Zumba porno (?)
Waktu werewolf dan vampire berkeliaran telah berakhir. Saatnya menjemur pakaian dan beraktivitas. Bukan berpegian ke negeri orang, ikut festival, eh, ternyata ritual pemujaan. Ada-ada aja emang tingkah laku anak muda.
Sebenernya ini belum siang, sih. Masih subuh malah. Nggak kayak di cerita biasanya, tokoh utama kita udah bangun dari tadi. Ia pun sudah mandi, tidak lupa menggosok gigi, habis mandi kuto- maksudnya menolong Lele, mengepel lantai, mencuci piring, pokoknya banyak, deh!
Arya juga sambil memantau orang-orang di kosan. Hari ini ia dapat menyimpulkan :
Susu Kris beneran L-Men, Cakra tidak bisa memasak, Agus dan Raga kamarnya masih dikunci, Setya sudah sibuk nulis diary, dan dengkuran Abdul bisa menjadi suara sahur warga kampung alias gede banget anjir.
"Ya Allah, gak sia-sia gue ikut les housekeeping online kemarin. Mayan, deh, rumahnya nggak kelihatan kayak tempat pengungsian," ucap Arya sambil berkacak pinggang melihat kerjaannya.
Kosan ini bisa dibilang besar dan luas juga. Ada dua lantai. Lantai pertama untuk ruang berkumpul dan di atas kamar anggota kosan. Di bawah hanya ada kamar Kris saja yang ruangannya dicat monokrom. Ruang itu sangat tertata rapih. Dindingnya dipenuhi figura dan juga medali. Arya pun tidak jadi menyapu lantai kamar Kris karena insecure duluan melihat prestasinya yang menumpuk.
"Eh, Ya, kamu udah bangun?" Masuklah sang pemilik kamar dari luar. Baju hitam lelaki itu dipenuhi bulir-bulir asin, rambut galingnya kini mencuat ke atas, napasnya terengah-engah. Sepertinya deskripsi tubuh Kris tidak perlu dijelaskan lagi, kan?
"Udah dong, Om. Om abis olahraga di mana? Ngucur banget tuh keringet kek air mata pegunungan."
"Ini abis lari keliling komplek terus pulangnya gowes." Benar sekali ucapan Arya, bajunya Kris sekarang sepertinya sudah dilumuti NACL.
"Wah, sendi sehat semangat gowes, ya?"
"Amin! Loh, kok, jadi iklan?"
"Ketauan banget pasti Om diem-diem jadi instruktur zumba buat manula, ya?" Wajah pitampoleun Arya mulai dikeluarkan.
"
Ah, iya-iya! Kok kamu, tahu? Tiap Minggu kelasnya di Wisma Setiabudi, kamu mau ikut, nggak?"
Niatnya bercanda, tetapi malah menjadi bumerang untuk Arya. Ini om-om jangan-jangan bisa nari tiang juga lagi? Kek apa-apa bisa, anjir, heran!
Arya sedang membantin seperti di sinetron-sinetron. Kepalanya bergerak-gerak. Gestur tubuh dan mimik wajahnya menunjukkan seakan-akan ia sedang berbicara dalam hati.
"Hey what are you doing? Did you try tou put a spell in our house?" Lele pun masuk ke ruangan. Kedua tangannya penuh dengan jinjingan. Punggunya ditunggangi sebuah tas box besar. Tubuh mungil pria itu hampir terbenam oleh barang-barang yang dibawanya.
"Eh, hello mate! Morning-morning udah busy aja, mau buka shop, bukan?" Tubuh Lele yang mendengar gaya bicara jaksel Arya langsung berkontraksi. Ada rasa geli-geli gitu ketika masuk ke telinga.
"Iya. Gua mau buka toko. Eh, i forgot to say thank you. Oh, and sorry for earlier. Gua kira lu cuman bisa ngacak-ngacak kayak Cakra. Makasih, Ya, really."
Walaupun tidak bisa melihat wajah Lele, Arya begitu tersentuh dengan kata yang keluar dari lelaki itu. Di rumahnya ia jarang mendapatkan ucapan terima kasih ketika berinisiatif membantu.
"I-is my pleasure, Le. No biggie really," ucap Arya tersipu malu.
Hidung sang bule pun tiba-tiba mendadak gatal. Bau yang ia cium saat ini sangatlah familier. "Om, cepet, dah, lo mandi sana! Bau kumang tau nggak!" ketus Lele yang jika diperhatikan lelaki itu seperti akan jatuh ke lantai akibat barang yang ia bawa. Kasian, kedua orang ini di depannya tidak peka.
Responsnya om yang satu ini gimana? Ya, tertawa renyah setelah mendengar kata "bau kumang", tapi, serius, gimana bau kumang?
"Le, kata gua lu turunin semua bawaan elu. Lu udah kayak diusir sumpah. Kasian tubuh lo yang mini size itu." Hmm tumben-tumbenan Arya seperti ini. Oh, pasti gegara dipuji tadi!
Lele pun nurut. Ia melepaskan semua barangnya dan merebahkan dirinya ke sofa terdekat. Ketika saling bertukar pandangan dengan Kris yang lebih tua melemparkan senyum jahat kepada pemuda bule itu.
"Om, no. Aku udah pake minyak wangi sumpah. Dont get any closer or im gonna yeop-chaggi you."
Namun Kris sudah tedeterminasi. Ia pun tahu Lele tidak akan menendangnya. Tangan-tangannya yang besar siap dikerahkan untuk memeluk Lele.
Satu hal yang kalian harus ketahui. Kris sangat suka memeluk orang. Ia akan berubah menjadi mode serigala jika mangsanya menolak untuk dipeluk. Emang gak ada yang waras di kosan ini. Serius, deh.
"Om Kris. Dont." Lelaki ini terlihat sekali tidak mau bajunya ditempeli dengan bau kumang Kris. Sayang, ia tidak di dapur dekat dengan empat pisau andalannya.
"Om, i really gonna kick your balls for sure if you try to hug me." Wajah Lele sudah kelihatan sangat takut. Kris benar-benar terlihat seperti penculik.
"But you like skinship!" ucap Kris membantah omongan Lele sambil menggerak-gerakan jarinya ke atas seperti anak kecil.
"Om, dont---"
Dalam hitungan detik Kris pun mulai menerjang mangsanya. Ia melompat ke atas sofa dan mulai merangkak ke arah Lele. Tak lama dari situ Kris sudah berada di atas Lele yang ketakutan setengah mati.
"AAAAA ADA ADEGAN PORNO!" Teriakan itu menggema ke satu kosan. Semua orang di rumah itu pun langsung pergi ke sumber suara.
"Mana porno?" tanya orang yang paling pertama turun. Orang itu adalah Agus.
Kedua oknum yang dituduh langsung menjauhi sofa secepat kilat. Mereka langsung ke belakang dan melakukan gerakan zumba. Refleks yang aneh.
"Satu, dua, tiga, loncat! Satu, dua, tiga, loncat! Eh, udah pada bangun?" ucap Kris dengan senyuman hangat. Akting mereka berdua benar-benar mulus.
"Ah, boong lu, Ya! Pagi-pagi udah bikin kecewa," ucap Agus yang terlihat benar-benar menginginkan adegan itu terjadi.
"Lu, bagian porno-porno aja duluan. Skripsi, noh, kerjain! Tuman!" Cakra menepuk bahu Agus dengan keras.
"Eh, anying, lu mah nampol gue, teh, kek punya dendam!" Agus memukul balik bahu Cakra, suara pukulannya terdengar sangat keras.
"Mau ribut, lo?" tantang Cakra. Tidak sengaja ketika mundur kaki Cakra menginjak ekor Sin, kucing itu pun teriak dan lari entah ke mana.
Cakra pun langsung menengok ke arah Raga. Di sana ia melihat masa depan di mana dirinya akan dihabisi.
"Ayo sekarang ribut ama gua!" Raga pun langsung angkat suara.
Cakra yang takut langsung lari ke arah kamar mandi. Raga dan Agus mengikuti di belakang. Keduanya menggedor-gedor pintu kamar mandi seperti polisi 86 sedang melakukan penggeledahan.
Di tengah ruangan Arya terlihat perihatin terhadap teman satu jurusannya. Setya. Sepertinya hanya dia yang normal di kosan ini.
Tak lama dari situ Setya memperlihatkan sebuah foto dari ponselnya. Di sana terlihat foto komuk Arya yang sudah diedit menjadi kolase indah.
"Gak jadi gua kasihan sama lo. Sini lo Setya!"
🏠🏠🏠
Di lantai bawah semua orang sudah membuat keributan masing-masing. Sementara di lantai atas Abdul masih ada di dunia mimpi. Sudah delapan kali alarm berbunyi. Tetap saja anak SMA itu tidak menggubris.
Ponselnya kemudian bergetar lagi. Kali ini bukan alarm, melainkan telepon dari orang yang selama ini ia tunggu-tunggu.
Yang bisa nebak bener orang yang nelpon Abdul aku kasih pulsa, ah~
Anw, kalian ingin tau Yeop-Chaggi?
Cari sendiri aja, ya, google ada 🙏🏻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro