Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Para Mahasiswa Fresh..

"Idih. Lu buat garis kok mencong-mencong? Ntar jadi bencong loh."

"Gausah bacot lo. Dasar tiang listrik ga tau diri."

"Tiang listrik mending daripada bencong kali."

.

.

.

"Adududuh! Kaki gue kesemutan—!"

"Hoh? Sini gue pijetin.."

"Hah? Eh?! EH EMOH!! OGAH OGAH!! JANGAN!! NOOOO!!!"

.

.

.

"Dia udah kayak tangan kanan gue. Lu tangan kiri gue."

"Idih. Jijay. Jadi gue tangan buat cebok gitu?"

"Ga juga sih, walaupun kadang lu kayak tai."


xxx


"Yamayama, gue bosen nih. Masa nugas mulu," rengek seorang mahasiswa berkepala jeruk yang dikenal sebagai Hinata Shouyou, alias anak masalah yang entah gimana masih bisa disayang semua anak kos. "Jalan keluar gitu yuk. Atau nggak nongki atau makan di warung sebelah," usulnya. "Ato mungkin kuy jalan sama Yachi!"


"Hinata. Yama-nya ada dua loh," kata Yamaguchi Tadashi mengingatkan. "Kalo ngomong yang mana yang jelas, nanti kalo salah sangka kan ga enak. Lagian di sini juga ada lagi Mas Yamamoto sama Mas Yamagata juga. Ada empat Yama loh."


"Lagian lu udah tau deadline tinggal dua hari, tapi tugas masih bejibun," sindir Tsukishima Kei di sebelahnya. "Lu niat kuliah atau gali kubur? Mending lu jadi tukang gali kubur aja sono. Temenin tu Kakek Cangkul sama Nenek Gayung. Yakin deh mereka ngidam cucu mungil kaya elu," tambahnya.


"Bacot! Lagian gua juga sibuk sama yang lain-lain! Gua juga harus bolak-balik demi adek gue tercinta! Ga kaya lu, biarin kakaknya sendiri jadi abang hi-jek!" Hinata balas ngejek.


"Eh, Yamaguchi. Tadi itu suara apa ya?" tanya Tsukishima sambil ngalihin perhatiannya. "Kayaknya tadi ada suara deh. Ngiiing, ngiiing gitu. Kira-kira apa ya? Makhluk pendek bersuara ramai kah?" ia bertanya sok dramatis.


"Woooiii!!"


"Udahlah kalian berdua," Kunimi Akira menghela nafas pasrah sambil geleng-geleng. "Udah gede kok kayak gini. Pantes aja Mas Sugawara rambutnya abu-abu gitu. Kasiani ibu kalian lah," tambahnya. "Lagian di sini ada yang lain yang juga nugas. Jangan ramein pake suara toa sama garem plis. Lelah."


Tsukishima cuma ngekek pelan sambil balik berenang menuju buku bacaannya yang nyampe ratusan halaman—buku pengetahuan dinosaurus koleksinya yang entah nomor berapa. Yamaguchi di sebelahnya ketawa sambil minta maaf, sementara si Hinata mulai keliatan gerem lagi.


Kali ini mereka kumpul-kumpul sambil nugas—kegiatan yang biasa di ruang tamu kos-kosan. Selain Hinata, Tsukishima, Yamaguchi, dan Kunimi, ada lagi yang lainnya. Contohnya doi si matahari kecil kos-kosan Bromo a.k.a Kageyama Tobio, doi si Kunimi a.k.a Kindaichi Yuutarou, tiang listrik kawe blasteran a.k.a Haiba Lev, dan si ceria yang ga jarang dipanggil anjing penjaga kos-kosan a.k.a Inuoka Sou. Dibanding sama yang sebelumnya, mereka semua tiduran di lantai sambil ngurus tugas dan kegiatan masing-masing. Biar adem, kata mereka.


Ga semuanya nugas sih, tetapi mereka setia satu sama lain dan saling membantu dengan sukarela—ga dengan Tsukishima yang perlu disogok pake kue dulu sama Yamaguchi. Tsukishima sendiri juga semakin bertanya-tanya kenapa dia mau milih kos di sini. Udah nasib dianggap homo, sekarang dia juga ngurus anak-anak yang kian hari bikin rambutnya makin rontok aja.


"Lagian lu pada ngapa kumpul di ruang tengah, sih?" tanya Tsukishima. "Ngerjain di kamar sendiri napa? Lebih enak dan ga nyusahin orang. Capek gue ngurus elu semua, tugas gue juga banyak kali," tambahnya.


Hinata manyun. "Ga usah ngamuk gitu lah," katanya. "Lagian lebih enak di ruang tengah! Emang sih AC-nya belom dibenerin, tapi 'kan lantainya mayan adem. Terus kan ga baek kalo jadi ansos, kita sebagai anak-anak yang mandiri, baik hati, dan tidak sombong sudah seharusnya bisa berkomunikasi sama tetangga-tetangga. 'Kan Pak Ustad pernah bilang jangan memutus tali silaturahmi," jelas Hinata sambil berpose ala Pak Ustad lagi ceramah dari masjid.


"Ga usah sok ceramah deh. Lu aja ga bisa ngambil gelas dari rak tanpa bantuan temen lu sendiri. Dasar cebol," ejek Tsukishima sambil benerin bukunya. "Ga usah pake ngeles-ngeles gitu deh. Bilang aja authornya kagak tau mau plot sama settingnya gimana lagi. Idih."


"Tsukki, jangan mulai plis," pinta Yamaguchi sambil nepuk punggung sahabatnya. "Hinata ada benernya lho, kita perlu bersilaturahmi," katanya. "Karena kata Pak Ustad, silaturahmi itu banyak manfaatnya. Bisa memanjangkan umur, menambah berkah dan rejeki, dan membuat jin dan setan ma—"


"Yam. Plis. Jangan," Tsukishima facepalm. "Jangan ikutan mereka. Sumpah, gue gamau sampe jadi botak kayak Mas Tanaka, ngeri lagi kalo gue sampe rambutnya botak 90% kayak si Mas Yamamoto," tambahnya.


"Kalo Mas Yamamoto tau lu kena bogemnya lho!" tegur Inuoka. "Lagian, Mas Yamamoto itu baik kok! Dia rela traktir kita-kita es krim haagen danz loh! 'Kan enak, dapet es krim gratis! Mana yang bermerek dan ena gitu lhoo!" tambahnya. "Bersyukur dikit lah, Tsukishima!"


"Halah, Mas Yamamoto aja yang luck-nya jelek banget, kalah taruhan mulu. Yakin deh situ gachanya ampas," cerocos Kunimi sambil mulai menggaris di kertasnya. "Daripada lu ngegosip orang kayak Mas Hanamaki sama Mas Matsukawa, mendingan lu pada bantu gue buat garis-garis gini deh. Pegel tangan gue ngegaris tanpa penggaris tapi harus lurus," keluhnya.


Tsukishima ngeletakin bukunya dan geser mendekati si mahasiwa DKV itu. Dia ngelirik dari balik yang ikut nonton (Lev dan Inuoka), sebelum mulai nyinyir lagi. "Idih. Lu buat garis kok mencong-mencong? Nanti jadi bencong lho," sindirnya sambil mulai cekikikan sama Yamaguchi dan Hinata. "Lagian lu coba lebih tenang donk. Nih, Kindaichi jadi baik banget mau diem dan nugas tanpa bersuara kayak duo ogeb itu," dia nunjuk Hinata dan Kageyama yang mulai main panco jempol kaki.


"Gausah bacot lo. Dasar tiang listrik ga tau diri," desis Kunimi sinis. "Dan ga usah deket sama sahabat orang deh. Gue ga mau ya sampe Kindaichi ternodai sama dosa dan garemmu. Gue capek ngelindungin Kindaichi dari pengaruh buruk Oikawa," tambahnya.


Tsukishima cuma ketawa geli dengernya. "Tiang listrik mending daripada bencong kali," katanya. "Lagian, lu anak seni tapi kesulitan bikin garis lurus? Gue aja minus 3,5 kanan kiri, bisa buat garis lurus. Yakin lu ga salah jurusan?"


"Jangankan salah jurusan, kayaknya gue aja lahir itu udah salah," Kunimi menghela nafas pasrah sambil berbaring di lantai. "Gue capek ngurusin anak kayak elu. Salut dah sama Mas Sawamura sama Suga."


"Gue juga!" tambah Lev. "Enak banget kayaknya kalo dijaga sama senior kayak Mas Sugawara sama Mas Daichi. Ramah sama manjain gitu, mau donk diadopsi sama mereka!" curhat sang mahasiswa blasteran ga jelas.


"Idih. Ogah gue punya adek kayak elu," desis Tsukishima. "Punya kayak Hinata sama Kageyama aja udah kapok. Makin kapok ngurusin elu pada. Mending lu balik ke ortu masing-masing ae," katanya sambil ngibas-ngibas tangan. "Nih loh, kayak Kindaichi, setia sama emak dan babehnya," katanya sambil nepuk punggung mahasiswa jurusan arsitektur tersebut.


"Duh, Tsukki ga baik begitu," tegur Yamaguchi. "Hinata itu lebih tua dari kamu loh, ga sopan ke yang lebih dewasa," katanya. "Karena kata Pak Ustad—"


"Yam, sejak kapan elu diadopsi sama Pak Ustad? Perasaan nyebut mulu."


"Ehehe, maaf Tsukki."


Tsukishima pasrah. Dia baru aja mau buka mulut sewaktu tiba-tiba Kindaichi duduk tegak dan berusaha ngelurusin kakinya yang tadi dia pake jadi tumpuan. Rintihan demi rintihan keluar, buat mahasiswa lainnya ngeliatin dia kebingungan.


"Adududuh! Kaki gue kesemutan—!" rintihnya sambil ngelus kakinya pelan. "Aaaaaaah, gaenak gaenak. Gaes tolong gue gaes!" rengeknya, masih berusaha ngelurusin kaki. "Jangan nonton! Ada temen kesakitan malah lu tonton! Ga gue traktir di warungnya Bu Ningsih nih!"


Kageyama natapin teman semasa SMAnya itu kebingungan. "Hoh? Sini gue pijetin," katanya sambil geser mendekati si kepala lobak. Otomatis Kindaichi mulai panik. "Kata Pak Ustad, kalo kakinya kesemutan dilurusin sambil pijetin aja, biar ena—"


"Hah? Eh?! EH EMOH!! OGAH OGAH!! JANGAN!! NOOOO!!!" jerit Kindaichi panik. "K-Kunimi tolongin gue! Hentiin Kageyama!" ia menjerit pilu. Namun doinya tengah fokus sama tugas sendiri. "Kunimi jangan kacangin gue! Gue salah apa sama elu? Kun—KAGS SAKIT ANJRIT!!!"


"Hah?!" Kunimi seketika kembali nengok ke Kindaichi. "Kindaichi berkata kasar! Kindaichi! Ga baik!" katanya. "Ga nyangka elu begini juga. Gue kasih tau ke Iwaizumi tau rasa, ntar disuruh bersihin kamar mandi sebulan. Dan juga kata Pak Ustad—"


"Plis lah gue capek dengerin Pak Ustad," desah Tsukishima sambil mijet kepalanya. "Tumben amat lu pada jadi rajin ikut kutbahnya Pak Ustad. Apa nih alasannya? Kalo ikut ceramah dan sholat Jum'at nanti dikasih hadiah gitu?"


"Hehe," Lev ngekeh ga jelas. "Gini loh, Tsuk. 'Kan elu tau kalo sholat Jum'at wajib. Nah itu pastinya juga ada manfaatnya bro," katanya. "Contohnya kita bisa makin ganteng dengan cara ikut sholat," tambahnya bangga. "Itu katanya Bang Oikawa sih."


"Idih.."


"Oke dah, lu semua silahkan abaiin gue," cibir Kindaichi. "Sakit gue, Kags. Gue salah apa sama elu sampe segininya? Kenapa coba Hinata mau sama elu. Mendingan Hinata gue culik aja biar bareng sama gue dan Kunimi. Kasian liat dia sama elu."


Kunimi acungin jempol. "Hinata buat kita aja," katanya. "Kasian dia jadi babunya elu. Bahkan kayaknya itu Mas Kenma sama Mas Miya pada mau nyulik Hinata. Anak kos cewek di sebelah juga udah rencana nyulik Hinata ke kos-kosan mereka, gosipnya Mas Matsukawa begitu. Biar lebih aman, dia sama kita aja," katanya.


"Mending Hinata sama gue!" kata Inuoka bangga. "Kalo dia ikut tim gue, nanti bisa main sama kucing dan anjing sekitar perumahan lebih enak! Bang Kuroo juga bilang mau ada si Hinata di tim! Katanya biar anget nanti!" tambahnya.


"Iya, elu anjingnya," tambah Kunimi.


"Ya ga usah gitu kali. Gue salah apaan sih?" rengek Inuoka. "Iya, nama gue Inu. Tapi bukan berarti gue itu anjing atau bahkan Inul Daratista."


"Lagian kenapa elu pada rebutan Hinata sih? Udah jelas dia lebih pilih gue," kata Kageyama bangga. "Dan juga, Kindaichi diterima aja kok masuk tim gue, lu juga Kun," katanya. "Dia udah kayak tangan kanan gue. Lu tangan kiri gue. Kayak waktu SMA dulu tuh loh."


Kunimi mendesis sambil ngerangkak jauhin Kageyama. "Idih. Jijay. Jadi gue tangan buat cebok gitu?" tanyanya. "Doh, pilihan hidup gue kok sulit amat ya. Antara sama Bang Oikawa atau jadi tangan ceboknya Kageyama. Kalo gini, gue lebih rela jadi babunya Mas Iwaizumi."


"Tangan kiri bukannya berarti musuh ya?" tanya Yamaguchi pelan. "Jadi maksudnya Kageyama, Kindaichi temen yang dia percaya dan Kunimi itu musuh yang baginya kayak tai, gitu?"


"Yam, lu ga usah jelasin gitu napa?" tanya Kunimi. "Sakit hati gue."


"Loh?" Kageyama ngedip kebingungan. "Tangan kiri temennya tangan kanan, 'kan? Bukannya berarti rekannya tangan kanan gitu? Kindaichi sama Kunimi 'kan kayak duo sejoli gitu. Jadi tangan kanan dan tangan kiri gitu donk!" tambahnya.


Seisi ruang tengah jadi hening seketika. Tsukishima dan Yamaguchi natap satu sama lain, pasrah dengan temennya yang satu ini. Lev dan Inuoka hanya dengerin, nunggu lanjutan dari percakapan mereka. Sementara Kindaichi berusaha nahan tawa, Kunimi di sebelahnya udah keliatan bakal bantai semua yang ada di ruang tengah kalo ada yang ketawa.


Tsukishima pasrah. "Gue ga nyangka elu sebego ini, Raja," katanya. "Pasrah gue. Gimana ceritanya lu bisa lulus sekolah coba? Apa elu ngegacha gitu?" tanyanya. "Emangnya gacha lu SSR semua gitu? Dih, gue kesel ngeliat wajah lu jadinya."


"Paan sih?! Bacot lu, tiang listrik kegareman!" ledek Kageyama.


"Raja Ogeb."


"Dih—"


"Eh, tapi 'kan!" semua perhatian teralihkan ke Hinata. "Tangan kiri itu tangan yang ga baik bukan? Kita kalo cebok pake tangan kiri, kalo megang yang kotor pake tangan kiri, kalo salim pakenya tangan kanan, makan juga sebaiknya tangan kanan gitu," jelasnya. "Dan katanya Pak Ustad—"


"Sekali lagi kalian ngomong begini pake nyebut Pak Ustad, gue fix gabakal bantu tugas kalian lagi," desis Tsukishima.


"Ga baik begitu, Tsukishima," kata Kunimi. "Karena kata Pak Ustad.."


"Bacot."


xxx


hadoh, ini apaan ya? Candaan Demy makin receh dan ga jelas aja astaga *sobs*

Demy kekurangan ide untuk jokes dalam cerita ini, jadi ceritanya mampet deh, di sisi lain ada tugas dan juga beberapa hal yang perlu di selesaiin uhuk

ide awal cerita ini cuma dari kegabutan Demy dan Demy keinget dari chapter satu setting tempat pasti di ruang tengah, mungkin mulai besok baru keluar ya (?)
Dan juga Demy keinget kata-kata temen sekelas Demy sewaktu ada tugas garis menggaris, jadi deh gini


untuk chapter selanjutnya Demy usahain ada candaan yang lebih lucu deh, maaf juga ini chapternya lebih pendek dari sebelumnya :'3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro