Kos Sultan 4.4
“Traktiran, cuk!” Jean menyambut kedatangan Vorpal Swords di Kos Sultan.
“Tenang aja. Udah gue beliin pizza.” Seijuurou masuk memimpin rekan-rekannya. Riko pulang bersama papanya. Satsuki bergabung bersama tim yang diurusnya. Alex juga datang merayakan kemenangan Vorpal Swords dan membawa bermacam-macam makanan.
“Yeay!” Jean, Eren, Connie, Hide, Sasha, Eto, dan Juuzou melompat girang. Saling tos. Connie siap dengan kamera yang merekam acara makan-makan mereka hari ini.
Untuk konten YouTube katanya.
Satsuki tersenyum dalam diam. Memandang lekat wajah-wajah bahagia di sekitarnya, mendengar ucapan-ucapan selamat penuh suka.
Ia tahu cepat atau lambat semua akan berubah. Siap atau tidak waktu terus berjalan dan membawanya menuju kehidupan dewasa. Ia akan meninggalkan atau ditinggalkan orang-orang yang selama ini selalu bersamanya.
Bercengkrama bersama. Menghabiskan waktu bahagia. Menciptakan momen indah. Satsuki yakin dirinya di masa depan akan merindukan kehidupannya saat ini.
***
Langit-langit putih kamar ditatapnya. Tengah malam kos sepi. Dengkuran halus Tetsuya terdengar jelas di telinganya. Mata Taiga terbuka lebar.
Enak banget nih tidurnya si Tetet. Taiga melirik sekilas Tetsuya, rambut biru mudanya acak-acakan dan mulut terbuka.
Pertandingan telah usai enam jam yang lalu. Matanya enggan tertutup. Tubuhnya pegal-pegal dan dari lubuk hati terdalamnya Taiga sungguh ingin tidur!
Namun, otaknya menolak istirahat dan terus memutar ulang kejadian-kejadian di masa lampaunya.
Gara-gara Ryouta dan Seijuurou kampret. Gue overthinking jadinya 'kan.
Seijuurou yang tegas. Ryouta yang ceria dan berisik. Kos Sultan akan melepas kepergian mereka. Terutama KiseDai yang lebih sering menghabiskan waktu bersama kedua pemuda itu.
Berapa lama Taiga di kos-kosan ini? Mungkin sekitar satu atau dua bulan lebih.
Hubungannya dan penghuni kos sangat erat, seakan mereka telah lama hidup bersama. Awal Taiga pindah ke sini, ia kurang nyaman menghadapi sikap aneh dan laknat teman-teman kosnya.
Merampas makanan, menitip belanjaan seenaknya, dan menghabiskan lauknya. Siapa yang tak murka baru datang disambut buruk?
Lama-lama ia mulai memaklumi pertengkaran, tingkah laku abnormal, dan keabsurdan yang menjadi tontonannya sehari-hari.
Kayaknya gue udah ikutan gila kayak mereka. Gue udah nggak normal. Sial.
Taiga yang menganggap dirinya seorang manusia normal di Kos Sultan, kini menerima dirinya yang menjadi bagian orang-orang aneh itu.
Keanehan inilah yang mempererat hubungan setiap penghuni. Mereka saling mencaci dan meledek tanpa ada yang tersinggung, namun saling peduli dan menolong.
Hebat.
Penghuni Kos Sultan adalah orang-orang aneh yang baik. Buktinya?
Mereka membantu Junpei mengembangkan usaha rotinya.
Mereka kompak bersih-bersih rumah.
Mereka saling berbagi.
Dan yang paling membuat Taiga terharu—sungguh, ia sedikit ogah mengakuinya—adalah para penghuni Kos Sultan yang rela membuat kerajinan ini-itu dan latihan cheers demi mendukung Vorpal Swords.
Mereka seperti keluarga besar saja.
Taiga mengenang sekilas kehidupan sehari-harinya yang menyedihkan selama di apartemen.
***
Taiga keluar dari lift, kakinya melangkah di lorong sepi apartemen. Tangannya menjinjing kantong belanjaan minimarket. Tidak terdengar suara apapun dari setiap apartemen, seakan tiada kehidupan sama sekali.
Pertemuan sepatu dan lantai merupakan satu-satunya sumber suara. Di pintu seberang apartemennya, seorang perempuan tergesa-gesa keluar dari sana.
Langkah kakinya yang cepat, menimbulkan suara berisik di lorong. Wanita itu seakan tak takut terjatuh karena high heels yang melekat di kakinya, ia lebih takut datang terlambat ke kantor dan dimarahi bos.
Di apartemennya, Taiga menyalakan televisi. Ia memasak air dan menyeduhnya ke mi instan. Pemuda itu duduk di depan televisi, menggulung mi dan menyantapnya bersama segelas cola dingin.
Gaya hidup yang tak sehat.
Aktivitasnya selesai sarapan membosankan, ia mematikan televisi dan mencuci piring yang menumpuk, lanjut membersihkan apartemennya.
Pukul dua belas siang ia mandi dan berbaring di ranjang, jadwal kuliahnya kosong. Apa yang harus ia lakukan?
Teman-temannya sibuk dengan aktivitas masing-masing. Pergi ke apartemen tetangannya adalah opsi terburuk.
Rata-rata tetangganya adalah pekerja kantoran. Anak-anak mereka dititipkan di tempat penitipan anak. Mereka hidup dalam dunia masing-masing, individualis.
Dingin.
Lengang.
Ia pun memaksa dirinya sibuk dalam dunianya. Mengerjakan tugas, bermain game, menonton televisi, dan lain-lain. Semuanya ia lakukan sendiri.
Muak. Bosan. Kesepian. Dari bertemu matahari terbit hingga mengucapkan selamat tinggal pada bulan, Taiga hidup dengan tiga perasaan itu.
Suatu hari Taiga sakit. Tubuhnya menggigil, suhu tubuhnya mencapai empat puluh satu derajat celsius. Siapa orang yang ia harapkan merawatnya?
Ia tinggal sendirian.
Meminta teman-teman kampusnya datang ke mari? Pasti ada saja alasan mereka menolak.
Taiga tak bergerak sama sekali dari ranjangnya, menggulung diri di dalam selimut. Siapa pula tetangga yang diminta tolong? Ia tak mengenal seorang pun tetangganya di sini.
Untunglah Tatsuya datang membawa makanan dan merawatnya. Tatsuya mengajak Taiga tinggal di Kos Sultan. Sesudah sembuh, Taiga menceritakan tentang Kos Sultan pada emaknya. Sang ibu menyuruh Taiga tinggal di sana.
Biaya kos-kosan jauh lebih murah dari apartemen. Taiga juga punya teman di sana.
Tiba di Kos Sultan, Taiga disambut ramainya penghuni setiap kamar. Ia disuruh membeli kerak telor oleh Junpei, bermain basket bersama penghuni kos, jadi babu dadakan, rendangnya dihabiskan dalam satu malam, dan digebuk ramai-ramai karena membuat seekor anjing menangis.
Semua perilaku penghuni Kos Sultan asing di matanya. Dulu saat tiba di apartemennya untuk pertama kali, ia disambut keheningan.
Hari-harinya terus berlanjut, Taiga belum terbiasa dan merajuk. Ia menjauh sedikit dari penghuni lain.
Tetapi mereka menyadari hal itu. Ia diajak bergabung dengan penghuni lain untuk ikut pesta kecil-kecilan Junpei yang akan membuka usaha roti.
Meski penghuni baru, Taiga diperlakukan seperti penghuni lama. Ia tak diabaikan sama sekali. Kekosongan dan kesepian tak lagi menetap di hidupnya.
Bervariasi manusia yang ia temui. Ada teman sekamar yang berwajah polos dan bermulut pedas, pecinta majalah dewasa, si absolut cebol, si tukang ribut, pengikut setia ramalan zodiak, raksasa hobi makan, maniak nanas, dan lain-lain.
Taiga menerima kekurangan penghuni lain sebagaimana mereka menerima kekurangannya. Mereka hidup saling mengerti dan melebur, seperti keluarga.
Ia juga bertemu penghuni kos lain yang tak kalah ajaib. Ada gadis centil, gadis rakus, pemuda botak, buaya darat, laki-laki cantik, duo kang gelut, dan sebagainya. Manusia-manusia Kompleks Beringin belum pernah ia temui selama di apartemen.
Hidupnya benar-benar berwarna sejak pindah ke Kos Sultan. Sayang, ia harus melepas dua orang yang dianggapnya saudara sendiri.
Seijuurou dan Ryouta harus pergi demi pekerjaan masing-masing. Kos terasa aneh dan kurang lengkap jika tidak ada si absolut pun si kuning cengeng.
Taiga nantinya akan merindukan sosok Seijuurou yang hobi bermain gunting dan Ryouta yang merengek dijahili Daiki.
Pemuda itu terkekeh, Daiki pasti merasa kehilangan karena tidak ada objek kejahilannya.
Besok hari terakhirnya bersama kedua pemuda itu. Taiga berat harus melepas keduanya, tapi ia bukan orang yang mudah mengungkapkan isi hatinya.
Taiga di luar terlihat biasa dan santai, di dalam hatinya ia merasa pedih dan kehilangan. Perpisahan memang menyakitkan.
Anjir, kok gue nangis? Udahlah, jangan nangisin tuh dua kampret.
Taiga mengusap kasar air matanya yang mengalir lancang. Pertandingan malam ini adalah pertandingan terakhir Vorpal Swords bersama.
Setelah kepergian Seijuurou dan Ryouta, Taiga yakin satu persatu anggota Vorpal Swords pergi dan menjalani hidup sendiri-sendiri.
Jujur, ia belum siap menghadapi harinya yang kesepian lagi tanpa rekan-rekan yang sangat dekat dengannya.
Perpisahan memang menyakitkan. Besok selepas wawancara, Taiga pergi ke Bali disuruh ibunya. Ia dipesankan tiket penerbangan malam. Waktunya bersama Seijuurou dan Ryouta tinggal sangat sedikit.
Third Arc: Last Game
Status: End
Author Note
Aku bakal terus ngegas sampai tamat. Hitung mundur nih. Kos Sultan bentar lagi tamat~. Arc terakhir pendek banget, lima chapter doang menurut prediksiku. Prepare yourself, siap-siap pisah sama penghuni-penghuninya ❤️. Btw abis arc terakhir nggak ada special chapter, langsung epilog ya say ❤️.
Nah aku juga revisi Kos Sultan, revisi minor sih. Nggak perlu baca ulang, tapi ada bakal perubahan informasi dan aku jelasin di bawah ini biar kalian nggak bingung:
1. Di chapter 0.6 aku menghapus info bapaknya Taiga yang mengurus toko kelontong.
2. Di chapter 0.1 aku jelaskan kalau kos sultan halamannya kecil dan berpagar kayu. Sekarang aku ganti jadi pagar besi dan halamannya luas.
3. Sifat mama Satsuki aku ubah biar lebih keibuan dan nggak kekanakan tapi tetap ada gaulnya dikit.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro