10
Hari baru di sekolah dengan status baru, Kimi menjadi single kembali. Meski Kimi dan Varo tetap berangkat sekolah bersama tapi Varo tak mengikuti Kimi lagi. Seperti istirahat pertama kali ini. Varo ke kantin bersama Doni -temen semeja.
Diam-diam Kimi masuk ke kantin dan mencari cowok tinggi berambut hitam yang biasa di dekatnya. Dia melihat Varo duduk di meja pojok tak hanya dengan Doni tapi juga ada Bela. Kimi menggembungkan pipinya sedikit kesal.
"Lo ngapain?" Kimi terlonjak kaget karena tepukan Abizar di pundaknya.
Jantungnya berdetak berkali-kali lipat. Bahkan wajahnya memucat. Abizar pun khawatir.
"Sorry. Gue nggak niat ngagetin lo. Are you ok?"
"Kimi. Lo nggak pa-pa kan?" tanya Abizar lagi karena Kimi masih diam, mengusap dadanya.
"Kim ...."
Kimi mengangkat tangan pertanda dia baik-baik saja.
"Sorry," ucap Abizar.
"Gue nggak pa-pa," ucap Kimi yang mulai tenang.
"Lo ngapain di sini?"
"Gue mau ke perpustakaan."
"Terus ngapain di sini? Lo mau beli susu?"
"Gue mau langsung ke perpus aja." Kimi segera beranjak ke luar kantin diikuti Abizar yang masih penasaran.
"Lo kenapa sendirian? Pacar lo mana?" Sindir Abizar.
"Nggak lucu."
"Lagi marahan ya? Perasaan kemarin gue lihat kalian dari rumah kosong sebelah rumah lo. Ngapain?"
"Kepo!"
Abizar yang gemas menarik kedua pipi Kimi.
"Ih... apaan sih?"
"Gimana persiapan lomba lo?"
"Lumayan," balas Kimi.
"Semangat!" seru Abizar sembari mengusap kepala Kimi.
Kimi melebarkan bibirnya untuk tersenyum. Meski lelah harus belajar lebih giat dari teman-temannya tapi Kimi berusaha menikmati. Kalau tidak dia hanya akan merasa lelah, terbebani lalu jatuh sakit. Dia yang memilih jalan untuk sukses jadi dia harus lebih semangat dari siapapun.
Melihat Tica sudah duduk di meja pojok perpustakaan, Kimi pun mendekat tanpa membuat suara. Hanya tersenyum sekilas lalu keduanya larut dalam bacaan. Bahkan Kimi tak menyadari bahwa Abizar telah pergi.
Hingga Hime, cewek paling ceria sejagad raya datang meramaikan suasana. Kimi dan Tica refleks menurunkan buku yang mereka baca dan mengalihkan pandangan pada Hime.
"Kok pada lihat gue semua?" tanya Hime.
"Karena gue tahu lo mau ngomong sesuatu. Atau lo mau gosip?" ucap Kimi dan dibalas anggukan oleh Tica.
"Gue bukan mau gosip. Gue cuma cerita soal cowok lo." Hime menatap Kimi antusias.
"Varo kenapa?"
"Cepetan lo ikut gue. Lo bakal tahu sendiri."
Tanpa menunggu persetujuan, Hime menarik Kimi menuju lapangan basket yang ternyata sudah ramai penonton. Awalnya Kimi bingung tapi melihat dua orang di tengah lapangan matanya melebar. Varo dan Abizar tengah berhadapan berebut bola.
"Mereka ngapain?" gumam Kimi.
"Ya jelas ngerebutin lo lah. Gimana sih, Kimi.," seru Hime, gemas.
Kimi mendengkus tak percaya. Apanya yang diperebutkan? Jelas-jelas Varo tak membutuhkannya lagi. Sedangkan Abizar untuk apa memperebutkanya? Bahkan mereka sudah berteman sejak orok.
Merasa menonton hanyalah kesia-siaan, Kimi pun memilih mengajak Hime dan Tica pergi. Dia mulai bosan.
"Kita ke kantin aja, yuk. Gue haus."
"Tapi Varo sama Abizar gimana?" Hime memasang wajah bingung.
"Itu mah urusan mereka. Belum tentu juga soal gue."
Kimi merasa hal itu mustahil. Banyak hal yang masuk dilogika ketika Varo dan Abizar tanding basket. Kecuali mereka merebutkannya. Itu sangat konyol.
***
"Ini ringkasan buat lo." Varo meletakkan di meja belajar Kimi.
"Makasih."
"Eh tunggu." Kimi menarik ujung kaos Varo.
"Apa?"
"Tadi lo ngapain sama Abizar?"
"Basket."
"Ya tahu. Tapi dalam rangka apa?"
"Kalau gue bilang dalam rangka ngerebutin lo, lo kegeeran nggak?"
Seketika Kimi speechless dan Varo tertawa lepas.
"Gue cuma bercanda."
***
Love, ai
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro