Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Truth or Dare

"Truth ... or dare?"

Jam kosong di pelajaran kedua sebelum istirahat berjalan tidak seperti biasanya. Nyaris seluruh siswi di kelas 10 IPS 2 duduk melingkar di depan kelas dengan tupperware Dini yang berada di tengah-tengah.

Yang menjadi korban truth or dare kali ini yaitu Citra. Banyak rumor menyebutkan bahwa cewek itu tengah dekat dengan ketua OSIS di kelas 11 IPA 4. Mengetahui teman-temannya sedang berusaha mengulik kebenaran atas rumor tersebut, meski sempat ragu akhirnya Citra berujar lantang, "Dare!"

Beberapa mendesah kecewa. Sedang sang pemberi tantangan tersenyum jahat seraya memicingkan mata.

"Serahasia apa sehingga teman kita yang selalu betah di zona aman ini lebih memilih dare alih-alih menjawab pertanyaan dengan jujur?" tanya Pamela seolah aura mengintimidasi berada di sekitarnya.

Citra tergelak karena mengetahui tebakannya tidak meleset sama sekali. Namun, seketika menjadi was-was saat menanti kembali tantangan apa yang akan Pamela berikan.

"Buat instastory foto selfie di instagram, tag kak Damar tanpa di-hide."

Citra melongo, sedang yang lain tergelak puas seolah mengejek cewek yang lebih memilih dare saking tidak mau secret relationship-nya terbongkar.

Setelah ini, mereka yakin nama Citra akan semakin naik daun seantero sekolah.

Botol minum hjau muda kembali diputar di tengah-tengah mereka. Semua mata memperhatikan ke mana botol itu tertuju. Pamela sontak menumpu kening saat ternyata dirinyalah yang akan menjadi korban berikutnya.

"Truth or dare?!"

Pamela tidak ada satu rahasia pun yang harus ia jaga. Dengan sangat percaya diri, Pamela menjawab, "Truth."

Dania memicingkan mata dengan senyum licik terukir. "Di antara cowok yang ada di kelas kita, siapa yang paling lo suka?"

"Ppftt."

"Nggak ada."

"Boong!" Tiwi menyahut kelewat cepat, "Pasti ada ... seenggaknya satu orang."

Pamela dibuat semakin bingung. Sejauh ini, ia tidak menyukai siapapun kecuali—

"Kibo."

Sedetik kemudian gelak tawa yang bersahutan medominasi mengalahkan suara umpatan sekumpulan siswa yang tengah mabar di pojokan kelas.

"Kenapa? Salah kah?" tanya Pamela dengan kepolosan yang kentara. Ia tak mengerti hal semacam ini bisa membuat Tiwi nyaris terjengkang ke belakang karena tawa yang tak mampu ditahan.

"Nggak salah," ujar Tiwi seraya menggelengkan kepala dengan tawa yang masih tersisa.

Andai definisi 'suka' antara mereka itu sama. Pamela menyukai Kibo karena bocah itu selalu menjadi mood booster-nya.

"Keburu istirahat, ayok next," Tiwi kembali memutar botol yang ada.

Tidak cukup sekali, tempat minum tersebut kembali mengarah kepada Pamela."Ih! Mending jangan si Tiwi yang muterin, deh, gue mulu yang kena. Putar ulang, ayok!"

"Mana boleh!" sergap Tiwi. Giginya nyaris kering karena lagi-lagi Pamela membuatnya tertawa."Truth, or dare?" Miya mempersingkat waktu.

Pamela menjawab asal, "Dare."

"Gue, gue, gue!" sahut Citra kelewat semangat. Kiranya dia ingin membalas dendam dengan memberi tantangan berat yang serupa.

"Samperin si Kibo, bilang kalo lo suka sama dia."

"Hah?"

"Samperin si Kibo, bilang kalo lo suka sama dia," ulangnya menahan tawa.

"Eh, anjir!" Pamela mendadak panik, "Gimana kalo dia ngira yang enggak-enggak?"

Dini berdecak, ia sangat menanti hal-hal seperti ini. "Nggak bakal, paling ngira yang iya-iya."

"Cepetan," serobot Tiwi tak sabaran. Ia melirik Kibo yang tengah bercanda bersama Ryan.

"KIB—"

"Jangan sekarang!" sela Citra cepat. "Abis bel istirahat bunyi, tepat pas kita bangkit dari duduk baru lo—"

Ucapan Citra terpotong oleh suara nyaring bel sekolah. Cepat-cepat mereka bangkit. Menanti pertunjukkan pengakuan seorang Pamela kepada Kibo.

"Sekarang."

Pamela menarik napas. Jaraknya dan Kibo sekitar lima meter.

"KIBO!"

Sang empu menoleh. Jika dilihat-lihat, cowok itu memiliki aura positif yang humoris. Kibo selalu terlihat ceria di mata siapa pun. Ia sering dijuluki badutnya kelas karena sering menghibur orang lain dengan tingkah konyolnya, termasuk Pamela.

"Kibo, lo lucu. Gue suka."

Tidak, rasanya deskripsi barusan tidak relate jika melihat raut wajah Kibo sekarang. Senyuman yang selalu terlihat itu tiba-tiba luntur. Kibo bahkan tak mampu berkedip karena keterkejutan yang luar biasa. Di tengah sorakan siswa-siswi sekelas, remaja itu masih berusaha mencerna kejadian barusan.

Sial, kenapa jantung Kibo terasa berdetak lebih cepat?

***

Hawoooo!

Truth or dare itu ngeri-ngeri sedap ye, aldjakskdks. Siapa di sini yang sering hindarin truth karena ada rahasia yang harus dijaga? Atau malah hindarin dare karena nggak suka hal yang berbau tantangan?

Aaaa sampai jumpa di bulan depan, Gess!

Salam,
Rismacakap

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro