Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9

Halaman rumah Varo jelas lebih besar dari rumahnya. Kimi berdecak kagum saat memasukinya. Tak menyangka rumah di sebelah rumahnya sebesar ini. Karena dari luar tertutup dinding yang tinggi. Pantas saja Varo memilih tinggal di rumahnya, batin Kimi.

Jika dia disuruh tinggal di rumah sebesar itu pun Kimi akan menolak seketika. Rasanya menakutkan. Teriak pun tetangga tak akan bisa mendengar.

Kimi duduk di kursi sofa ruang tamu sementara Varo sudah menghilang membawa koper dan barang-barang yang dibawa. Mata Kimi terpaku pada foto di dinding dengan ukuran cukup besar. Ternyata Varo anak tunggal, terlihat dari foto keluarga hanya ada kedua orang tua dan Varo.

Cukup lama menunggu tapi Varo tak juga kembali. Kimi pun memanggil dan mencari.

"Varo, lo di mana?"

"Bentar. Tunggu aja di situ," seru Varo membalas.

Kimi pun menuruti duduk kembali. Tapi 15 menit berlalu Kimi tak bisa menunggu lagi.

"Varo kamu di mana sih? Lama banget. Waktu gue jadi terbuang sia-sia tahu!"

"Lo cuma nunggu gue bentar aja bilang sia-sia. Nih, gue tuh nyari ini."

"Itu apaan?"

"Ini punya lo bukan?"

Kening Kimi berkerut, tangannya menerima kotakan persegi panjang bergambar sponsbob di ujung kanan. Kotak yang isinya plester dan obat antiseptik. Kotak P3K itu jelas miliknya, tapi bagaimana bisa ada pada Varo?

"Ini kan punya gue dulu."

"Memang, makanya gue balikin."

"Kok sama lo?"

"Lo yang ngasih dulu."

Kimi ingat betul pada siapa dia memberikan kotak P3K-nya. Pada pengendara motor yang menghindarinya saat dia fokus membaca berita di ponsel. Andai pengendara motor itu tak menghindar, dia pasti sudah jadi korban kecelakaan dan memiliki bekas luka di mana-mana.

"Jadi orang yang nabrak trotoar itu lo?"

"Jadi cowok yang ngomel-ngomel nyeramahin gue itu lo?"

"Jadi cowok yang bikin gue nggak bisa tidur itu lo?"

Kimi benar-benar terkejut. Dulu dia sulit tidur memikirkan bagaimana nasib si pengendara motor karena saat itu setelah marah-marah dan menerima kotak P3K-nya, Varo pergi begitu saja. Sejak saat itu Kimi tak lagi membaca sambil jalan. Kimi benar-benar mengatur waktunya membaca agar tak melukai orang lain lagi. Dia semakin belajar manajemen waktu.

"Gue minta maaf. Sekarang lo punya bekas nggak?"

"Enggak."

"Yakin?"

"Ngaruhnya apa buat lo?"

"Habis dulu gue yakin luka lo parah. Tapi lo langsung pergi gitu aja. Kok dulu lo di Jakarta?"

"Kapan-kapan gue jawab. Lo bawel juga ternyata. Ayo balik. Nanti dicariin Bang Elang."

"Berarti lo udah tahu gue dari lama?" tanya Kimi yang masih penasaran. Bahkan masih banyak pertanyaan lainnya. Tapi Varo justru membekap mulutnya.

"Waktu kita masih banyak. Jangan diborong semua pertanyaannya. Simpen buat besok."

"Tapi gue penasaran."

"Lo selain rajin belajar juga rajin bertanya alias kepo."

"Yang penting kan rajin. Makanya gue pinter."

"Iya lo pinter, semua juga tahu. Nggak usah promosi, nggak minat."

Kimi melayangkan pukulan ke udara, gemas. Mulut Varo lebih pedas dari mulut ibu-ibu komplek. Kesal tapi sudah terbiasa. Dan kebiasaan membuatnya mulai nyaman berteman dengan Varo.

"Varo...."

"Hm?"

"Cerita gue di wattpad udah mau kelar," ucap Kimi random hanya demi mencari bahan obrolan karena sejak tadi Varo hanya diam. Padahal cuaca sore ini cukup cerah, bagus untuk berjalan santai sembari ngobrol.

"Terus?" tanya Varo tanpa minat.

"Gue harus cepet-cepet ngelarin. Tapi bentar lagi gue mau ikut olimpiade. Gue mesti gimana ya?"

"Kenapa harus cepet-cepet?" tanya Varo, terpaksa. Karena Kimi sudah ada di hadapan, menghalangi jalannya.

"Gue mau ikut lomba. Ada penerbit yang bikin event."

"Yang lo bingungin bagian mana?" Varo mengerutkan kening.

"Bantuin gue ngatur waktu. Gue pengen kayak lo. Bisa main tapi tetep pinter."

Refleks Varo tertawa, akhirnya seorang Kimi mengakui kelebihan orang lain dan meminta pertolongan.

"Kenapa sih suka banget ngetawain gue?" Kimi mengerutkan kening.

"Lo minta tolong gue? Nggak salah?"

Kimi bercedak kesal. Giliran minta tolong justru ditertawakan. Mengerjakan sendiri dibilang sok kuat. Kimi jadi serba salah. Padahal dia ingin mengerjakan semuanya bersamaan karena itu dia butuh pertolongan.

"Kata lo waktu itu, semua orang butuh pertolongan untuk sukses selain berusaha sendiri. Semakin banyak yang mendukung semakin mudah mencapainya. Gimana sih?"

"Akhirnya lo paham juga. Yang lain udah paham belum?"

"Yang lain yang mana?" tanya balik Kimi.

Varo hanya menggelang pelan merasa percuma bertanya. Kimi adalah salah satu cewek yang berambisi tinggi. Jadi memberitahu Kimi harus pelan-pelan. Cewek pintar dengan segudang prestasi biasanya sulit mendengarkan kata orang lain. Kimi, contohnya.

Tapi Varo salut dengan kegigihan Kimi. Tak pernah dia melihat Kimi mengeluh dalam berusaha. Justru dia melihat rona bahagia saat Kimi tengah belajar. Padahal biasanya anak seumurannya sangat malas untuk belajar. Tapi Kimi sudah memiliki tujuan hidup akan seperti apa nantinya. Kimi sudah memikirnya 5 tahun ke depan bukan memikirkan hal yang saat ini dialami seperti kebanyakan anak-anak seumuran mereka.

"Jadi gimana?" tanya Kimi ulang.

"Ya udah sisihin waktu lo buat nulis."

"Tapi gue mesti ngelarin baca materi olimpiade."

"Besok gue bantuin ngeringkas. Biar lo belajarnya gampang."

"Beneran?"

"Iya."

"Makasih ya!" seru Kimi girang sampai lompat-lompat, melupakan image cool-nya.

"Menurut lo gue bakal menang nggak?"

"Menang apa enggaknya bukan masalah. Enjoy the prosess."

"Gue takut menyesal. Tar kalau keduanya gagal gimana?"

"Kalau lo udah usaha maksimal, apapun hasilnya nggak akan ada penyesalan."

"Gue pasti bakal berusaha maksimal. Gue nggak pernah setengah-setengah ngelakuin apapun."

Langkah Kimi terasa lebih ringan. Sesekali dia senyum-senyum membayangkan rencana-rencana di kepalanya. Bahkan dia sudah memiliki ide akan membuat apa untuk masa depan ceritanya. Dia memiliki instagram khusus dengan nama penanya. Dia juga senang karena Varo mau membantunya jadi dia yakin tak akan kesulitan untuk memahami materi kalas XII.

"Ternyata lo ada gunanya juga," ucap Kimi yang hanya dibalas lirikan datar Varo.

***
Love, ainunufus

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro