Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Orang gila baru

"M-maaf Pak, saya bukan pengemis yang minta-minta di sini, tapi kalau bapak mau ngasih uang saya terima, sih."

Ya, pemandangan yang terlihat saat ini adalah ... tokoh utama kita sedang meminta maaf sambil bersujud. Kalian tahu kenapa? Rumah sultan yang daritadi ia teriaki ini bukanlah kosan Om Kris, melainkan milik bosnya. Lagipula mana ada kosan sampe ada rooftop-nya di atas.

Sedikit informasi mengenai sosok pria yang memarahi Arya, nama panggilannya Hehe. Nama panjangnya Hehehehehe. Maaf, maksudnya Agra Hetjul Silalahi.

Beliau merupakan keturunan Korea asli. Matanya tidak terlalu sipit, kulitnya bening seperti mata air pegunungan, eh, serem amat. Kuning langsat, deng. Tipe Asia gitu. Mantan aktor sekaligus pengusaha kuliner yang sukses. Lihat saja rumahnya sekarang besar dan mewah, pastinya menjadi kerajaan makhluk gaib.

Oh, ya, jika kalian menanyakan ke mana Kris dan Abdul mereka berada di mobil. Kris sengaja memajukan mobilnya dikit agar tak kena semprot ceramahan bosnya itu.

"Kamu gak bisa baca tulisan itu apa?" Hehe mengarahkan telunjuknya ke arah sebuah tulisan yang menempel di tiang listrik.

"WC anda mampet hubungi tukang sedot---"

"Bukan itu!" Hehe ikut jongkok dan memegang kepala Arya agar mengarah tepat kepada tulisan yang ia maksud.

"Dilarang berisik dan parkir di depan pintu. Awas ada anjing galak."

"Nah, bisa baca juga."

"Ya, iyalah, Pak! Saya udah kuliah gini masa gak bisa baca."

Hehe berdiri, melipatkan kedua tangannya dan memasang wajah ketusnya kembali. "Kalau bisa baca kenapa teriak-teriak kayak orang gila siang bolong gini! Anak saya yang lagi tidur jadi bangun tahu!"

"Wes, napas, Pak, napas. Ngomong udah kayak rapper aja. Eminem cabang Sukamiskin ya, Pak?"

"Sembarangan Sukamiskin! Sukaribut kalau sama modelan kayak kamu, mah!" Hehe baru kali ini ingin menggebuk orang yang baru ia kenal.

"Di mana tuh Sukaribut? Sukamiskin mah ada Pak daerah Arcamanik. Sukaribut? Orangnya pasti pada suka ngomong betumbuk."

Amarah Hehe semakin saja naik seperti harga cabe di pasar. Rasa ingin mengeluarkan anjing penjaga untuk mengigit Arya sangat tinggi sekarang.

" Daddy, ayo masuk ke dalam lagi ...." Seperti tukang parkir yang tiba-tiba ada, seorang anak kecil tiba-tiba berdiri di antara Arya dan juga Hehe. Anak itu masih dalam setengah sadar, matanya terlihat berusaha menahan kantuk. Tangan kecilnya menarik baju sang ayah.

"Eh, Haidar kok ada di sini? Bi Sumi ke mana?" Ayahnya nampak terkejut melihat anaknya tiba-tiba ada di hadapannya. Arya di satu sisi gemas sendiri melihat Haidar karena lelaki mungil itu seperti akan jatuh ke lantai dalam waktu dekat.

"Bi Sumi lagi masak ... Haidar kebangun mimpiin Mama." Ia pun menoleh ke arah Arya. "Ini siapa, Dad?"

"Eh, ini ...." Hehe mendadak bingung harus menjawab apa. Mana mungkin dirinya mengatakan bahwa lelaki ini tukang sedot WC bukan? Sebuah ide pun muncul di kepalanya. Ia ingat anaknya sedang membutuhkan seorang guru privat.

"Ini Kak Arya. Guru privat kamu nanti, Haidar kan naik ke kelas dua. Nah, kemarin bilang kan perkaliannya susah? Kak Arya di sini jago banget, lho perhitungan! Iya, kan?" Tatapan maut dilontarkan Hehe kepada Arya. Senyuman yang terpancar itu jelas senyum penuh ancaman.

"A-ah, iya! Bener. Aku Arya salam kenal Haidar. Nanti kita belajar sambil seru-seruan, ya! Kamu suka main apa?"

Haidar tadinya enggan menjawab. Namun, melihat senyuman Arya yang terlihat tulus. Lelaki kecil itu pun mulai membuka suara. "Haidar suka main ice skating atau nggak main piano, Kak "

"Wah, keren banget!" Pasti ni anak udah dilesin dari umur tiga tahun kayak idol-idol Korea.

"Aku juga koleksi gundam, Kak. Sama hot toys."

Kemiskinan di gen Arya bergetar hebat mendengar perkataan Haidar. Pasalnya satu gundam saja bernilai jutaan rupiah apalagi hot toys yang satunya sama dengan biaya satu semester kuliah.

"Kakak kenapa diem gitu? Kakak gak mau, ya, lihat koleksi aku ...." Suara Haidar mendadak mengecil dan terlihat lesu. Haha kemudian menatap Arya kembali kini dengan kedua mata yanng melotot.

"Eh, bukan gitu Haidaaaar, anu, aku tadi mikirin adek aku aja, seumuran kayak kamu abisnya."

Haidar terlihat antusias. "Wah, dia koleksi hot toys, nggak?"

"Eum ... dia koleksi kutu kayaknya. Apa serangga kali, ya? Dia suka ke hutan deket rumah, sih. Aneh kenapa gak pernah diculik Genderuwo, ya."

"Wah, diculik Genderuwo ... Dad, nanti kapan-kapan kita ke hutan, yuk. Pingin lihat gimana Genderuwo. Pasti lucu kayak beruang gitu!" Haha bisa salahkan Arya jika kedepannya anak ini jadi tertarik dengan ilmu perdukunan.

"Ah, iya-iya. Sekarang kita ke dalem dulu, ya. Kak Arya mau pulang dulu, kasian takut hujan." Padahal cuaca terlihat masih cerah benderang.

"Tapi janji kita ajak mama juga, ya!" Ada helaan di sana. Namun, hal itu terlihat sangat cepat seolah sang Ayah tidak ingin anaknya tahu.

"Iya, iya. Udah, yuk, ke dalem. Ya, tinggal dulu, ya. Kamu mulainya Minggu depan, nanti pencet bel aja di sana. Jangan teriak-teriak kayak orang gila lagi."

"S-siap, Pak."

"Dadah, Kak Arya." Haidar melambaikan tangan dan pagar rumah itu pun otomatis tertutup.

Satu masalah akhirnya selesai. Tak disangka salah meneriaki rumah bisa menyebabkan dirinya mendapatkan pekerjaan sambilan. Mungkin hidup di Bandung memberikan Arya kemudahan.

Tak jauh dari mana ia berdiri sekarang, mobil BMW hitam milik Om Kris terparkir. Satu pintunya pun kemudian terbuka. Dari dalam keluar Abdul yang tersenyum dan mentertawakan dirinya dari jauh.

"Ntuh, bocah bulog satu ngeselin juga."

Kemudian ponselnya pun bergetar. Sebuah notifikasi terlihat di layar, Abdul mengirimkan sebuah link. Ia pun menekannya. Link itu terhubung dengan aplikasi suara jam berdetak. Dan tepat di sana sebuah video berdurasi kurang dari tiga puluh detik terputar. Video di mana dirinya sedang teriak-teriak dengan backsound jedag-jedug yang biasa diputar di angkot ceper.

"Ada orang gila baru gais," ucap Arya dengan nada pelan membaca caption dari video itu. Video tersebut telah mendapatkan sepuluh ribu likes dan juga seribu komen. Sepertinya tokoh utama kita famous jalur khusus. Jalur sesat akal alias gila.

"Sumpah kayaknya ini pasien Marzoeki Mahdi yang kabur itu nggak, sih?"

"Oot, tapi baru lihat orang gila outfitnya kayak anak kuliahan. Kayaknya korban skripsi, deh."

"Eh, ini di jalan mana? Takut banget kalau ketemu nanti 😭."

Setelah melihat komentar mengenai dirinya. Tanpa basa-basi Arya melesat cepat ke arah mobil dengan tatapan ingin menggeprek seseorang. Abdul yang melihat tutornya kesurupan Ying dari film boboiboy pun terkejut setengah mati.

"Eh, Om! Om! Kunci rumah manaaaa?" ucap Abdul panik sambil menepuk bahu om-nya.

"Hah?" Kris sendiri belum kembali ke dunia nyata. Dirinya kemudian menepuk-nepuk dasbor mobil mencari kunci.

"Nih, nih."

"Makasih, Om!"

Akhirnya terjadi kejar-kejaran antara tutor dan murid pertamanya. Abdul menggunakan style Naruto, ia meregangkan kedua tangannya ke belakang untuk mendapatkan kecepatan tambahan. Sementara Arya berlari seperti Titan Kolosal.

"SINI LO BULOG!" teriak Arya yang sudah dibalut dengan emosi.

"KAK, IH, AKU BUAT KAKAK FAMOUS TAU!"

"YA, GUA FAMOUS DISANGKA PASIEN MARZOEKI MAHDI!"

"LAH, BUKANNYA IYA?"

"KURANG AJAR LO JAMET BANDUUUNG!" Arya meningkatkan kecepatannya. Abdul sendiri kini sudah di depan kosan. Ia mendorong gerbang dan langsung memasuki kunci ke pintu masuk.

"BANG RAGA, BANG SETYAAA ADA MALING CEPET TOLONGIN ADUUUL."

Ya ampun. Sudah menabrak tiang listrik, disebut orang gila, dan sekarang dituduh maling. Seperti sudah jatuh tertimpa tangga dilanjut dipukulin warga.

Pintu pun terbuka. Seorang lelaki dengan tinggi rata-rata pun keluar. Di tangannya ia memegang sebuah mug dari logam. Tatapannya begitu dingin, tetapi di dekat mulutnya ada bekas kopi yang masih tersisa.

"Kamu kenapa, sih? Kayak dikejar orang---"

"NAH, KETEMU LO JA---"

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya Arya dilempari mug logam tepat mengenai jidatnya yang masih biru. Arya pun mulai kehilangan keseimbangan, semua benda disekitarnya mulai bergerak. Ia seperti sedang menaiki roller coaster.

"Sialan lo jamet." Tokoh utama kita pun terjatuh ke tanah dan memulai hibernasi. Lagi.

Introducing Pak Hehe alias Agra Hetcul Silalahi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro