Sang sultan dan babunya (Pt.1)
Dua jam yang sangat berkesan di hidup Arya. Bagaimana tidak? Sebelum menonton film ia dibelikan paket popcorn dan minum deluxe. Ia pun terkaget-kaget ketika masuk bioskop sebuah bantal, selimut, serta kursi yang panjang telah menunggunya. Kencannya pun tak segan-segan menanyai apa yang kurang demi kenyamanan ketika menonton. Namun, Arya hanya membalas dengan senyum dan gelengan kepala layaknya seorang yang sedang disekap.
Tapi, memang tak salah jika mengajak Arya ke sebuah bioskop. Karena sifatnya yang tidak bisa diam, pasti dia akan terus mengoceh dan membuat jokes mengenai skenario yang baru saja diputar. Lelaki itu pun tak segan teriak layaknya Mariah Carey jikalau ada adegan jumpscare.
"GILA EMANG PADA DASARNYA SEMUA BONEKA TUH JAHANAM, ANJIR!" Semua orang di bioskop langsung menatap ke sumber suara. Film sudah selesai dan lampu-lampu kembali menyala. Lelaki satu ini malah berubah jadi toa.
"Eh, maaf-maaf. Pacar saya agak gini abisnya, hehe ...." Arya pun kembali jinjja shocked ketika mendengar kata itu lolos dari perempuan di sebelahnya.
"Pacar pura-pura, ye. Yakali gue pacaran ama tukang dessert box." Langsung saja Ryu menimpali agar lelaki yang diajaknya tidak berharap lebih.
"Ah, iya, sih. Lagian mana ada yang mau ama gue, hehe." Pancaran sinar matahari dari Arya tiba-tiba saja terlihat pudar.
"Ya, baper ni anak. Udah, ah. Yok, nyari makan. Gua laper, nih. Lu mau makan di mana?"
"Resto sunda, kuy? Kayak warteg gitu mau, nggak?"
Ada kesunyian dari Ryu ketika mendengar saran Arya. Ia melihat tangannya yang baru saja di medi-pedi kemarin. Jujur, Ryu bahkan tidak pernah mencoba ke warteg sekalipun. Ia belum tahu saja dengan uang gambar Pak Frans Kaisiepo bisa mendapatkan nasi segunung dan lauk dari sabang ampe merauke. Hiperbola amat deskripsinya.
"Mmm ... anu. Gua jarang makan di warteg, sih ...."
"Oh, pasti---"
"Nggak-nggak bukannya gue anti sama makanan warteg atau gak suka. Cuman, ya ...."
"Ya ...?"
"Nevermind, deh. Lagian kita lagi di mall, Nanti jauh lagi, dong! Belum lagi bawaan lu banyak." Di hatinya, Ryu bersorak-sorai karena iya tahu Arya tak akan menolak tawaran ini.
"Lu salah ngomong gini ke gua. Gua jadi nambah pengen bawa lo ke warteg tau gak?" Lelaki itu membereskan selimut yang ia pakai beserta selimut pacar satu harinya.
"Loh, loh, lu mau bawa balik tuh selimut?"
Arya pun menarik Ryu dari tempat duduknya. Tapi, usahanya gagal karena Ryu lebih bertenaga dari yang Arya kira. "Eh, kok, gak keangkat ...."
"Jawab pertanyaan gue dulu Juleha! Lu mau bawa ke mana ntuh selimut?"
"Ah, rese lo Jenab! Gua mau taruh di bawah langsung. Mau nambah pahala gue bantuin kerjaan orang."
"Baru banget gue ketemu orang kek lo. Udik abis, asli."
Arya menoleh ke arah Ryu dan memberikan smirk yang membuat orang melihatnya akan langsung memukul dadanya sampe bunyi deg.
Deg!
"Anjing dada gua ...."
"Muka lo nyeremin! Dah, ah, cepet kalau mau ke warteg. Kalau hujan bisa berabe nanti."
"ASIK! MAKASIH PUTRI JENAB!"
Ketika turun tangga Ryu tidak sadar bahwa dirinya telah tersenyum sejak tadi.
🏠🏠🏠
Sebelum keluar dari Mall Ryu memiliki tiga syarat untuk Arya. Syarat pertama adalah menemani dirinya belanja baju dan skincare. Kedua, mencari makanan kucing. Dan yang terakhir membeli makanan untuk keluarganya di rumah. Emang, yak, ini cewe satu banyak mau. Beruntung Arya mental babu jadi dirinya segan melakukan itu semua.
"Wah, lu biasa belanja baju di sini, Ry? Keren-keren banget asli. Premium quality semua, anjir." Ini adalah surga untuk Arya. Ia memang punya ketertarikan dalam bidang fashion. Bisa dibilang dari semua teman di kelasnya dulu, ia paling tahu soal trend dan bagaimana agar bisa berpenampilan menarik. Kok ada rasa gatel-gatel gimana gitu abis muji Arya ....
"Dibilang sering juga kagak. Gua kalau ada style yang mau dicoba, eksperimennya ke sini gitu."
"Hmm, hobi sekali dirimu membakar-bakar uang," celetuk Arya sambil mengambil beberapa baju.
"Ya, gak bakar-bakar duit juga elah! Gua emang kelihatannya boros gitu? Kayak banyak duit gitu menurut lo?"
"Yes. Lu kelihatan kayak orang-orang berada gitu, deh. No offense. Tapi, gua gak ada masalah juga kalau lu boros. I mean kita aja baru ketemuan, Ry. Gua gak tahu kehidupan lu sebenernya, tuh, kayak gimana. Maybe this is just an act? I dont know." Damn. Ini anak brutal juga kalau ngomong.
Ryu menatap lelaki itu sebentar. Ia pun terkekeh sendiri mendengar omongan Arya yang sangat amat jujur.
"Gua sebenernya sedikit aneh sama lo."
"Sedikit atau banyak? Banyakin aja, deh. Tanggung amat." Arya masih saja sibuk memilih baju. Kini ia juga memulai pencarian celana jeans. Etdah, kayak punya banyak duit aja lo siluman kumang.
"Yaudah, banyak, deh. Abis, apa, yak. Lu bisa mature, tengil, dan juga menghibur tergantung waktunya. Kayak lo bisa menempatkan diri. Keren, sih."
Arya menatap Ryu. Kedua pipinya memerah dan giginya pun mengigit bagian bawah bibir.
Deg!
Kembali dada Arya dipukul sampai jantungnya bergerak. Ya, iya, bergerak yakali mati anjir?
"Plis, lu jangan bikin muka lu itu aneh-aneh, deh. Serem kayak pembunuh bayaran tau, nggak?"
Arya yang belum sembuh dari pukulan itu mulai berbicara seperti orang sakaratul maut. Hanya suara udara yang lolos dari mulutnya.
"Eh, lo gapapa? Pukulan gua kekencengan?" Kepala Arya mengangguk, tetapi mulutnya berkata "nggak". Karena Ryu tidak ingin merasa bersalah, ia pun peka dengan tumpukan pakaian yang Arya bawa di tangannya sejak tadi. Mungkin dengan membelikan salah satu baju ia akan kembali seperti semula.
"Eh, lo pilih salah satu baju dari yang lu bawa nanti gua beliin, deh. Gimana?"
"Nggak!" Akhirnya Arya pun kembali bersuara. Namun, tumben tokoh utama kita menolak? Ada apa gerangan? Keknya tawaran Ryu kurang menggoda. Astagfirullah suudzan lagi.
Ryu menatap lelaki di depannya bingung. Ya, jangankan Ryu, yang nulisnya aja bingung.
"Maksud gue. Gak usah, Ry. Asli. Gaenak gue. Mana kita baru kenal ...."
"Kalau udah kenal lama gapapa gitu?"
"Ya, gapapa---maksud gue, ah, elah, maaf-maaf. Mulut gue gak punya rem." Ia pun menampar mulutnya dan mulai kesakitan sendiri.
"Ajaib banget ini anak ade-ade aja, dah." Batin Ryu saja sudah sedikit heran sepertinya.
"Oke." Arya pun kembali tegak dan membusungkan dada. Ia menghembuskan napas perlahan, mengambil napas dan ditahan. Canda tahan. Dihembuskan lagi dong.
"Makasih, Ry. Tapi, gua nggak ngerasa nyaman. Cause you already give me everything. I mean not everything but treating me really well. So, kudos for that. Lain kali aja kalau lu mau traktirin gue, oke? Keep it for later."
Jujur, aura dan nada bicara Arya berbeda jika ia menjadi serius. Apalagi kalau dirinya mulai berbicara bahasa Inggris. Perkataannya terlihat tulus layaknya seorang gentleman. Oke, cukup sekian mujinya.
Ryu awalnya hanya bisa mematung mendengat Arya berbicara seperti itu. Namun, ketika senyum lebar terpancarkan dari wajahnya, ia tahu bahwa pilihannya membawa Arya jalan-jalan sangatlah ide yang baik. Plis udah dong muji Aryanya.
Tangan Ryu langsung menarik lengan baju Arya dan membawanya ke benda yang wajib dikunjungi ketika berada di toko baju. Cermin ukuran satu meter.
"Oke, kita harus mirror selfie!"
"Eh, nape tiba-tiba, deh. Lu gak malu mirror selfie ama pisang berjalan?" Ya, memang salah Arya memakai baju serba kuning. Untung saja masih pisang bukan tinja. Eh ....
"Yaudah, pake baju double aja," ucap Ryu enteng. Tanpa lama pun Arya mengikuti perintah Ryu. Emang ini anak mental babu sepertinya.
"Lah, beneran anjir?" Ryu bingung sendiri.
"Loh, yang nyuruh gue sape tadi, Jenab?"
"Yaudah, lah. Cepet-cepet. Satu ...."
"Eh, lu pake filter kaget bukan?"
"Hah, apaan dah filter kaget?" tanya Ryu bingung.
"Ih, dodol. Ya Moli maksud gue. Kan kalau kaget biasanya 'Ya Tuhan' 'Ya Allah' gitu. Jadi kalau kaget versi Instagram ya moli!"
"Sumpah, gua mulai merasa menyesal muji lo tadi." Arya hanya membalasnya dengan senyum pasta gigi.
"Oke, satu, dua ...."
"Tunggu, ini di first acc, close friend, atau second?"
"AMPUN DEH, AMPE LO NGOMONG LAGI GUE TINGGAL." Pada akhirnya Ryu tidak lulus uji kesabaran yang diselenggarakan oleh Arya saudara-saudara.
"IYE, MAAF."
"Oke, satu, dua, ti---"
Arya menginterupsi lagi. Namun, kali ini ia berdiri di depan Ryu dan membernarkan poni perempuan yang ada di depannya.
"Sorry-sorry. Mata lu gak kelihatan. Dikira gua foto ama setan nanti." Tidak ada balasan dari Ryu. Perempuan itu hanya bisa menghela napas dan sedikit tersipu.
"Oke, udah, kan?" Arya memberikan jempolnya sebagau respons.
"Satu, dua, tiga!"
Akhirnua foto pun berhasil diambil. Mereka berdua meneruskan foto-foto tersebut hingga salah satu karyawan toko mulai menegur mereka. Namun, ketika Ryu langsung memperlihatkan kartu membernya sang karyawan pun pamit undur diri.
Keduanya tertawa melihat ekspresi bersalah sang karyawan, tetapi mereka tidak sadar ada seorang lelaki yang mengintai keduanya dari tadi.
Haaaaaaaai bestie. Dah, lama, gak update xixixi. Maaf, ye, authornya lagi sibuk (biasa banyak panggilan 😍) Anw! Gimana kabarnya? Waras kan? Nggak kayak Arya?
Jangan lupa tetep jaga kesehatan ya, kawan-kawan. Stay at home juga! Tenang aja Kosan Jayapura bakal nemenin kamu, kok! Walaupun jarang yang baca 😩
Tapi, gapapa! Author akan berusaha keras buat tamatin cerita ini! See you next time, bestie!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro