Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Operator berprilaku Setan

Setelah balada pagi hari tadi Kosan Jayapura hampir sepi sekarang. Semuanya menjalankan aktivitas masing-masing. Ada yang kuliah, kerja, sekolah, bahkan yang nyari kesibukan pun ada. Tersisa Setya dan Arya, dua pengangguran yang menunggu ospek kuliah di mulai.

"Set."

"Hm?"

"Lu pasang twibbon udah?"

"Dah." Yap, tidak ada jawaban panjang atau pun bertele-tele. Singkat, padat, dan menyebalkan.

Arya masih berusaha untuk bisa dekat dengan kawan satu jurusannya itu. Sudah berbagai cara ia lakukan, tetapi tidak ada yang berhasil untuk melepaskan ponsel dari genggaman Setya. Ingin sekali ia diajari cara yeop-chaggi oleh Lele.

"Set."

"Hm?"

"Lu punya twitter, kan?"

"Ada."

"Mutualan, kuy?"

"Oke." Setya pun mengirimkan usernamenya. Arya sebenarnya terkejut karena ia kira lelaki di sampingnya itu tidak mau menjadi teman online-nya.

"Eh, lu kan fanboy, Set. Lu ngestan apalagi selain day6?"

"Mereka doang."

Buset, dah. Ni orang pasti mudah tersesat karena dia malu bertanya alias IRIT BANGET SI LO NGOMONGNYA.

Arya membuang napasnya perlahan, mencoba meneruskan peecakapan. "Kalau gua sih, mostly stay. Tapi, girl-group banyak yang suka juga! Kek Twice, Itzy, Izone, banyak, deh."

Hanya deheman yang Arya dapatkan sebagai respons. Setya juga bingung harus bereaksi seperti apa. Tidak mungkin, kan, ia tiba-tiba melakukan b-boying sambil menjawab "Wah, kamu multistan, dong!" sangat tidak mungkin.

"Btw, lu tadi dapet foto gua dari mana? Bisa-bisanya anying di kolase."

"Instagram elo. Ada-ada aja lu masang komuk di first account."

Arya pun terdiam. Salah dirinya sendiri memasang foto selca berfilter aneh. Bahkan fotonya yang sedang mencoba split juga ada. Wajah Arya terlihat tertekan.

"Kok, lo, gak malu, sih?" Akhirnya saudara-saudara! Setya tidak akan tersesat lagi!

"Malu, mah, malu kalau udah ketahuan kayak gini. Tapi, pas gua post gak kepikiran, sih. Pede aja. Lagian gua ngerasa mirip aktor gitu, sih. Apalagi pas pake filter hantu. Cocok banget jadi cameo setan di film pengabdi setan dua."

Setya memalingkan wajahnya. Pria itu tertawa mendengar perkataan Arya. Pertama kali dalam hidupnya mendengar seseorang ingin mendapat peran jadi setan.

Gejolak magma terdengar dari perut Arya, ia pun menilik jam untuk melihat sudah masuk waktu makan siang atau belum. Jarum panjang menunjukan angka sembilan dan jarum pendek di tengah-tengah angka satu dan dua belas.

"Eh, Set jam berapa, sih, sekarang?" Arya memang terlihat suka mengetes kesabaran orang, ya?

"Lo gak lulus TK bukan? Masa baca jam aja gak bisa?"

Arya jinjja-shocked. Tak main-main kenapa anggota kosan menyebutnya Setan tanpa sebab. Akhirnya karena sudah jam makan siang dan merasakan sakit hati tokoh utama kita memutuskan pergi ke dapur mencari makanan.

Ketika sampai di station, ia melihat ada bungkusan kue yang masih disegel. Arya pun meneliti benda itu dan melihat bagian pinggir. Benar saja dugannya, kue-kue ini milik Lele.

"Set, sini, deh. keknya ini punya Lele nggak, sih?"

Setya pun mengindahkan panggilan Arya. Ketika melihat dari jauh saja ia sudah familier bahwa itu kue jualan temannya.

"Ah, si Lele kebiasaan. Ya, lu mau anterin kue ini, nggak?"

Tawaran yang membuat rasa lapar Arya tertunda. Dirinya sangat bersemangat kalau sudah disuruh-suruh. Emang dasarnya mental babu. Canda babu. Eh, nggak, deng, emang babu. Labil amat.

"Kuy gas ngeng! Suka gua jalan-jalan."

"Oke, lu siap-siap dulu aja di depan, gua pesen ojol-nya."

"Berangkaaat!"

Dengan hati yang senang dan barang bawaan yang lumayan banyak. Arya keluar dengan pakaian serba kuningnya. Ia benar-benar berpikir dirinya akan bertamasya mengelilingi Bandung. Ia belum tahu seberapa jahat temannya itu.

"Set, dah belum?" teriak Arya antusias.

Suara klakson pun terdengar dari depan pagar. Arya membuka pintu dan di sana sudah siap mas seragam ijo hitam dengan motor vario abu.

"Setya, ya?"

"Itu temen---"

"Iya, Mas. Sesuai posisi, ya. Temen saya mau jalan-jalan, ini." Setya menepuk-nepuk pundak Arya. Entah kenapa Arya merasakan ada yang aneh dari lagak si Raja Lambe.

"Woke, siap, Mas."

"Ya, ini udah dibayar, yak. Gak usah dibayar lagi nanti. Have a fun trip, ya!"

"Makasih, Set." Jujur tokoh utama kita bingung dengan tingkah laku teman sejurusannya.

Arya lalu menaiki motor dan memakai helm. Setya tersenyum dari depan pagar rumah. Melambaikan tangan dan mengucapkan kata hati-hati kepada Arya dan sang ojol.

"Pergi dulu, Mas!"

Beranjaklah motor itu menyusuri Bandung. Arya pun fokus ke depan dan tak melihat Setya tertawa dengan puas.

🏠🏠🏠

Setelah perjalanan satu jam lebih akhirnya motor itu berhenti berkendara. Arya pun turun dari motor dan melihat sekelilingnya. Pertigaan yang dimaksud Lele tidak nampak sama sekali. Deskripsi soal pohon beringin besar tak bisa ia temukan. Di sini hanya ada gedung, gedung, dan juga mall.

"Mas saya duluan, ya! Makasih juga buat tip-nya. Happy vacation, Mas!"

Sang ojol pun meninggalkan Arya sendiri. Ia juga mengatakan selamat berlibur padahal dirinya tak bermaksud berlibur. Ia ditugaskan mengantar makanan.

Karena panik, Arya pun mengeluarkan ponsel dan langsung menghubungi Lele untuk mendapatkan kejelasan.

"Halo, Le?"

"Yes? Arya bukan?"

"Iya, ini gua."

"Where are you? Lama amat lu nyampenya?"

"Eum, ini gua di ...." Arya pun tertuju dengan mall yang ada di depannya. "Oh, di depan Snart Studio Mall. Setya ngasih titik di sini. Kok gua nggak liat pertigaan, ya, Le ...."

Tidak ada jawaban dari seberang.

"Halo, Le?" Wajah lelaki ini sudah panik setengah mati.

"Ya. Lu dikerjaiin Setya."

Saat itu juga Arya ingin sekali mempunyai vodoo dengan sehelai rambut Setya.

"Jarak dari situ ke sini tujuh kilo meter. Semua lagi pada sibuk sekarang. Lu bawa uang, nggak?"

"N-nggak ...."

"God, poor you. Yaudah, makan dulu aja kue gua. Ngapain dulu, kek, gitu. Intinya jangan sampe diculik, oke? Nanti gua suruh Om Kris jemput lu udah maghrib."

"Hah? Udah maghrib?" Tungkai Arya melemas saat itu juga.

"Iya. Lu tunggu aja, Ya?"

"O-oke ...."

"Hati-hati pokoknya!" Lele pun menutup telepon.

Arya pun langsung melepaskan tangannya dari barang yang ia bawa. Ia menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkan semua amarahnya.

"SETYA ASUUUUU!"

Ya Allah jelek amat nasib, lu, Ya ....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro