Jayapura Clubhouse (Pt.1)
Tentram, damai, rukun dan bersahaja. Jaman dahulu kosan Jayapura begitu tenang, nggak juga, sih. Namun, itu semua berubah ketika orang bernama Arya datang. Hanya Christoper Bagaskara sang pemilik kosan yang dapat mengusirnya, tetapi ketika semua orang menginginkan hal itu dia malah mengadopsi si pembawa sial.
Sudah banyak sekali sebutan untuk tokoh utama kita. Ada anak miskin, korban tiang listrik, pembawa sial, dan orang gila baru. Orang tuanya pasti sudah mencoretnya dari KK jika tahu anaknya seperti ini.
Gak ada yang nyariin Arya sebenernya, tapi, ya, gak bakal ada cerita nanti. Pemuda itu tengah tertidur di sebuah kamar dengan cahaya penerangan yang minim. Tidak, ia tidak sedang dijadikan tumbal. Dirinya dipindahkan ke kamar Abdul setelah mendapat ciuman gratis dari sebuah mug logam.
Ada luka di dahinya, orang-orang rumah pun setuju untuk membalut dahinya dengan perban. Bukan karena lukanya itu parah, tetapi Arya terlihat cocok menjadi mumi.
Di tengah rumah, semua penghuni sedang mengadakan emergency meeting. Kris sedang diinterogasi habis-habisan. Karena dialah yang membawa orang baru itu. Buset, ya, Arya di kehidupan sebelumnya kayaknya kriminal, deh, lo.
"Om, serius, deh. Kita berdelapan aja, tuh, tingkahnya melebihi setan." Baru kali ini ada orang yang ngaku tindakannya kayak setan. Pasti setan disekitarnya bangga.
"Ih, nggak, sih. Lu aja itu mah, Ga," balas seorang laki-laki dengan rambut coklatnya yang bersinar.
"Diem, lu. Udah tahu elu raja setannya," balas si pelempar mug tadi siang.
"I agree with Kak Raga, Om. Pas di rumah sakit juga kelihatan he is so despicable! Udah mah video dia teriak-teriak di depan rumah Pak Hehe muncul terus in my FYP," tambah Lele yang tengah sibuk membuat adonan.
"Wah, deminya masuk FYP? Eh, bawa berkah banget Kak Arya!" Siswanya malah senang karena video yang ia buat akhirnya masuk halaman utama. Pasalnya sudah beberapa kali dia mengedit para member kosan dengan suara jedag-jedug tetap saja belum pernah menangkring di halaman tersebut. Padahal bisa dibilang kakak-kakaknya ini memiliki visual di atas rata-rata.
"Ye, ni anak satu malah star syndrome. Lu sepertinya sangat berdedikasi, ya, dengan editan jedag-jedug ala konser dangdut."
"Woiya, jelas dong, Kak Ji! Dangdut is my life." Dan tepat saat itu juga Abdul menyetel lagu mati lampu dari Nasar Oppa.
"Jayapura digoyaaang!"
Baru saja Abdul akan mengeluarkan goyang Bang Jali, ponsel di tangannya terjatuh ke lantai dan berhenti bersuara. Sebuah mug plastik pun jatuh bersamaan. Tak lain tak bukan pelempar mug itu adalah Raga Alfian Fakhri. Si atlet pelempar mug dari fakultas teknik.
"Rag, kalem dong. Lu mah apa-apa lemparin mug." Pria disebelahnya kini angkat bicara. Ia mengenakan baju polos, celana jeans hitam dan juga kalung rantai di lehernya. Ya, maklum rata-rata penghuni kosan ini memiliki style edgy. EDan hideungG kabeh gaYana. Atau dalam bahasa Indonesia artinya hitam-hitam kayak lagi di pemakaman.
Raga hanya memutar kedua bola matanya sebagai respons. Kris yang duduk di tengah seperti sedang dipuja hanya bisa tertawa melihat tingkah anggota kosan. Jujur saja ia terlihat senang jika ada meeting seperti ini. Mengingatkan keluarganya yang ada di seberang benua.
"Oke, semuanya tenang dulu. Raga ambil mug-nya taro di dapur, Dul hpnya aman, kan?" Adul mengangguk cepat.
Kris mengambil napas panjang dan mengambil ancang-ancang. "Yah, kelihatan banget udah berumurnya." Pandangan Kris pun langsung fokus kepada seseorang di atas sofa. Lelaki itu tengah asyik scrolling Twitter dari tadi. Namanya Setya Oktaf Minari. Biasa dipanggil Setya dan memiliki julukan Bon Cabe hidup karena omongannya yang terkenal sering menusuk hati.
Semua mata masih tertuju pada Setya, tetapi yang diberi atensi malah asik dengan dunianya sendiri. Raga sebenarnya siap melemparkan mug-nya tapi mata elang Kris sudah memantaunya dari tadi.
"Lah, kok nggak dilanjutin, Om?" tanya Setya.
"Oh, iya-iya. Maaf, ya, Om, emang udah tua," ucap Kris dengan penenakan dan bold di kata tua. "Nah, lanjut kenapa Om setuju buat---"
"Wasap Jayapura Clabhauuus!" Sang mumi pun akhirnya bangun. Ia datang dari lantai kedua dengan suasana hati yang cerah dan juga suara toa dari mulutnya.
"Oalah, ini ternyata ... nemu siluman kek gini di mana, Om?" tanya pria berambut coklat dengan muka datar.
Semua orang tertawa tanpa terkecuali Arya. "Eh, lagi ngomongin siapa emang?" tanya Arya polos.
"ELO!" Seru semua anggota kosan. Kecuali Kris yang masih saja tertawa. Ah, dasar bapak-bapak.
"Oh ... jadi gua siluman? Keren dong! Punya nama malem gua nanti. Pagi-pagi Arya kalau malem jadi Juleha."
"Kak, lo mau jadi siluman atau banci Taman Lawang, sih ...."
"Why not both?" Abdul menutupi mulutnya seolah kaget. "Canda both. Yakali, Dul!"
"Eh, mumi diem dulu, lo. Om Kris mau ngomong," sela Raga dengan tatapan sinisnya.
"Bentar-bentar ...." Arya menilik Raga dari ujung rambut hingga kaki. Kemudian ia merentangkan tangan kanannya ke depan dan mulai mengendus-ngendus. "Saya bisa mencium aroma mantan pekerja Nusa Kambangan di sini."
"Nusa Kambangan?" tanya Raga bingung.
Kris tertawa lagi. Kali ini lebih maniak dari pada sebelumnya. Setya yang asik mencari teh di twitter pun terkekeh.
"Itu tuh tempat---"
"Menurut Wikipedia Nusa Kambangan adalah sebuah pulau di Jawa Tengah yang lebih dikenal sebagai tempat terletaknya beberapa Lembaga Pemasyarakatan berkeamanan tinggi di Indonesia." Suara ponsel Adul mendahului Setya. Namun, Raga pun masih bingung dengan penjelasan yang baru saja ia dengar.
"itu tempat narapidana, Ga." Setya menambahkan.
Setelah mendengar kata narapida tatapan Raga pun berubah. Tidak, giginya tidak akan mencuat dan mengatakan darah suci, lebih buruk daripada itu.
"KAK ARYA NUNDUK." Abdul langsung menarik Arya ke bawah. Keduanya kini sedang bersetubuh dengan lantai.
Satu mug plastik yang baru saja diambil Raga hampir mengenai dahinya lagi. Lele beserta kedua member lain langsung siap siaga menahan lelaki itu untuk mengambil mug lagi. Kris lupa mengatakan salah satu peraturan penting di Kosan Jayapura. Jangan pernah membuat Raga Alfian Fakhri marah.
"Ya Allah Raga maafin atuh aku teh bercanda doang, Wallahi kayak kesurupan Valak." Terverifikasi ahli bahwa Arya hanya bisa membuat orang lain darah tinggi.
"Valak kata lo!" Kekuatan tiga temannya mulai melemah, seolah Raga mendapatkan kekuatan energi negatif di sekelilingnya. Apa jangan-jangan dia keturunan ratu ilmu hitam? Astaghfirullah.
"Bang Setya bantuin dong! Jangan baca Area Julid mulu napa!" Abdul menarik-narik celana Setya. Ia tahu bahwa lelaki di sampingnya ini memiliki cara untuk menghentikan Raga versi Boboiboy halilintar.
"Beliin gua PC day6 dulu tapi." Setya menoleh ke arah Arya dan Abdul. Seringai di wajahnya benar-benar menyebalkan.
Si anying kalahka nga-fanboy belegug, teh! Arya hanya bisa mengembuskan napas. Akesen sundanya akan keluar jika dirinya sedang kesal. Giginya bergesekan menahan rasa kesal terhadap lelaki di depannya.
"Mau kagak? Lo gak bisa nenangin Raga gua jamin." Mata Setya sangat terdeterminasi. Tatapanya juga seperti mengajak ingin berkelahi. Namun, tidak ada kebohongan di sana. Mau tak mau Arya harus setuju akan hal ini.
"Ah, anying, iya, deuh! Buru atuh bantuan!"
Tak lama dari situ. Senyumnya yang lebar terpancar dari wajah Setya. Ia pun berdiri, meletakkan ponselnya dan melakukan pemanasan di tempat.
"HEH SETYA! TONG SENAM SKJ HEULA ATUH," seru Arya yang semakin panik karena mug yang dilempari Raga kini sudah menjadi logam. Omong-omong soal Kris. Beliau hanya duduk di kursi tengah sebagai penonton bayaran, di tangannya ada semangkok cheese ball buatan Lele yang baru saja matang. Jujur, sih, memang seru untuk dilihat.
"Sabar, napa." Ketika sudah melakukan ancang-ancang dan pemanasan diambilah sebuah lonceng kecil dari dalam sakunya. Konon lonceng kecil itu pereda mode iblis Raga. Laki-laki itu pun tersenyum dan menggerakan lonceng tersebut.
Ketika suara lonceng itu berbunyi semuanya mendadak sepi. Raga berhenti mengambil koleksi mug-nya. Kris berhenti makan karena makanannya habis. Lele dan dua anggota lain berhenti menarik Raga menjauhi area dapur.
Dan kemudian dari atas turunlah tiga ekor kucing besar dan gembul. Dua berwarna oranye dan satu berwarna abu. Sin, Cos, dan Tan. Tiga nama itu terlihat jelas menggantung di ketiga leher kucing yang baru saja turun.
Mereka pun mendekati Raga dan memulai menggosok-gosokan tubuh mereka ke kaki sang babu. "Oala, anak-anak aku lapel, ya? Cini-cini maem malem duyuuu."
Semua orang selain Arya langsung mengalihkan pandangan mereka ketika Raga berubah menjadi seperti itu. Arya sendiri masih mematung dengan tatapan geleuh kalau kata orang sunda, mah.
"Ih meuni---"
Lele entah dari mana langsung membungkam mulut Arya dan secepat kilat membalikan tubuhnya.
"Just shut your mouth, okay? You lucky you can manage to survive," bisik Lele.
Arya mengangguk cepat. Bukan karena takut. Melainkan tangan pria blonde ini yang terasa sangat asin. Arya akhirnya mengembuskan napas perlahan.
Bisa gila gua lama-lama.
Serius, deh, Ya. Sebenernya orang-orang kosan, sih, yang bisa gila ngekos bareng elu 🤡✋🏻
New characters unlocked :
(Raga Alfian Fakhri as Boboiboy Halilintar)
(Setya Oktaf Minari as King Lambe Jayapura)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro