Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ngeliwet dessert box

Rapalan dan umpatan terus terucap dari mulut Arya. Tak henti-henti lelaki itu mengepal kedua tangannya karena gemas melihat tingkah laku si jelmaan iblis. Ya, itu panggilan baru untuk Setya.

Dari tadi ia hanya duduk, merenung, sekali-kali kayang untuk menghilangkan rasa bosan. Lima jam adalah waktu yang tidak lama, waktu sebanyak itu bisa habiskan untum membaca au, mengetik, atau bahkan mencari nomor om-om gula yang masih available. Canda available.

"Tampang doang kayak anak elit, sikapnya aja kek dedemit! Asu banget lo Setyaaa!" Lelaki ini sudah emosi setengah hidup. Jika sudah pulang Arya berjanji tanpa basa-basi dirinya akan melakukan yeop-chaggi ke alat vital Setya.

Coba saja Arya memiliki uang. Atau tiba-tiba saja bertemu seseorang yang hobi membuat es krim nasi padang gitu. Pastinya ia akan masuk Snart Mall membeli semua barang yang ia inginkan.

"YA ALLAH PENGEN KAYA." Tiba-tiba saja lelaki itu berteriak di tengah kerumunan. Anak-anak yang melewati Arya langsung memegang erat tangan kedua orang tuanya. Seakan-akan apa yang mereka lewati barusan adalah perwujudan siluman.

Tak jauh dari sana seorang perempuan keluar dari mobil hitam dengan pakaian serba denim dan tas selempang putih. Rambutnya berwarna merah muda atau abu, ya? Gak terlalu tahu maaf, buta warna abisnya.

Masih mendeskripsikan perempuan yang baru turun di mobil. Mukanya ditekuk terus sejak tadi. Sesekali ia melihat jam di tangannya. Kaki kanannya menghentak-hentak tak mau diam. Ia menunggu seseorang, tapi orang yang ditunggu sepertinya telat.

Melihat perempuan tersebut Arya jadi kepikiran suatu ide. Tidak-tidak kali ini bukan ide aneh atau pun gila. Otak bisnisnya sedang bekerja. Ia bisa meneliti dengan baik jika perempuan itu butuh hal yang manis-manis agar mood-nya kembali. Dengan kata lain ia bertujuan menjual kue Lele untuk mendapatkan uang agar bisa foya-foya.

Dengan semangat wirausaha lelaki itu pergi membawa semua kue yang ia bawa. Ia berlari sekuat tenaga untuk mendapatkan pelanggan pertamanya.

Atensi gadis yang ditargetkan Arya pun mulai tertuju padanya. Anjay udah kayak ajang pertunjukan bakat aja. Ia menyipitkan kedua mata takut dirinya salah mengira yang datang itu bukan manusia.

"Teh, Teteh! Teteh tunggu, Teh!"

Muka kusut sang gadis kini menjadi cerah berseri seperti baru gajian. Lelaki yang berlari ke arahnya itu sudah tersandung dua kali. Tidak ada yang menolong dirinya untuk berdiri. Hebatnya, ketika jatuh pun ia tetap menahan dagangannya agar tidak ikut mencium lantai. Sungguh berdedikasi sekali tokoh utama kita ini.

"H-halo T-teh ...." Dalam keadaan seperti orang kekurangan oksigen, wajah kucel and the kumel, Arya akhirnya bisa berdiri di depan sang gadis dengan keadaan kurang sehat wal'afiat.

"Eh, kamu coba---" Belum selesai gadis itu berbicara telunjuk Arya sudah diacungkan ke depan wajah sang gadis.

"Ntar, Teh. J-jangan p-pergi dulu ...."

Gadis itu bingung. Entah mau ngakak atau perihatin. Lelaki di depannya seperti orang yang baru saja ngelem.

"Gue gak bakal---"

"Shhhh, bentar, Teh. Plis tunggu saya ngomong." Telunjuk itu belum pindah tempat. Untung saja pelanggan pertamanya itu terhibur dengan Arya yang menderita.

Arya pun menghela napas. Membenarkan baju kuning bebeknya dan menyibak rambut. "Selamat siang, Teh. Saya dari mmm apa, teh, Teh, nama tokonya?"

"Lah, lo kok nanya gue? Situ yang kerja!"

"Oh, iya! Saya dari toko Pecel by Lele. Pengen ngejual salah satu kue andalan kami, nih! Teteh mau coba dulu, nggak?"

Jari telunjuk sang gadis ditempelkan ke mulutnya. Ceritanya, sih, menjadi pelanggan yang susah dirayu.

"Ada rasa apa aja emang?"

Arya panik. Dia sama sekali tidak tahu karakteristik barang yang ia jual. Ia pun menggunakan skill kedua wirausahanya, ramalisme.

"Ada dua rasa, Teh. Yang satu choco magma satu lagi white matcha. Yang paling recommend ... dua-duanya, sih." Mulus bak jalan Tol Cipali. Tidak ada salah kata atau pun grogi. Penjelasan dari Arya pun cocok dengan kue jualannya.

"White Matcha? Baru denger gue. Boleh, dong, gua coba yang itu."

Arya membuka kue yang dimaksud. Wangi vanila langsung melayang-melayang di udara. Kue itu masih hangat. Teksturnya terlihat lembut dan halus. Semoga saja dessert box buatan Lele sesuai dengan ekspetasi pelanggan.

"Ini gak ada sendok? Atau emang cara makannya pake tangan?" tanya si pelanggan sambil tertawa.

"Eh, ...." Arya mengingat di momen di mana ia berada di dapur dan melihat tumpukan sendok. "YA ALLAH, TEH, LUPA GAK DIMASUKIN."

"Lah, terus ini gua beneran makannya pake tangan berarti?" Gadis itu mencoba mengetes Arya.

Aduh, Lele marah nggak, ya. Kalau satu kuenya dimakan dengan cara muluk. Unik, sih, kapan lagi coba ngeliwet dessert box.

"Yah, malah ngebatin. Yauda, yauda. Gua bawa sendok sendiri, kok. Lain kali jangan lupa, dong! Untung aja pelayanan lu lucu."

Gadis itu membuka resleting tas putihnya. Mata Arya berfokus kepada logo tas tersebut. Tas yang harganya sama dengan SPP sekolahnya selama tiga tahun.

"Coba siniin kuenya."

"Oh, iya-iya. Ini, Teh, punten."

"Ini restoran lu itu khas sunda buka franchise dessert box atau gimana, dah? Nyunda banget perasaan."

"Ah, nggak, Teh. Ini mah emang saya aja yang bawaannya sunda."

"Oalah, pantes."

"Kenapa, Teh?"

"Muka lo kayak orang yang gampang ditindas."

Arya terdiam. Sakit, sih. Tapi jika dipikir-pikir benar juga apa kata perempuan itu. Ia pun tertawa dengan lepas.

"Si Teteh bisa aja. Udah coba dulu aja kuenya. Enak, nggak?"

Gadis itu pun menyendok potongan kue. Dugaan Arya benar lagi. Layer kedua kue adalah rasa matcha. Bau daun giling yang aneh menyeruak ke sekitar. Kenapa ada yang suka matcha coba?

Sebelum potongan kue itu masuk ke dalam mulut sang gadis, tangan Arya langsung memberhentikan gerakannya.

"Eh, Teh. Makannya duduk atuh biar lebih nikmat."

Perempuan itu pun menuruti si penjual. Entah kenapa tubuhnya pun mengikuti arahan lelaki itu.

Setelah duduk. Pembeli pun mulai menaikan sendoknya lagi ke mulut. Namun, usahanya lagi-lagi dihentikan oleh sang penjual. Sumpah, deh. Niat jualan nggak, sih?

"Apa lagiiiii," ucap gadis itu yang pada akhirnya kesal juga.

"Baca doa dulu, Teh. Biar berkah hehe."

Perempuan itu pun merapalkan mantra, eh, maksudnya doa. Ia menaikan sendoknya lagi dan disaat itu pandangannya beralih ke Arya karena takut diganggung lagi.

"Kenapa, Teh? Mau beli semuanya?"

"Satu aja belum gua cobain! Sabar dooong!"
Akhirnya tanpa gangguan dari si penjual. Potongan kue itu masuk ke mulut.

Jedar-jeder kembang api meluap-luap di mulut sang gadis. Rasa vanila dan matcha menyatu menjadi perpaduan yang uwu. Tidak seperti Jack dan Rose di film Titanic. Benar-benar sakti tangan Lele ini!

Gadis itu pun langsung berdiri dan memberikan kembali kue itu kepada Arya. "Ok, fix. Bener kata lo."

"Saya mirip Lee Felix?"

"YE NGAREP LO! Bukan itu, Udin! Lagian dia ada freckles lu mah wringkle."

"Meuni jahat si Teteh. Apa atuh?"

"Gua bakal beli semua dessert box elu. Tapi---"Belum juga beres mengatakan Arya langsung tunduk dan bersujud syukur depan perempuan itu.

"Eh, eh, jangan sujud di sini dong. Lu belum wudu kan!"

Ketika kepalanya diangkat ke atas. Wajah Arya sudah dipenuhi air mata bahagia. Sungai Nil versi mini terbuat saat itu juga.

"M-makasih, Teh. S-serius. Saya jadi bisa balik ke rumah."

"Eh, jangan nangis dulu. Ada dua syarat yang harus lo ikutin."

Arya pun berdiri. Menggoyang-goyangkan kepalanya seperti koreografi Mafia in the morning. Biar kelihatan seger lagi ceunah. "Sok, Teh, apa aja, tuh?"

"Oke, pertama. Jangan sebut gua Teh, ya, umur lu sama gue deketan kelihatannya. Nama gue Ryu."

"Oalah, Halo Teh Ryu. Aku Arya. "

Ryu pun hanya tersenyum datar ketika dirinya dipanggil Teh lagi. "Ryu aja, Ya. Jangan pake, Teh."

"Oke, siap. Teh Ryu!"

Gadis itu mulai kehilangan kesabaran. "Kok, Bos, lo mau sih punya karyawan kayak, elo? Ah, udahlah peduli amat gue. Oke, yang keduanya adalah ...."

Wajah Arya agak maju ke depan sedikit seolah ia sedang mendengarkan pengumuman pemenang juara gibah antar kota.

"Lo harus jadi date gue ke bioskop hari ini."

Jeder! Jedum! Duar! Beledug! Ya, sebutin saja sound effect meledak karena kondisi hati Arya saat ini sedang tidak baik-baik saja.

"HAH NGEDATE?"

Enak amat anjir ketemu konglomerat terus diajak date ... God when?

God :

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro