Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sahur! Sahur!

"Bisa ga ada satu kelemahan dikiiit aja gitu?!"

"Aku ga kuat pedes..?"

"ITU BUKAN KELEMAHAN YANG KITA MAKSUD KIT—!!!"

.

.

.

"Anak-anak, karena sebentar lagi kita udah mulai puasa juga, maafin Ibu kalau ada salah sama kalian ya..."

"Ibu... tenang aja bu! Oiks pasti maafin itu dan sayang sama Ibu!"

"Kalo salah saya ke Oikawa itu karena kamu pantes dapet nak, maaf."

.

.

.

"Waaaah udah puasaaa! Ga sabar ntar lebaran ketemu sama Natsuuuu!!"

"Baru aja puasa hari pertama, udah ngebut ke lebaran? Ga kecepetan tuh?"

"Ah berisik! Tsukishima jangan nebar garem donk! Puasa loh!"


xxx


Jam setengah tiga pagi, seorang mahasiswa bernama Sugawara Koushi dibangunkan oleh suara dering alarm handphone-nya, naasnya pake lagu Jaran Goyang—"Setdah, ini pasti ulah Oikawa ganti dering alarm gue," rutuknya ketika bangun dengan booming-an lagu itu. Mahasiswa jurusan kedokteran itu pun langsung bangun tanpa ba-bi-bu lagi dan mematikan alarmnya—bahaya kalo tetangganya komplain tentang lagu itu.


Tapi kenapa bangun pagi-pagi? Jelas-jelas Sugawara itu anak yang baik hati dan tidak sombong yang sebenernya—ga kayak selebgram sebelah yang hobi gibahin orang. Sudah pasti dia relawan yang bangun pagi untuk bantu Ibu Diah nyiapin sahur untuk teman-temannya donk, bersama dengan emak-emak lainnya biar ga ada yang mati kelaparan selama puasa.


Sewaktu jalan keluar dari kamarnya, Sugawara udah ga kaget lagi ngeliat Kita Shinsuke dan Yaku Morisuke—yang masih ngangguk-ngangguk—udah di depan kamarnya. "Baru mau aku bangunin," kata Kita. "Lagunya bagus baidewei. Tapi ga perlu keras-keras ya, ntar kasian yang lain kalo bangun nari-nari ga jelas."


"Bagus kepala lu peyang," bales Sugawara datar. "Tau nih, si Oikawa ganti lagu alarm gue. Padahal awalnya udah gue setting lagunya JeKaTe PapatWolu," cibirnya sambil jalan keluar dari kamaar ngikutin sang ibu nomor 1 di kos-kosan.


Yaku cuma bisa ketawa. "Senasib dah kita," katanya. "Masa' Kuroo ganti ringtone hp gue pake lagu Sayang coba? Malu gue waktu dia nelpon gue sewaktu ngobrol sama Pak Nekomata. Mana dijailin sama Lev juga," keluhnya sambil ngucek-ngucek mata.


"Sayang, opo kowe krungu~" Yaku dan Sugawara lompat kaget, ketika mendengar suara merdu nan indah milik Kita Shinsuke yang tiba-tiba saja terdengar. "Jerite atiku, mengharap engkau kembali~"


Yaku dan Sugawara gigit lidah, tangannya sama-sama meremas kaos masing-masing sambil menahan jeritannya mendengar suara merdu mahasiswa berwajah datar itu. "K-K-Kit—lu jadi orang jangan terlalu sempurna. Hati gue ga kuat, Kit," rintih Yaku.


"AAAAHHH!! KENAPA GUE SATU JURUSAN SAMA ORANG KAYAK GINI GUSTI NU AGUNG!!!" jerit Sugawara. "Udah ganteng, taat peraturan dan ibadah, rajin, pinter, deket sama dosen dan mahasiswa lain—lu juga punya banyak bakat pula! Bisa ga ada satu kelemahan dikiiit aja gitu?!"


Kita diem aja. Sebelum dia balik natap dua mahasiswa di belakangnya sambil mrengut kecil. "Aku ga kuat pedes..?"


"ITU BUKAN KELEMAHAN YANG KITA MAKSUD KIT—!!!"


"Aelah, bukannya bantu malah nyarih kelemahan orang. Baru aja hari pertama puasa," tiga coretemak-emakcoret mahasiswa itu berhenti jalan dan ngeliat sang Iwaizumi Hajime bersama Akaashi Keiji dan Semi Eita berbalut apron dan asik memasak di daput. "Katanya mau jadi contoh yang baik? Malah kayak gini, dasar anak-anak jaman sekarang."


"Emangnya lu udah 40 taun gitu Zum?" cibir Sugawara. "Weh, hari ini sahur apa teh? Udah mulai aja kalian-kalian. Bangun jam berapa coba?"


"Aku ga tidur, tadi jam delapanan ngerjain tugas tapi kebablasan sampe jam dua belas. Akhirnya ga tidur dan nyiapin menu kita selama sebulan nanti," kata Akaashi sambil ngacungin jempol. "Aku belom tidur dari dua hari yang lalu—"


"Akaashi, plis tidur."


"Inikah penderitaan terbesar anak kuliahan?" tanya Iwaizumi. "Padahal dulu waktu SMA macem 'gue mau cepet-cepet kuliah biar bisa bebas'. Taunya kita malah begini," desahnya. "...Ngomong-ngomong, Suga, ringtone-mu diganti sama si Oikawa juga ya?"


Sugawara ngangguk-ngangguk, nyibir sampil mukul Iwaizumi. "Tau tuh! Pacar lu kok ga lu rantai sih? Kaget gue dia ada di kamarnya, bukan dipenjara di neraka!" katanya. "Eh, tapi tau dari mana? Lu jadi korban juga? Lagu yang lu dapet apaan?"


Awalnya Iwaizumi diem, sebelum dia geleng-geleng. "Tau tuh, kok dia ga dikurung," katanya. "Gue ga cuma diganti sama Oikawa tau. Masa Matsukawa sama Hanamaki berusaha ganti ringtone hp gue pake lagu korea atau lagu anime. Minggu lalu Hanamaki ganti lagunya pake lagu Run punya BTS, tiga hari yang lalu pake lagu Hime Hime sama Matsukawa, pagi ini baru sadar lagunya diganti sama Oikawa pake Semar Mesem coba."


"Ringtone gue diganti sama Tendou pake suara jeritan dari film horror koleksi dia coba," kali ini gantian Semi yang ngeluh. "Jantungan gue, bangun-bangun ada yang teriak di kamar gue. Gimana ceritanya tu anak dapet komplikasi teriakan dari film horror, gue ga tau."


"Ini kok kakak-kakak jadi pada berkeluh kesah? Kita mau biarin yang lainnya kelaperan tanpa sahur nih?" tanya Akaashi sambil ngaduk sop yang dia masak. "Ya, bukan berarti keberatan sih. Ga apa mereka kelaperan, tapi kalo diganti sama curhatan gini kan gaena," katanya. "...Terus, si Bokuto juga ganti wallpaper hpku jadi meme burung hantu, wallpaper laptop jadi gambar meme pepe itu. Dan lagu alarm diganti pake lagu Akad."


"Nah loh, lu juga curhat."


"Udahlah kalian semua," perhatian para mahasiswa teralihkan menuju Kita yang mulai motong-motong sayuran dengan ahli. "Sekarang ayo masak. Daripada nanti makin sakit kepala denger rengekan yang lain mendingan masak 'kan? Kalian juga belom makan to? Mending fokus masak sekarang, keluh kesah kalian utarakan sewaktu makan sahur nanti."


Semua mahasiswa terdiam. Mereka cuma bisa menatapi Kita dengan terkejut, sebelum mereka semua ngangguk setuju dan mulai masak. Untuk saat ini mereka masak aja, untuk kawan-kawan mereka—meskipun lebih dari setengah isinya kawan-kawan yang hina. Untuk sekarang dendamnya dipendam.


Lagian mereka bisa nambahin cabe ke makanan mereka sebagai balas dendam.


xxx


Apakah membangunkan anak-anak Kos-Kosan Bromo mudah?


Ya ngga lah. Dari mana mudah? Di liat dari luar aja mereka udah kayak gitu, apalagi dalemnya. Entah bagaimana pun juga bangunin mahasiswa-mahasiswa lainnya itu sesulit move on dari mantan tercinta. Kalo ketemu rasanya kesulitan terus dan pengen bejek-bejek aja. Ya, tentunya ada yang bisa sabar dan ada yang bisa dibangunin dengan mudah, kayak Asahi, Aone, Kindaichi, dan beberapa anak lainnya.


Setelah berbagai perjuangan membangunkan semua anak kos, mulai dari bangunin biasa, booming lagu dangdut, mukul wajan, sampe lempar yang lagi tidur ke lantai—contohnya yang Iwaizumi lakukan ke Oikawa dan Tendou—akhirnya semua anak bangun dan berkumpul bersama di ruang tengah untuk sahur. Sudah jadi kebiasaan untuk mereka memulai bulan puasa dengan sahur bersama.


Piring, mangok, gelas, sendok, garpu dibagiin ke satu sama lain. Ada yang sempet berantem dengan alasan ga layak—siapa lagi kalo bukan si duo Hinata dan Kageyama? Tapi akhirnya semuanya bisa tenang dan mulai makan meskipun dalam keadaan setengah bangun. Ga sedikit yang sempet salah masukin makanan, bukannya ke mulut malah ke hidung. Tentunya semuanya diabadikan oleh Yaku dan Sugawara untuk senang-senang.


Di tengah-tengah waktu makan, tiba-tiba aja Kita nanya ke tetangga kosnya yang diam-diam tersiksa dengan kedataran sang mahasiswa kedokteran. "Aran, ga makan pake sop?" tanyanya sambil ngeliatin lauk makan mahasiswa jurusan psikologi itu yang cuma pake ayam dan sambel.


Aran geleng-geleng. "Ga, gue ga tidur habis ini.." katanya pelan, jelas-jelas masih setengah bangun. Kita cuma bisa natepin heran sementara Miya bersaudara yang ga jauh dari mereka udah ngakak denger jawaban mahasiswa psikologi itu.


"Yaelah, bang," desah Suna Rintaro sambil makan lauknya dengan pelan. "Belom aja puasa dimulai udah mulai mabok gitu. Ga baik loh bang," katanya pelan sambil dengerin yang lainnya ikut tertawa bersama si Miya bersaudara.


"Wah, ga baik nih... belum mulai puasa tapi udah mabok," Hanamaki mengulangi ucapan Suna. "Beb, karena kita juga mau puasa... ayo tobat," ajaknya kepada teman satu kamarnya, Matsukawa yang kesulitan motong ayam. "Demi kebaikan kita beb."


Matsukawa ngeliatin Hanamaki keheranan, sebelum ber-oh ria. "Iya, bener adinda," katanya. "Kita ganti meme koleksi kita jadi meme spesial Ramadhan dulu. Meme lama kita simpen jauh di bawah biar kita ga berdosa dan meme kita membawa berkah," katanya dengan penuh keseriusan dan antusiasme—Iwaizumi geleng-geleng, heran gimana ceritanya bisa temenan sama dua pasangan itu.


"Yah, kalian tobat sih boleh-boleh aja. Bagus malah. Tapi bukan berarti homonya masih tetep ya."


Beberapa anak menjerit, ada juga numpahin sup ke celana mereka sendiri. Sewaktu nengok ke pintu, mereka udah dikejutkan oleh sang ibu kos tercinta mereka, Ibu Diah, dalam daster bunga-bunga warna-warni dan sendal swallow khasnya. Di luar dugaan sambil bawa sebungkus citos.


"Wah! Halo bu!" sapa Kuroo penuh kebahagiaan. "Bawa citos bu? Apakah ibu berniat untuk saling berbagi? Wah, ibu kos kita sungguh baik hati nan cantik! Terima kasih banyak bu!"


"Kata siapa ini untuk kalian? Ini citos untuk anak saya kok," jawab Ibu Diah datar, menusuk hati para anak-anak yang sudah berharap besar. "Baguslah, Kita sama yang lainnya udah baik hati nyiapin sahur. Jangan lupa ucapin terima kasih ya. Bersyukur kalian ga diracunin. Kalo saya yang masak pasti ada yang makan sop sianida."


"Duh, bu. Jangan bikin kita merinding donk," pinta Daichi sebelum nyeruput kopinya. "Emang yang jatah masak kenapa mau ngeracunin kita? Seberapa buruk pertemanan kita, ya Allah."


"Gue ga keberatan kasih sop sianida kalo kalian minta," kata Sugawara, bebarengan dengan Iwaizumi, Yaku, dan Semi. Masing-masing ngacungin jempol dengan pedenya dan senyum bangga.


"Gusti nu agung, kuatkan hamba melawan cobaan untuk berkata kasar."


Bu Diah ikut ketawa ketika mendengar percakapan anak kosnya—mending daripada liatin mereka ngehomo lah. "Oh iya, sebelumnya ada yang mau ibu ucapin juga nak," katanya. Semua anak terdiam dan menatapi Ibu Diah keheranan. Sang pemilik kos cuma diem sesaat, sebelum menghela nafas. "Anak-anak, karena sebentar lagi kita udah mulai puasa juga, maafin Ibu kalau ada salah sama kalian ya..." katanya.


Seisi ruang tengah terdiam, tidak menyangka ucapan dari sang ibu kos. Memang Ibu Diah rajin ngucapin kalimat yang sama, ga cuma tiap bulan puasa—tahun baru, tahun ajaran baru, idul adha, banyak lah. Untuk awalnya ga ada yang jawab, cuma bisa melongo karena kali ini mereka ga denger adanya sindiran ke anak kos tertentu.


Oikawa yang pertama kali bales. "Ibu..." panggilnya. "Tenang aja bu! Oiks pasti maafin itu dan sayang sama ibu!" katanya bangga sambil dekep tangannya di dadanya—seperti cara hormat dari anime tetangga.


"Kalo salah saya ke Oikawa itu karena kamu pantes dapet nak, maaf," jawaban dari sang ibu kos tentunya hanya berakhir penuh tawa dan satu insan tersakiti oleh kata-kata tajam dari sang ibu kos. "Yaudah, itu aja yang mau saya ucapin. Selamat menunaikan ibadah puasa anak-anak~" katanya sebelum pergi meninggalkan ruang tengah kos-kosan.


Untuk beberapa saat mereka semua ketawa. Setelah makanan habis secara bergiliran mereka mencuci piring, mangkok, gelas masing-masing—seenggaknya biar ga diserang oleh sang Kita Shinsuke karena "males dan nyusahin orang lain pake cucian masing-masing yang udah disediain dan nyisain makanan yang merupakan berkah dari Tuhan" dan mendapatkan ceramah panjang lebar tentang kebersihan dari sang emak-emak kos.


Yang udah selesai juga pada ngumpul di ruang tengah. Entah langsung tepar di lantai, ngobrol, atau main UNO. Intinya mereka pada nikmatin hari-hari sementara perut masih kenyang. Salah satu yang kumpul tentunya Hinata Shouyo yang dilindungi oleh seisi kos bersama sahabat-sahabatnya.


"Rasanya waktu berjalan cepet banget ya," kata mahasiswa cilik itu. "Ga nyangka udah masuk bulan puasa gini. Kira-kira kita bakal ngelewatin apa aja ya?" tanyanya. "Eh, eh! Katanya nanti ada bakal saatnya kita buka bareng sama anak kos cewek sebelah loh! Artinya kita bisa ketemu sama Yachi sama Kak Kiyoko kan? Ga sabar deh!"


"Bukannya kita buka bareng anak cewek sebelah kalo stok makanan habis dan ga ada uang untu beli?" tanya Miya Osamu keheranan. "Dan, duh dek. Kamu kok polos banget sih. Udah kayak jeruk mandarin, bikin laper aja," katanya.


"Bukannya blueberry lebih enak ya~?" tanya Miya Atsumu sambil ngelirik sang Kageyama Tobio yang tepar di sebelah Yamaguchi Tadashi. "Asam tapi agak manis, selain itu juga banyak vitamin dan sehat~" tambahnya.


Osamu yang sadar akan lirikan kembarannya pada seseorang hanya bisa nyinyir, natapin saudaranya dengan penuh rasa jijik. "Idih, dasar homo lu," sindirnya sambil bergeser menjauhi sang saudara kembar untuk mendekati Hinata.


"NGACA BEGO!" jerit Atsumu. "Lu sendiri juga PDKT sama si dia! Enak-enakan nyebut mandarin bikin laper gitu! Dih! Homo ngatain homo!" katanya, kesal disindir homo oleh kembarannya yang homo.


"Lu sendiri juga PDKT pake cara ngawur gitu. Tau rasa lu kalo ketauan Bang Kita sama Bang Sugawara," kata Osamu. "Ga cuma disleding, lu bakal dihukum mati kayak Bang Oikawa dua minggu lalu tuh."


Atsumu cuma bisa merinding bayanginnya. Gimana nggak? Karena kasus Oikawa nyentuh Hinata, sang mahasiswa jurusan teater dan seni drama itu kena imbasnya besoknya. Bukan cuma dikelitikin di tempat sampe ngompol, dia juga ga dikasih persediaan makan kos dan harus cari sendiri—walaupun Oikawa sendiri tetep bisa kenyang berkat fansnya.


"Abang-abang jangan berantem dong!" tegur Hinata sambil nepuk punggung Osamu. "Kan udah bulan puasa! Ayo jangan berantem dan tetep akur! Lagian nanti pahalanya berkurang loh, masa mau dibiarin pahalanya berkurang gitu?"


Si kembar cuma bisa diem, sesaat merasa diberkati dengan ucapan penuh rasa peduli dari mahasiswa berambut mirip jeruk mandarin itu. Mereka baru mau bales ketika udah didahului oleh Tsukishima. "Dih, udah gede kok masih perlu diingetin sama yang masih kecil."


"BERISIK LU!" jerit keduanya.


"Duuh, Tsukishima juga jangan gitu donk! Sekarang ayo fokus ke bulan Ramadhannya aja!" kata Hinata girang. "Dan juga... Waaaah udah puasaaa! Ga sabar ntar lebaran ketemu sama Natsuuuu!!" kata dia lagi, ga kalah girang dari sebelumnya sambil membayangkan sang adik tercintanya di rumah.


Tsukishima cuma bisa natap Hinata keheranan. "Baru aja puasa hari pertama, udah ngebut ke lebaran? Ga kecepetan tuh?" tanyanya. "Dasar anak kecil, kalo mahasiswa tunjukin donk kalo kamu seusia itu," sindirnya.


Hinata mencibir kesal. "Ah berisik!" serunya kesal. "Tsukishima jangan nebar garem donk! Puasa loh!" tegurnya lagi, lebih kesal dari sebelumnya. "Jangan buat kita semua di sini hipertensi kali! Sekali-kali senyum dan jadi baik donk!"


"Ah, gue ga tau harus ngerasa apa. Ditegur sama anak kecil gini kok bikin ketawa ya," kata Tsukishima. "Lu kok manis banget sih, Hin?"


"EH! AKU YANG PALING TUA DI ANTARA GRUP KITA BEREMPAT LOH!! HORMATI AKU TSUKISHIMA!!"


xxx


Selamat menunaikan ibadah puasa, bagi yang melaksanakan!

Ga nyangka sekarang udah puasa... berarti harus minimalisir yang ngga-ngga uwu (?)


karena itu, mungkin ini Demy bakal buat spesial puasa di sini! Entah keseharian mereka seperti biasa tapi dalam keadaan lapar atau sewaktu mereka buka atau apa, intinya begini lah (?)
Dan Demy kemungkinan juga bakal pake kejadian di sekitar Demy sebagai referensi

Aran yang jawab ga sesuai pertanyaan Kita itu sebenernya terinspirasi dari adek Demy yang jawab gitu ke bunda ahahah


Semoga Demy bisa buat chapter gini lagi untuk selanjutnya uwu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro