dengan pandangan tidak suka.

Pria dengan gaya rambut hitam berantakan atau lebih familiar disebut gaya Messy, balik menatap Fisika dengan pandangan yang sama terkejutnya. Sedetik kemudian, senyumnya yang terlihat manis dan selembut malaikat tampak di pelupuk mata Fisika.

"Jangan bilang lo si Ms.Twilight?"

"Dan lo si Vulcanno itu," balas Fisika dengan nada kesal.

Ekspetasinya bagai cermin yang runtuh dan hancur berkeping-keping. Tatapan kagum yang sebelumnya ia simpan untuk Vulcanno telah berubah menjadi perasaan emosional yang bisa saja meledak sewaktu-waktu.

"Ya udah. Hadiah gue mana?"

Izar yang berlindung dibalik nama Vulcanno hanya tersenyum dengan ramah pada Fisika. Dia tampak tidak mengambil hati dengan sikap Fisika yang berubah kasar.

"Oke." Izar meraih tas punggung yang ia kenakan. Lalu mengeluarkan 5 tumpuk buku yang ia tulis sendiri lengkap dengan tanda tangannya.

"Hadiah buat lo," tukas Izar. Tetapi dia tidak langsung memberikan hadiah tersebut pada Fisika.

"Maksud lo apa? Atau jangan-jangan lo mau batalin kuis giveaway itu?" tandas Fisika dengan curiga. Kedua tangannya telah terkepal kuat di bawah meja.

"Sebenarnya, ini bukan hadiah pertama."

Alis Fisika bertaut bingung mendengar argumen Izar.

"Lantas?"

Izar kembali mengeluarkan sebuah map cokelat kepada Fisika dan menyerahkannya tepat di hadapan gadis itu.

"Lo perlu baca ini. Kalau lo setuju, lo dapat semuanya."

Walau Fisika masih penasaran dan curiga dengan maksud Izar. Dia menurut membuka map tersebut dan mengeluarkan selebaran kertas HVS A4 yang penuh dengan ketikan font jenis Arial.

Mata cokelat Fisika bergerak cepat membaca semuanya. Semakin dibaca, binar mata Fisika semakin berubah-ubah.

"Lo serius?" tanya Fisika setelah membaca semuanya. "Lo nawarin gue kerja bareng lo?"

Izar mengganguk.

"Lo merekrut orang berdasarkan pola pikir mereka dari giveaway yang lo buat?" Fisika kembali lagi bertanya.

"Yap! Jawaban lo sesuai kriteria. Kalau lo setuju, lo bisa tanda tangan. Lo bakal jadi rekan kerja gue. Lo gue gaji untuk bantu pekerjaan gue," jelas Izar sambil menyodorkan sebuah tinta cair di atas meja.

"Gue butuh jawaban sekarang. Kalau lo menolak. Gue bisa cari orang lain. Lo tahu, 'kan? Siapa gue sewaktu sekolah dulu?"

Izar kembali menampilkan senyum tidak berdosanya. Fisika masih mengingat jelas, bagaimana cowok yang sudah lama tidak ia temui ini. Sedari dulu, Izar selalu suka mengganggunya untuk maju ke depan kelas dan membuatnya mengerjakan soal yang tidak ia mengerti.

Izar akan tersenyum dan bersikap di depan semua guru dan teman-temannya dengan wajah polos tidak berdosa. Padahal, tak seorang pun tahu. Senyum Izar itu menyimpan sejuta hal licik demi meraih perhatian semua orang dan selama masa-masa sekolah itu. Fisika dijadikan batu loncatan kesuksesan Izar.

Jika Izar adalah siswa paling berprestasi di kelas. Maka, Fisika akan menjadi siswi yang terlihat tidak berguna di dekat Izar.

"Gajinya berapa?"

Izar kembali tersenyum. Lalu ia menunduk sebentar untuk menekan layar pada ponselnya. Fisika yang melihat hal tersebut. Makin dibuat bingung. Ngapain sih?

"Izar?" Seorang pria lain datang menghampiri. Rambutnya berwarna hitam kebiruan dengan disemir rapi. Kacamata persegi, bertengger di atas hidung bangirnya.

Gila! Tipe cowok wattpad

"Dia?" Si pria menunjuk Fisika dan Izar menjawab.

"Iya, dia."

Fisika masih terpaku menatap teman lelaki Izar. Sedetik kemudian, ia tersadar saat seseorang menginjak kakinya di bawah meja.

"Ini Bigbos gue." Izar mengenalkan pria tersebut. Lagi, Fisika terhipnotis oleh sorot ink yang tidak biasa bagi orang lokal. Fisika beranggapan, lensa kontaknya sangat indah.

"Namanya?" tanya Fisika.

"Aerglo. Lo bisa panggil gue Aer."

"Air?" ulang Fisika

"Aer," seru Aerglo.

"Aeer?" balas Fisika kurang connect. Aerglo menatap Izar dengan pandangan tidak suka. Lalu ia berbalik memandang Fisika.

"Panggil Sagi saja. Lo bisa, 'kan? Fisika?"

"Fis aja kalau lo mau. Itu nama akrab gue."

"Oke," sahut Sagi. Izar lalu memberikan semacam isyarat bahasa tubuh bagi Sagi dan Sagi langsung paham.

"Lo pengen tahu, berapa banyak lo dibayar?" tanya Sagi memastikan. Fisika mengganguk.

Sagi pun mengambil pulpen dari atas meja lalu menarik telapak tangan Fisika. Awalnya gadis itu menarik tangannya kembali. Tetapi, sesuatu di bawah meja menginjak kakinya kembali. Fisika pun lantas menggeram kepada Izar.

"Itu gaji lo," seru Sagi.

Fisika pun terbelalak menatap deretan angka yang ditulis di telapak tangannya.

4, 7, ... 13, 15

"Bilangan apa ini?"

"Jawabannya adalah gaji lo," jelas Izar. "Gimana? Lo masih mau berkerja bareng gue?"

Sebenarnya, Fisika agak ragu bekerja dengan Izar. Pria itu cukup berbahaya, jika orang-orang tidak mengenalnya. Lagipula, Fisika sendiri sudah menjadi pengganguran sejak resign dari tempat kerjanya.

Kalau menerima tawaran Izar. Dia rasa, itu mungkin bisa membantunya. Lagipula, Izar adalah seorang penulis ternama. Orang itu tidak akan mempermainkannya semena-mena.

Maka, Fisika pun akhirnya menandatangani kontrak kerja sama selama satu tahun dengan bayaran yang dibuat seperti soal matematika. Tugas Fisika cukup mudah, ia hanya perlu membantu pekerjaan Izar.

Pikir Fisika, dengan membantu Izar dalam pekerjaannya. Bisa saja, Fisika dapat mengikuti kesuksesan Izar dalam dunia literasi. Kesempatan seperti ini tidak akan ia temui lagi.

"Baiklah." Izar meraih kontrak kerja Fisika dan menyimpannya kembali di dalam map.

"Apa lo siap bekerja besok? Kita ketemu di sini lagi pada jam yang sama," tanya Izar.

Fisika melirik sekilas ke arah Sagi.

"Kerjanya sampai jam berapa?"

"Beberapa hari," sahut Izar. "Nyokap lo ngizinin lo hilang beberapa hari gak?"

Fisika terdiam, masalah yang itu. Dia belum kepikiran. Apalagi jika keluar kota bersama Izar.

"Kalau gitu, minggu saja." Sagi mengambil keputusan. "Izar akan mengurus semuanya."

Fisika menurut saja. Toh, Sagi terlihat seperti Manager bagi Izar. Hanya saja, aura Sagi terasa jauh lebih mendominasi.

____///___/___///_____
Tbc


Ada yang bisa bisa bantu Fisika menjawab, nominal gaji? ಥ⌣ಥ

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro