Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Mahasiswa Nokturnal


"Punggung gue boyok kalo begini terus."

"Masih muda udah kelakuan kakek-kakek"

"Lagian kalian itu kenapa ga ngerjain waktu siang aja?"

.

.

.

"Lu keliatan lesu banget. Emang habis ngapain?"

"..ha? Ah, habis.. itu.. nganu.."

"Nganu?"

.

.

.

"Loh, telornya kok udah abis? Perasaan kemaren masih ada lho.."

"Oikawa ngambil untuk hadiah ke cewek.."

"Eh, seriusan? Ga modal amat tu anak."


xxx


Mahasiswa itu ada berbagai jenisnya. Ada yang mahasiswa eksis dan terkenal, rajin bersosialisasi dan kemungkinan dikenal baik sama dosen-dosen. Contohnya seperti Oikawa dan Miya Atsumu, rajin eksis sampe keduanya lomba-lomba mana yang punya banyak likers dan followers di Kyuugram. Ada lagi mahasiswa yang rajin dan tabah, yang ini bukan cuma dikenal baik tapi juga disayang dosen, meskipun kadang mahasiswanya ini nahan diri untuk santet dosen itu. Contohnya Daichi, Kuroo, dan Yaku. Di sisi lain ada mahasiswa gaib yang keadaannya patut dipertanyakan—datang ga diundang, pulang ga diantar, kadang malah sampai ga datang berhari-hari dan tiba-tiba muncul di kelas. Contohnya Tanaka dan Yamamoto (walaupun keduanya karena bangun kesiangan dan ketinggalan kelas mulu, bukan niat bolos).


Pembagian jenis-jenis mahasiswa dari kos-kosan Bromo kebanyakan berdasarkan steorotip jurusan, walaupun ga semuanya. Salah satu mahasiswa yang paling dikenal di kos adalah mahasiswa jenis nokturnal—a.k.a siang ngilang, malem muncul, ada yang nongkrong ada yang tersiksa nugas. Mahasiswa nokturnal ini kebanyakan dari FSRD, atau Fakultas Seni Rupa & Desain—terutama DKV dan FTV.


Contohnya seperti malam ini. Ruang tengah yang kalo siang diisi anak-anak eksis dan kepanasan, kali ini kebanyakan adanya anak-anak berkantung mata yang mulai nge-maso dengan tugas bejibun dari dosen-dosennya. Ada yang ngerjain tugas nirmana 2D, ada yang tugasnya nirmana 3D, atau tugas desain poster, desain baju, dan sebagainya. Intinya anak-anak yang kali ini lagi ngumpul pada tersiksa.


Contohnya Kozume Kenma, si gamer di kos-kosan yang juga youtuber tanpa alasan jelas. Di matanya ada kantong mata tebal, sambil natapin nirmana 2D di depannya. Gak jauh dari dia ada Ennoshita Chikara, yang lagi ngurusin tugas iklan dari minggu kemaren, udah empat hari berturut-turut dia begadang di ruang tamu dan pingsan di lantai—Bu Diah histeris mulu, ngiranya ada mahasiswa yang mati ga terima nasibnya ada di kos penuh mahasiswa homo. Lalu ada juga si Kawanishi Taichi, mahasiswa nokturnal nyaris gaib yang lagi ngerjain nirmana 3D dan sama-sama keliatan tersiksa sama yang lain.


Apa cuma mereka? Ya ngga! Untuk memastikan keamanan dan kenyamanan ruang tamu, Iwaizumi Hajime, Sugawara Koushi, dan Kuroo udah duduk rapi di sofa, ngurusin tugas mereka sendiri sambil ngawasin para anak-anak FSRD. Karena bulan lalu pernah ada yang numpahin cat, buat ruang tamu berantakan, dan sekumpulan anak-anak ditemukan pingsan begadang nugas, semuanya setuju untuk mastiin ada yang ngawasin mereka. Kebetulan malam ini tugasnya Iwaizumi, Sugawara, dan Kuroo.


"Ah, mataku sakit," keluh Kenma sambil berguling di lantai. "Ada yang punya obat tetes mata gitu ga? Sakit banget nih.."


"Salah lu kerjaannya main game mulu, mending lu sekalian pake kacamata gih. Daripada nanti makin parah," tegur Kuroo sambil nyisip kopinya. "Ennoshita tuh yang biasanya punya obat tetes mata. Atau kalo mau gue minta dari Kai," tambahnya.


"Yeeeh, obat tetes mata gue udah abis, bang," sahut Ennoshita pelan. "Itu, si Kino sama Narita ngabisin setelah begadang dua hari berturut-turut. Mata mereka beneran kayak kebakar gitu coba! Mana belum ganti obat tetes mata gue!"


"Ennoshita apotik anak kos Bromo sih," tambah Kawanishi. "Obat tetes mata? Ada. Obat sakit perut? Ada. Obat batuk? Ada. Obat radang tenggorokan? Ada juga. Pastinya lah pada minta ke elu En."


"Ya tapi bukan berarti ke gue mulu kali," cibir Ennoshita. "Gue ini juga manusia, kadang gue bokek. Masa uang gue abis terus cuma buat beli obat tetes mata yang nantinya kaga gue pake? 'Kan ogah tuh. Emangnya gue kaya elu yang kaya, Tai?"


"Njay. Jangan panggil gue Tai donk, dasar tai. Jijik sendiri dengernya," keluh Kawanishi. Cutter dan kertasnya dia taro di lantai, sebelum mulai stretching punggungnya. "Aah, sumpah. Punggung gue boyok kalo begini terus."


"Masih muda udah kayak kakek-kakek," ledek Iwaizumi. "Pak Budi dari rumah seberang aja masih kuat ngangkat beban gitu, padahal udah mau 60 tahun. Masa muda-muda gini kalah sama kakek-kakek? Ga banget dengernya," katanya. "Makanya kalo pagi itu bangun. Lumayan kalo senam bersama sama warga setempat. Bukan cuma sehat, bisa dapet makanan gratis lho."


"Nanti yang ada pada dateng buat makanan gratis kali," tambah Sugawara. "Lagian kalian itu kenapa ga ngerjain waktu siang aja? 'Kan lumayan, bareng sama anak-anak lainnya. Kalo malem terus nanti waktu tidur kalian keganggu terus-terusan lho! Ga baik buat kesehatan kalian!" sambungnya sambil nelen jeruk yang baru dia kupas.


"Iya Mamah Suga," sahut Kuroo dan Ennoshita bersamaan. "Ih, Mamah Suga pengertian banget deh! Kuroo jadi baper nih, Mah~" tambah Kuroo sambil ngusap-ngusap pipinya ga jelas. Iwaizumi sama Sugawara langsung geser jauhin Kuroo tanpa berkomentar apa pun. "Dih. Gitu aja menjauh. Ish."


"Jijik ngeliat lu kayak gini, Tet," sahut Iwaizumi sinis. "Kadang lu itu kalo ga sama jenis sama Kusokawa, kadang malah lebih buruk dari dia. Pantes aja lu kagak laku sama cewek-cewek dan ngehomo di sini."


"Dih. Ngaca goblog," desis Kuroo kesal. "Lu sendiri ngakunya benci sama si Oiks. Tapi sendirinya manja-manjain Oiks, nyuapin di depan umum, pelukan di depan umum, mesra-mesraan di hadapan semua orang. Dan lu manggil gue homo? Diiih.."


"Udahlah, kalian semua homo, ngaku aja," tambah Kenma sambil ngusap kuasnya di kertas. "Gitu aja kok ga mau ngaku. Udah jelas-jelas kalian semua homo."


"Emang situ kagak?" tanya Kuroo kesel. Kadang-kadang rasanya kesel juga ngurusin temen masa kecilnya yang satu ini. "Pacaran kok sama karakter 2D? Kayaknya ngehomo mending daripada sama yang kagak hidup."


Kenma berhenti nguas kertasnya. Dia masukin kuasnya ke gelas isi air cat, sebelum duduk tegak dan menatapi Kuroo dengan senyuman sinis. "Aku ada Hinata kok. Mending, daripada Kuroo.. Bokuto udah diambil Akaashi, Yaku sama Lev, Tsukishima juga sama Yamaguchi. Kamu? Masa sama tabel periodik. Idih."


"Njir, kalo ngomong pikirin perasaan gue dikit napa? Hati gue rapuh Ken!" rengek Kuroo sambil meremas kaosnya sendiri. "Lagian.. bukannya si Chibi sama Kageyama? Ceritanya lu orang ketiga gitu?"


"Ya ga apa. Hinata lebih suka aku kok," balas Kenma sambil melet kesel. "Si Kageyama itu juga kayaknya deket sama Miya bersaudara. Ga kaget kalo ternyata mereka threesome bareng."


Mendengarnya, Kuroo langsung muncratin kopinya sementara Sugawara keselek biji jeruk. "Kenma sudah ternodai!" jerit Kuroo dan Sugawara bersamaan. Iwaizumi di sebelahnya cuma mengela nafas pasrah. Dia capek. Dia lelah. Iwaizumi perlu hari libur dari anak-anak homo ini.


"Rame banget.." semua perhatian teralihkan dari tugas masing-masing ke pintu depan. Di sana berdiri sang bidadari kos-kosan Bromo, a.k.a Akaashi Keiji. Meskipun rambutnya jauh lebih berantakan, kaosnya kusut—gambar puddle warna maroon pula, dan bawahannya cuma celana kotak-kotak merah selutut, wajahnya masih aja keliatan sempurna seperti biasanya. "Met pagi," sapanya sambil menguap. "Ceritanya nugas nih?"


"Lu tidur dari jam berapa Ji? Pagi apaan, ini udah jam setengah sembilan malem lho," tegur Kuroo. "Jangan bilang lu baru bangun juga? Meskipun ganteng, kadang kebiasaan lu ga sehat bener ya," tambahnya, sambil ngekek ga jelas.


Iwaizumi geleng-geleng ngeliat mahasiswa jurusan FTV itu. Sama seperti Ennoshita, Akaashi sering juga begadang nugas dan tidur di siang hari. Mirip burung hantu, kata Bu Diah dulu. "Betewe, Akaashi.." panggil Iwaizumi. "Lu kenapa? Lu keliatan lesu banget. Emang habis ngapain?"


Akaashi jalan sempoyongan ngelewatin temen-temen yang punya penderitaan sama dengannya. Sesaat dia nyaris nendang gelas air kotor punya Kenma yang beruntung udah diselamatin duluan sama empunya. "..ha? Ah, habis.. itu.. nganu.." jawab Akaashi lesu, sebelum dia duduk di sebelah Iwaizumi.


"Nganu?" Iwaizumi natapin Akaashi keheranan. Kuroo dan Sugawara juga saling natap satu sama lain, sama-sama bingung. "Nganu apaan? Lu masih setengah bangun ya?" tanya Iwaizumi perlahan. "Kalo ngantuk mending bobo lagi aja. Lanjut sampe pagi."


"Aku ga apa kok, ga perlu khawatir," Akaashi geleng-geleng kepala. "Cuma capek.. baru bangun tidur. Tadi sebelum tidur aku.." dia nguap lagi. Akaashi senderan di sofa, tangannya langsung ngambil bantal yang ada. "Aku.. nganu."


"Iya, nganu itu apa?" tanya Iwaizumi lagi. "Nganu dalam artian apa? Plis jangan ambigu lah, Akaashi. Capek gua sama ambigunya si Kusokawa."


"Iya.." Akaashi ngangguk pelan. "Anu.."


"Anu apaan?" lagi-lagi Iwaizumi yang bertanya.


"Anu.."


"YA ANU APAAN?!" jerit Iwaizumi kesal. "DIH LU JAWAB ANU YA ANU. TAPI ANU APAAN SIH?!" serunya geram sambil garuk-garuk kepalanya. "Lu jadi orang ambigu bener. Jenis kelamin ambigu, yang dilakuin juga ambigu! Emang lu ngapain? Nugas?" tanyanya. Akaashi cuma ngangguk sambil jawab. "Nah gitu dong! Yang jelas!"


"Ya ga usah ngegas lah," gerutu Akaashi. "Capek tau.. terutama kalo tetanggamu itu Kuroo sama Bokuto," tambahnya sambil ngusep-ngusep keningnya. "Pusing banget tau. Ga pagi, ga malem, pasti pada booming lagu dangdut. Mending kalo ga terlalu keras, tapi kalo sampe Bokuto sama Oikawa nyanyi-nyanyi gaje rasanya capek banget tau."


"Oooh," semuanya ber-oh ria sambil natapin Akaashi iba. Padahal tampang cantik, baik minta ampun, sopan, tapi tersiksa berat sama tetangga-tetangganya. Ya, namanya hidup. Pasti sulit, terutama untuk anak seperti Akaashi (ga kayak Oikawa).


"Waaah, aduhaaaai," keluh Kuroo perlahan. "Jadi Akaashi kecapean, ya? Uuuh, sini-sini sayang," katanya sambil melebarkan kedua lengannya sambil senyum /sok/ ramah. "Sini, datang ke pelukan Papa. Biar Papa bayar kesalahan Papa~"


"Idih. Jijay. Iyuh," balas Akaashi singkat, padat, jelas.


"Doh. Sakit bangsat, ga usah kayak gitu napa?" gerutu Kuroo sambil meluk dirinya sendiri. "Ngomongnya ramah dikit napa? Lu kelamaan bareng sama Tsukishima sih. Hati-hati hipertensi, bang."


"Ya ga usah ngegas juga kali," kata Akaashi kesal. "Mending sama Tsukishima, daripada sama Bokuto sama kamu," tambah Akaashi sinis. "Seenggaknya lagu-lagu punya Tsukishima lebih mending daripada dangdut punya kalian."


Kuroo mendesis. "Bro. Lagunya Tsukishima itu lagu cinta receh tau ga sih?" keluhnya. "Masa malem-malem tau-tau dengerin Akad? Kan rasanya ngga banget. Iya sih romantis, denger suara saxophone malem-malem gitu. Tapi rasanya gue makin homoan sama Kou."


"Akad best," bisik Akaashi pelan.


"World is Mine lebih best lagi," tambah Kenma sambil ngacungin jempolnya. Kawanishi dari seberang ruangan ikutan acungin jempol. "Tuh, si Tai juga ikutan setuju."


"Jangan panggil gue Tai, njir," desis Kawanishi sambil nurunin tangannya. "Lama kelamaan kesel gue sama elu elu pada. Masa sama temennya sendiri kayak gini? Jahat bener. Pantesan Oikawa ga suka sama lu semua."


"Tapi kita lebih mending daripada Oikawa juga 'kan?" tanya Ennoshita. "Lagian nama lu Tai sih. Coba kalo namanya ganti, mungkin bisa lebih kece lagi."


Sambil menggeram, Kawanishi memukul lantai dengan kasar. "Oi, ngaca dong. Nama lu di situ juga ada shit-nya kali," katanya. "Intinya juga lu itu shit!"


"Udah, sesama tai ga perlu mengejek satu sama lain," lerai Kuroo. "Mendingan kalian menikmati saja Kuroo yang baik hati ini."


"Bacot lu, tai," desis Kawanishi dan Ennoshita bersamaan. Kuroo langsung mengambil langkah mundur dan terisak-isak di pojok ruangan.


Melihat semua kekacauan di ruang tengah, Sugawara cuma bisa geleng-geleng kepala. "Hadooh. Kalian ini selalu ada-ada aja," katanya kesal. "Kasian lho Akaashi sama Kenma. Yang satu baru bangun dan yang satu lagi ngecat. Mendingan lu pada fokus sama tugas-tugas lu. Pastiin lu semua udah siap istirahat jam 10 nanti," tambahnya.


"Iya Mamah," sahut semuanya nyaring. "Tapi Mah! Ennoshita laper," kata Ennoshita manja dibuat-buat, entah apa niat sebenarnya—"Tolong masakin dong~"—oh, ternyata itu.


Sugawara menghela nafas pasrah. "Yaudah deh. Cuma karena gue kasian ke kalian semua ya. Dasar anak-anak ga sehat," katanya sambil berdiri dari sofa.


"Kak Sugawara, aku bisa bantu," Akaashi mengajukan dirinya sebagai pembantu. "Sekalian masak sendiri—"


"Mending lu bareng Iwaizumi aja deh, Kash," kata Sugawara. "Dibanding khawatir kesulitan, gue lebih khawatir lu ga sengaja malah masa tangan lu sendiri karena masih setengah bangun gitu," sambungnya sambil jalan ke dapur. Dia buka kulkas persediaan hasil urunan anak-anak kos, sebelum terdiam. "Loh, telornya kok udah abis? Perasaan kemaren masih ada lho," katanya sebelum balik ke ruang tengah. "Ada yang tau ga kemana telor-telornya? Apa udah menetas?"


"Hah? Kayaknya sih.. oh! Oikawa ngambil untuk hadiah ke cewek.." jelas Iwaizumi. "Ya kali menetas," dia ngekek. "Tadi siang gue liat dia bawa sisa telor yang ada dan dimasukin ke kresek gitu. Katanya untuk cewek, ga tau siapa. Paling fans barunya atau apa gitu.


"Eh, seriusan? Ga modal amat," Sugawara menghela nafas. "Kebangetan banget tu anak. Ga bisa kasih hadiah yang lebih mending apa? Daripada telor mentah mendingan dibuatin omelet 'kan?" tambahnya. "Kalo gitu nanti pasang di mading nyuruh Oikawa beli keperluan makan kita, ya."


"Oke!" kata Kuroo sebelum ngambil hapenya. "Lagian, ini kan Oikawa. Apa aja bakal cewek terima asalkan dari Oikawa dan ga bakalan kaget kalo dijadiin benda keramat gitu," tambahnya sambil ngekek ga jelas. "Duh, Oikawa.. Oikawa. Beneran ga modal."


"Oh iya ya," Sugawara ngangguk. "Udahlah, berarti kita ga perlu keluar dan belanja keperluan lagi. Biar tu Oikawa tersiksa."


"Top dah," Iwaizumi mengacungkan jempolnya.


"Eh, tapi.." Kenma perlahan duduk tegak, sebelum natepin Sugawara sambil ngerutin keningnya. "Aku juga laper," katanya. "Masa kita harus makan tugas ini? Kan gaenak. Ga ada makanan lain gitu?" tanyanya.


"Apa mau pesen *Hi-Food aja?" tanya Akaashi sambil ngeluarin hapenya. "Cari yang deket gitu. Kali aja yang nganterin kakaknya Tsukishima atau Mang Ukai. Biasanya dikasih diskon sama mereka kan," tambahnya. Tapi akhirnya juga dia keliatan pasrah. "Eh, baru inget. *Hi-Pay-ku udah tipis.."


"Berarti kita dibiarin kelaperan begini? Ga lucu kita mati kelaperan karena si Oiks itu," gerutu Kawanishi.


"Ya mau gimana lagi, sisanya kayaknya udah basi semua," komentar Sugawara sambil beracak pinggang. Untuk sejenak dia hanya diem, ngeliat anak-anak yang mulai sengsara karena pada sadar betapa lapernya mereka. "..apa mau minta makanan sama cewek-cewek? Kayaknya Yui sama Kiyoko mau aja ngasih kita makanan," katanya.


"Kuy!" seketika para mahasiswa kelaperan itu berdiri dari tempat mereka. Semua buku dan peralatan tugas mereka udah dirapikan serapi mungkin biar ga kena macem-macem, sebelum jalan duluan keluar, ninggalin Sugawara keluar.


"Eh, kok gue malah ditinggal sih?!" rengek Sugawara sebelum lari ngejar temen-temennya. Semuanya langsung aja otewe menuju kos-kosan perempuan yang pas banget di sebelah mereka—ga peduli kalo mereka semua antara pake celana pendek atau piyama.


"Eh, Kurtet. Lu jangan nyoba PDKT ke Kiyoko lagi ya. Ogah gue diusir karena godain cewek-cewek," kata Iwaizumi.


"Siap bos!"


xxx


[Glossarium]

*Hi-Food, Hi-Pay : Parodi Go-food dan Go-pay


*sujud syukur*

Demy bisa nyelesaiin satu chapter lagi!!! woaaaaw!!

Ini juga ide cerita baru kepikiran tadi pagi sewaktu Demy berangkat sekolah. Semuanya berawal dari Demy kepikiran kata "anu" dan jadilah anu ini (?)

tapi juga ini cerita udah mulai ga jelas lagi, ini kelompok termasuk tim apaan? Kawanishi nyelonong gitu aja.. (?)


Sekali lagi karakter-karakternya OOC, maafkeun saya pembaca sekalian


Chapter selanjutnya insyaallah selesai cepet juga >:3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro